SUMBAWA BESAR, samawarea.com (5 November 2024) – Produk Gemala Craft kini mulai dikenal publik. Usaha yang berlokasi di sekitaran Pantai Jempol Labuhan Sumbawa ini merupakan salah satu kerajinan yang mengolah bahan limbah menjadi bernilai ekonomis.
Banyak produk yang dihasilkan dari bahan tak bernilai menjadi berharga. Mulai dari hampers, kotak tisu, vas bunga, bingkai dan lainnya. Jika selama ini limbah kertas, plastik dan bekas kemasan menjadi bahan dasarnya, Faradian Agustin—pemilik Gemala Craft, tertantang untuk mencoba bahan lain yang lebih unik.
Ide ini muncul setelah melihat berlimpahnya limbah pohon pisang di kebun tetangganya. Pasca panen, batang pisang dibuang dan dibiarkan membusuk. Dian—sapaan akrab wanita bercadar inipun ingin membuat kerajinan dengan bahan dasar pelepah pisang. Ini disambut positif tetangganya yang bersyukur limbah batang pisangnya dimanfaatkan Dian.
Meski melalui proses yang lumayan alot, akhirnya Dian yang dibantu suami tercinta berhasil menyelesaikan produk kerajinannya menggunakan pelepah pisang. “Alhamdulillah, pelepah pisang menjadi produk yang bernilai jual,” kata Dian saat temu wartawan di Lantai 1 Kantor Bupati Sumbawa, Selasa (4/11/24).
Ia mengaku berusaha membuat produk yang lebih melekat dengan masyarakat. Mengingat target pasarnya semua kalangan. Produknya sudah dipasarkan hingga ke luar negeri. Pada tahun 2023 hasil seni tangannya ini sempat terbang ke Australia, memenuhi pesanan temannya yang menikah. Ada 30 buah kotak tisu, 20 dompet, dan serkam rambut 100 pcs. Selain itu produknya juga pernah dipamerkan pada acara HUT Kabupaten Sumbawa Tahun 2024. “Ini semakin memotivasi saya untuk memperkaya produk dan membuatnya berbeda dari yang lain,” imbuhnya.
Namun demikian, Ia mengaku produknya masih banyak kekurangan terutama dari segi kualitas dan jaringan pemasaran. Beruntung, ada Bale Berdaya—wadah yang disiapkan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang menjadi rumah bagi para pelaku UMKM termasuk dirinya.
Setelah berada di bawah naungan Bale Berdaya, Ia baru pertamakali mengikuti pelatihan. Ternyata materi yang disajikan narasumber sangat menarik dan luar biasa. “Ibarat saya punya tanah, Amman dan KUMPUL memberikan saya bahan bangunan, kemudian saya diarahkan untuk mengolahnya,” kata Nyonya Abdul Haris ini mengilustrasikan.
Sebelum dibina Bale Berdaya, ibu empat anak ini mengaku model produknya tergantung pesanan dengan harga kisaran dari 15 ribu sampai 150 ribu. Kini setelah mengikuti program Bale Berdaya, Ia lebih membuka diri untuk menyiapkan produk di gallery. Dian juga memafaatkan media sosial untuk memasarkan hasil kerajinannya baik melalui instagram, faceboook dan Tiktok. “Alhamdulillah omzet mengalami peningkatan sebesar 20-40%,” ucapnya.
Selain omzet mengalami peningkatan, berkat Bale Berdaya, Ia mampu menyusun Business Model Canva (BMC), dan pengelolaan keuangan menjadi lebih teratur. Dia juga memahami bahwa branding dan packaging menjadi salah satu faktor kunci agar produk lebih diminati konsumen potensial. Paling penting pengembangan bisnis dan usaha menjadi lebih terarah. (SR)