SUMBAWA BESAR, samawarea.com (10 September 2024) – Wakil Bupati Sumbawa, Hj Dewi Noviany S.Pd M.Pd mengapresiasi digelarnya Pameran Temporer Seni Kuliner Masakan Tradisional Sumbawa di UPT Museum Daerah, Selasa (10/9/24).
Wabup menilai pameran itu merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam rangka melestarikan, memperkenalkan, dan mengangkat kembali kekayaan kuliner lokal yang menjadi bagian dari identitas budaya.
Menurut Wabup yang akrab disapa Hj Novi ini, kekayaan budaya Sumbawa tidak hanya terwujud dalam seni dan tradisi, tetapi juga dalam warisan kuliner yang sudah turun-temurun diwariskan oleh para leluhur. Kuliner Sumbawa memiliki cita rasa khas yang menggambarkan kearifan lokal, kekayaan rempah, serta keunikan cara pengolahannya.
“Dalam pameran ini, kita akan mengenalkan kembali beberapa masakan tradisional yang penuh dengan sejarah dan filosofi budaya,” ungkap Wabup saat membuka Pameran yang digelar Dikbud Sumbawa melalui UPT Museum Daerah, Selasa (10/9/24).
Wabup menyebutkan beberapa masakan khas Sumbawa. Di antaranya Sepat. Masakan yang terkenal dengan perpaduan rasa asam dan pedas ini biasanya menggunakan ikan bakar. Sepat adalah salah satu sajian yang sering dihidangkan pada acara-acara adat atau pertemuan keluarga besar di Sumbawa.
Selanjutnya Singang. Masakan ini merupakan hidangan ikan berkuah kuning dengan bumbu yang sederhana, namun memiliki rasa yang segar dan khas. Hidangan ini menggambarkan kesederhanaan namun kaya rasa dari masyarakat pesisir Sumbawa.
Berikutnya Gecok, makanan khas ini berbahan dasar daging sapi atau kerbau yang dimasak dengan bumbu rempah-rempah yang melimpah, menciptakan cita rasa yang kuat dan beraroma segar. Gecok sering dihidangkan pada acara-acara istimewa sebagai simbol kemakmuran.
“Melalui kuliner ini, kita diajak untuk mengenang kembali bagaimana masyarakat Sumbawa hidup selaras dengan alam, memanfaatkan hasil bumi dengan bijaksana, dan menjaga harmoni sosial di antara sesame,” ujarnya.
Melalui pameran ini juga, Wabup berharap generasi muda semakin mencintai dan bangga terhadap warisan budaya leluhur, termasuk kuliner tradisional. Kuliner bukan sekadar tentang rasa, tetapi tentang sejarah, nilai, dan identitas.
“Karena itu, penting bagi kita semua, terutama para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, untuk terus mengembangkan dan mempromosikan masakan khas ini ke tingkat yang lebih luas, baik nasional maupun internasional,” pungkasnya. (SR)