Sumbawa Besar, SR (17/06)
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Sumbawa melakukan vaksinasi ternak secara massal. Kegiatan vaksinasi yang dilakukan bersamaan dengan registrasi ternak pada Tahun 2014 ini bertujuan untuk mencegah terinveksinya penyakit SE dan Antrax (AT).
Kabid Kesehatan Hewan DPKH Kabupaten Sumbawa, drh Edi Putra Darma, Senin (16/6) menyebutkan, kegiatan vaksinasi tersebut dilakukan untuk memberikan imun atau kekebalan terhadap ternak agar tidak terkena penyakit SE atau lebih dikenal dengan penyakit “Bara Otak” dan penyakit Antrax.
Kegiatan vaksinasi ini untuk sementara telah berlangsung di beberapa kecamatan di antaranya Kecamatan Moyo Hulu, Moyo Hilir, Lape, Lenangguar dan Tarano serta berlanjut setelah lebaran Idul Fitri di beberapa kecamatan lainnya.
Dijelaskan Edi Putra yang didampingi Petugas Laboratorium Tipe C DPKH Sumbawa, drh Wahyu Bawono, bahwa penyakit Bara Otak sering muncul pada rentang waktu Januari hingga Mei, sementara penyakit Antrax di saat pasca musim panas maupun pasca musim dingin, atau pada saat terjadi musim pancaroba.
Untuk dipahami masyarakat, ciri-ciri penyakit Bara Otak atau SE ini antara lain biasanya menyerang ternak yang berumur di bawah 1,5 tahun, dengan ciri-ciri ada pembekakan di bawah leher, terdengar suara ngorok, kesulitan bernafas dan keluar air liur dari mulut, dengan masa inkubasi sekitar seminggu. Penyakit ini jelasnya dapat ditularkan melalui udara. Salah satu upaya untuk mencegahnya yakni melalui vaksinasi. “Kalau ternak tidak divaksin, otomatis ternak dalam kondisi peka atau mudah terserang penyakit terutama ternak sehabis menyusui,” jelasnya.
Ternak sehabis menyusui ini menurut Edi Putra, karena piter anti bodi yang berasal dari air susu induk, konsentrasinya menurun.
Penyakit SE dapat diobati menggunakan obat golongan antibiotika yang efektif untuk membunuh kuman Gram Negatif (jenis bakteri) seperti Preparat Steptomicyn dan obat lainnya.
Sementara ciri-ciri penyakit Antrax, jelas Edi, biasanya ternak yang terserang kebanyakan langsung mati tanpa menunjukan gejala klinis sebelumnya, sehingga sifat Antrax di Kabupaten Sumbawa tergolong perakut (infeksi yang sangat cepat).
Ketika hewan sudah mati, tampak pendarahan keluar dari seluruh lubang alami tubuh seperti mulut, hidung, anus, telinga dan kelamin.
Cara penularannya kepada manusia, sebutnya, ada 2 cara yakni dengan cara mengkonsumsi langsung daging hewan yang positif Antrax (antrax tipe pencernaan) dan Antrax tipe kulit atau kutan. Artinya timbulnya luka (lesi) atau sejenis bisul akibat terciprat darah hewan yang terinfeksi Antrax.
Karenanya untuk memutus mata rantai penyakit tersebut sebaiknya bangkai hewan yang sudah diketahui positif terinfeksi Antrax segera dikubur dalam lubang dengan kedalaman 1,5 hingga 2 meter, lalu bangkainya dibakar kemudian lubang ditutup dan ditaburi dengan kapur dan disemprot dengan desinfektan agar sisa kuman-kuman yang ada mati.
Sementara secara umum lanjut Edi, untuk Tahun 2014 ini belum ada kasus yang terjadi baik SE maupun Antrax. Guna mempertahankan kondisi ini dilakukan vaksinasi yang dirangkaikan dengan kegiatan registrasi ternak.
Sementara untuk ternak yang belum sempat tervaksin, mdapat dilakukan vaksinasi susulan di Puskesmas Hewan di masing-masing kecamatan serta vaksinasi ulangan atau Booster bagi yang sudah divaksin. Untuk diketahui ternak kuda hanya divaksin Antrax, karena kuda kebal SE. berbeda dengan sapid an kerbau harus divaksin SE maupun Antrax.
Pada kesempatan itu juga dijelaskan, SE atau Bara Otak adalah penyakit hewan menular strategis daerah. Artinya semua kecamatan di wilayah Kabupaten Sumbawa dilaporkan pernah terinfeksi. Sedangkan penyakit Antrax hanya terjangkit pada wilayah tertentu seperti Kecamatan Moyo Hilir, Lunyuk, Moyo Hulu, Moyo Utara, Sumbawa, dan Kecamatan Untir Iwis. “Untuk daerah kantong penyakit Antrax ini diprioritaskan dilakukan vaksinasi ternak sampai 100 persen,” demikian Edi Putra Darma. (*)