Sumbawa Besar, SR (02/04)

Para pelaku pencurian ternak tidak melakukan aksinya secara terang-terangan, tapi juga kejam dan tidak segan-segan membunuh. Mereka beraksi dalam jumlah yang besar dilengkapi senjata tajam dan senjata api. Keberingasan kawanan ini sudah terbukti dengan tewasnya Burhanuddin (37) warga Dusun Rapang, Desa Motong, Kecamatan Utan.
Ayah dua anak ini tewas bersimbah darah dengan kepala terbelah setelah dibantai kawanan yang sangat meresahkan tersebut. Kematian Burhanuddin
membuat situasi di Dusun Rapang, maupun Dusun Labu Bua mencekam. Dan warga merasa was-was khawatir kawanan ini kembali lagi untuk melakukan aksi balas dendam.
Selain itu warga juga merasa kehilangan terlebih lagi keluarga korban. Sebab sebelum meninggal dunia korban sedang menyiapkan sambutan atas kepulangan istrinya dari Malaysia, 15 April 2014 ini.
Kronologis terbunuhnya Burhanuddin ini diungkap Herman salah seorang rekan korban dalam satu tim saat mengejar kawanan tersebut.
Dituturkan Herman, saat mendengar informasi adanya aksi pencurian ternak, warga Dusun Rapang langsung bergerak, terbagi dalam tiga kelompok. Kebetulan dia bersama korban dan 5 orang lainnya berada dalam satu kelompok. Mereka menuju ke arah pantai mengikuti jejak kawanan yang dari kegelapan itu masih bisa terlihat.
Saat mendekati pantai, tanpa diduga dari arah belakang mereka terdengar suara tembakan. Ternyata beberapa orang pelaku tengah menuju ke arah mereka sambil meletuskan senjatanya. “Kami lari kocar-kacir, hanya tinggal Pak Burhan (korban) yang berusaha melakukan perlawanan,” kata Herman.
Herman mengaku tidak melihat secara langsung berapa jumlah pelaku dan bagaimana para pelaku menghabisi nyawa korban. “Suasananya gelap dan kami langsung berlari ke arah perkampungan untuk meminta bantuan,” ucap Herman, seraya mengaku beberapa jam kemudian mendengar kabar Burhanuddin telah meninggal dunia.
Berbeda dengan pengakuan M Tayeb. Dia bersama anaknya merupakan tim lain yang juga ikut mengejar kawanan yang sama.
Saat mendekati bibir pantai, ayah dan anak ini melihat tiga pelaku yang sedang berjaga-jaga. Dalam jarak 20 meter, Tayeb dan kawanan ini saling sorot menggunakan senter yang berbuntut terjadinya saling lempar menggunakan batu. Akibatnya Tayeb mengalami luka memar di pelipis kanan. Tayeb langsung membalas dengan melempar tombak ke arah pelaku dan diduga tembus ke salah satu bagian tubuh pelaku yang langsung kabur bersama tombak tersebut. Satu pelaku lainnya maju ke arah Tayeb dengan parang terhunus. Tayeb pun mencabut pisau siap meladeni. Anak Tayeb berdiri di samping ayahnya membuat pelaku keder lalu mundur dan bersama seorang pelaku lainnya kabur ke arah pantai dan berenang menuju ke tengah.
Tak berselang lama ungkap Tayeb, muncul Serda Sayuti—anggota Danpos TNI AL Labuan Pade. “Saya minta Pak Sayuti melepas tembakan ke arah pelaku yang masih berenang menuju dua bodinya (kapal motor) yang standby di tengah laut,” kata Tayeb. Sedikitnya lima kali AK 47 diletuskan Serda Sayuti.
Di antara kawanan itu sempat berteriak kalau mereka sudah membunuh satu orang warga. Tayeb awalnya tak percaya karena merasa itu akal-akalan pelaku untuk membuat mereka takut dan mengurungkan niat melakukan pengejaran.
Sementara M Sadik—warga Dusun Rapang, mengaku sebelumnya melihat 5 ekor kerbau digiring tiga orang pelaku di dalam perkampungan. Sadik langsung ke masjid dan menggunakan pengeras suara mengumumkan adanya pencurian. Sebelum warga datang, Sadik keluar lalu menghampiri para pelaku. Sialnya satu kali cambukan dari pelaku membuat Sadik kalang kabut dan menghindar.
Ditemui terpisah, Komandan Pos AL Labuan Pade, Letda Heru Setiawan menyebutkan, jumlah pelaku lebih dari 20 orang. Dia mengaku menerima laporan warga bahwa ada tiga bodi mencurigakan. Satunya mendekat ke arah lokasi tambak Rapang Desa Motong, dan satunya lagi mendekat ke Tano Labuan Bajo Utan. Sedangkan satu lainnya berputar-putar di sekitar perairan tidak jauh dari Pos TNI AL.
Heru yang dilengkapi pistol mengaku meluncur ke arah Tano, dan anggotanya Serda Sayuti yang membawa senjata AK 47 bersama Kades Pukat A Karim, ke Labuan Bua.
Sementara anggoita lainnya, Muhammad menyiapkan bodi dan berputar-putar di sekitar perairan dekat Pos AL. “Hanya ada dua senjata yang kami miliki, satunya ada di saya, satunya digunakan Serda Sayuti,” kata Heru.
Heru juga mengaku yang memerintahkan Serda Sayuti melepas tembakan peringatan sebanyak 5 kali yang kebetulan jarak dengan pelaku sekitar 150 meter. Dan pihaknya tidak diperintahkan melepas tembakan untuk membunuh.
Sedangkan kapal yang dimilikinya, kondisinya tidak mampu mengimbangi kapal pelaku. Selain 40 persen mengalami kerusakan, juga jatah minyak yang ada hanya 24 liter. “Kalau kami paksakan mengejar, kami khawatir kapal mati di tengah laut,” tukasnya.
Terkait dengan kematian salah seorang warga, Letda Heru mengatakan akibat pengejaran yang tercerai berai. Jika warga tetap bersama dalam satu kelompok besar kemungkinan akan mampu mengimbangi kawanan tersebut.
Dia juga menyayangkan lambannya laporan warga selama ini. Pihaknya kerap menerima informasi adanya kejadian malam hari setelah pagi harinya.
Di bagian lain Letda Heru juga menyesalkan kurangnya koordinasi sejumlah polsek dengan kesatuannya khususnya dalam terkait kasus pencurian hewan. Apalagi di Desa Pukat kerap terjadi kasus tersebut. Namun demikian pihaknya terus melakukan patroli.
TNI kata Heru siap mendukung pengamanan dengan menempatkan anggota memback-up warga, asalkan ternak ditempatkan secara kolektif di satu tempat. Sebab para pelaku dalam beraksi sudah sangat professional dan mampu mengelabui aparat dengan cara menggunakan lebih dari satu kapal bodi dan beraksi di beberapa tempat secara bersamaan.
Kapolsek Utan, IPTU Gatot, membantah tidak berkoordinasi dengan pihak TNI AL. Di lapangan pihaknya kerap berkomunikasi dengan Serda Sayuti, bahkan bersama-sama terjun ke lapangan. Seperti kasus yang menewaskan Burhanuddin, Kapolsek mengaku terjun ke lokasi dan bertemu Serda Sayuti dan bersama menyisir lokasi. Namun para pelaku sudah kabur ke laut. Pihaknya sempat mencoba mengejar meminjam kapal milik warga. Tapi warga enggan memberikan karena kawatir jiwanya terancam atas aksi balas dendam para pelaku. Di lokasi polisi hanya menemukan korban yang tergeletak dalam kondisi sekarat. Saat dievakuasi menuju Puskesmas Utan, korban menghembuskan napas terakhir.
Kades Pukat, A Karim mengaku warga di desanya diliputi ketakutan. Ia berharap polisi dan TNI mengintensifkan patroli di lokasi yang dianggap rawan. Selain itu meminta kepada Kapolres dan Dandim Sumbawa untuk dapat menempatkan lebih banyak anggota terutama di daerah pesisir wilayahnya untuk memberikan rasa aman kepada warganya yang tengah dirundung ketakutan. (*)