Gelar Seminar Nasional “Pemberdayaan Pangan Lokal Dalam Perwujudan Kedaulatan Pangan”
Sumbawa Besar, SR (06/06)
“Pemberdayaan Pangan Lokal Dalam Perwujudan Kedaulatan Pangan” merupakan tema Seminar Nasional dan Food Festival yang digelar Program Studi Tekhnologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Universitas Tekhnologi Sumbawa (UTS), Kamis (6/6).
Seminar yang diikuti 200 siswa SMA/SMK/MA dan mahasiswa di Kabupaten Sumbawa, mahasiswa KSB dan praktisi pertanian dan Dinas Pertanian Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa ini, menghadirkan Soedomo Mergonoto–pemilik sekaligus Presiden Direktur PT Santos Jaya Abadi (Kapal Api), Prof Ir Achmad Subagyo M.Agr.,P.hd–Pakar Ketahanan Pangan Nasional yang juga Kepala Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jember (UNEJ), dan Kiki Yulianto STP MP–Dekan FATETA UTS yang dinobatkan sebagai Dekan Fakultas Pertanian termuda Indonesia.
Bupati Sumbawa yang diwakili Staf Ahli Bupati Kabupaten Sumbawa Bidang Pemerintahan, Dr Muhammad Ikhsan Safitri saat membuka seminar, menilai kegiatan yang berlangsung di Aula UTS ini memberi banyak pengetahuan dan motivasi bagi generasi muda tentang kemampuan mensejahterakan kehidupan rakyat melalui kedaulatan pangan lokal. Bahkan seminar ini menjadi media solusi bagi kedaulatan pangan lokal Indonesia. Apalagi para pembicara dalam seminar ini tidak hanya pengusaha kaya dan sukses yang hanya bisa menggelontorkan teori atau akademisi untuk melakukan penelitian, tetapi juga menjadi praktisi dan telah melakukan upaya konkrit sehingga mampu berbicara lantang tentang kondisi dunia pertanian dan ketahanan pangan. “Mewakili pemerintah daerah, kami mengharapkan rekomendasi dalam bentuk program-program kongkrit untuk dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah, karena bagi pemerintah, diversifikasi pangan sebuah keniscayaan,” ucapnya.
Sementara Prof Ir Achmad Subagyo M.Agr.,P.hd dalam paparannya, menyatakan kedaulatan pangan adalah kemandirian dan kecukupan pangan. Sayangnya, pemerintah Indonesia masih mengeluarkan dana yang besar dalam pengadaan beras, bahkan pemerintah telah melakukan “berasinasi” melalui program Raskin. Akibatnya bangsa ini terus mengimpor beras padahal tanah dan air sangat memungkinkan untuk menghasilkan pangan karbohidrat lain selain beras dan mampu membuat bangsa ini berkedaulatan pangan. “Selain jagung dan keladi, tanaman singkong dapat diolah menjadi bahan dasar berbagai makanan, minuman, kosmetik, farmasi, dan tekstil. Bahkan kopi asli Indonesia adalah kopi terenak dan terbaik di dunia,” ujar Bagyo—sapaan akrabnya.
Karenanya dibutuhkan komitmen yang baik dari pemerintah untuk merubah program-program pertanian dan merubah ketahanan pangan menjadi kedaulatan pangan. Selain upaya itu dari para ahli pertanian, biologi dan ahli pangan untuk terus berinovasi dan membuka teknologi dalam menunjang program yang dirasa mampu menjadikan Indonesia berkedaulatan pangan.
Di tempat yang sama Soedomo Mergonoto—pemilik Kopi Kapal Api, banyak memberi inspirasi dan motivasi kepada para peserta melalui pengalaman dan perjalanan bisnisnya. “Saya tidak dapat melanjutkan sekolah karena ketidakmampuan ekonomi, saya hanya lulusan kelas 1 SMA, namun saya terus belajar melalui buku, dikombinasi dengan giat bekerja, ulet, jujur dan terus bergaul dengan siapa saja dan dari kalangan mana saja. Itulah yang menjadikan saya seperti sekarang ini,” ucap Domo—sapaan singkatnya, seraya memberi tips utama bagi kesuksesan seorang pebisnis adalah “kepercayaan”.
Ia mengaku buku telah mengajarkannya banyak hal yang tidak dapat diperolehnya di bangku perkuliahan. Untuk itu, generasi muda sekarang wajib bersyukur dengan segala tekhnologi yang mampu memudahkan kehidupan. Namun tugas para ahli ilmu pengetahuan dalam lembaga pendidikan tinggi untuk membuka pola pikir masyarakat bahwa selain teknologi memberi banyak manfaat, juga mampu menyesatkan, dan ini kerap terjadi dalam bidang pertanian dan pangan.
Di bagian lain Domo meminta pemerintah untuk turut membantu pihak swasta dalam perannya mensejahterakan kehidupan rakyat, dengan melakukan regulasi perizinan, pembiayaan yang tinggi atas pengiriman-pengiriman produk, serta ketegasan dalam pelaksanaan langsung program yang telah direncanakan kepada masyarakat. Di samping itu pemerintah bersedia memajukan ketersediaan fasilitas-fasilitas hiburan dan pusat perbelanjaan untuk menarik minat para pendatang sekaligus menjaga SDM yang ada untuk tetap bertahan di daerahnya. “Sumbawa sangat berpotensi untuk sejahtera melalui lahan pertanian. Berhentilah mengirim bahan dasar dan menerima barang jadi dari luar daerah, terbukalah pada inovasi teknologi, rajinlah menggarap lahan sendiri dan berjayalah dari hasil tanah sendiri,” serunya.
Di bagian lain Kiki Yulianto STP MP–Dekan FATETA UTS, menyatakan kesiapan dan komitmen fakultasnya untuk terus berupaya mensosialisasikan inovasi-inovasi teknologi pertanian kepada masyarakat, yang diharapkan mampu menjadikan bangsa ini berkedaulatan pangan, yang mungkin akan diawali dari Sumbawa.
Menurutnya, pertanian dapat maju apabila mau terbuka dengan inovasi teknologinya. Hal ini tentunya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekitarnya, dan didukung oleh ketegasan dan komitmen yang tinggi dari pemerintah. “Sinergisitas ini akan menghasilkan pangan yang tidak hanya aman dan sehat, tetapi juga enak dengan harga terjangkau, pangan yang berdaya saing dan bermutu tinggi, serta kedaulatan pangan lokal akan menciptakan kesejahteraan rakyat,” pungkasnya. (*)