BALI, samawarea.com (4 November 2025) – Tiga provinsi di kawasan Bali-Nusra, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), bersepakat memperkuat kerja sama ekonomi regional dalam kerangka pengembangan kawasan “Golden Triangle” Indonesia Timur.
Kesepakatan itu mengemuka dalam Pertemuan Pembahasan Rencana Kerja Sama Regional Bali–NTB–NTT yang digelar di Gedung Kertha Sabha, Pendopo Gubernur Bali, pada Senin (3/11).
Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, menegaskan bahwa integrasi tiga provinsi ini telah menjadi bagian dari arah pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam RPJMN dan struktur pemerintahan pusat.
“Pendekatan bahwa Bali–Nusa Tenggara ini adalah satu kesatuan ekonomi, the golden triangle, sudah diakui oleh RPJMN dan struktur pemerintahan. Cara pandang dari pusat sampai daerah menempatkan kita bertiga dalam satu frame pengembangan kawasan,” ujar Gubernur Iqbal.
Konsep “Golden Triangle” menurut Gubernur Iqbal bukan sekadar simbol, tetapi strategi konkret membangun diferensiasi ekonomi di kawasan timur Indonesia.
“Kalau di barat ada Bintan dan IMT-GT, maka di timur selatan ada Bali–Nusa Tenggara. Ketiganya saling melengkapi, bukan bersaing,” ujarnya.
Iqbal menilai NTB memiliki peran strategis sebagai jembatan ekonomi dan sosial antara Bali dan NTT, baik secara geografis maupun budaya.
Namun, ia juga mengakui masih ada tantangan seperti keterbatasan fiskal dan tingkat kemiskinan yang mencapai 12%, termasuk 2% kemiskinan ekstrem. Untuk mengatasinya, Pemprov NTB meluncurkan Program Desa Berdaya dan Desa Berdaya Transformatif di 1.166 desa, yang melibatkan kolaborasi pemerintah, dunia usaha, NGO, dan filantropi.
“Masalah kita bukan kurang program, tapi kurang orkestrasi. Sekarang pemerintah provinsi bertindak sebagai orkestrator agar semua bergerak serempak,” tegasnya.
NTB disebut memiliki potensi besar di sektor pertambangan, pertanian, dan perikanan. Cadangan emas dan tembaga di Lombok dan Sumbawa dinilai memiliki nilai tinggi, bahkan melebihi Freeport. NTB juga menjadi penghasil jagung terbesar nasional dan masuk 10 besar produsen beras Indonesia.
Selain itu, NTB merupakan produsen utama udang vaname, tuna, dan bawang putih.
“Kami ingin belajar dari Bali soal pariwisata, dari NTT soal peternakan, dan kami bisa berbagi tentang pengelolaan sumber daya alam dan perikanan,” ungkap Iqbal.
Iqbal juga memaparkan tiga bidang utama integrasi kawasan, yaitu, pertama, konektivitas dan logistik antarprovinsi, termasuk pengembangan pelabuhan dalam Gili Mas dan Bandara Internasional Lombok sebagai hub penerbangan kawasan.
Kedua, sistem energi terbarukan dan super grid Bali–NTB–NTT untuk memasok energi hijau ke Bali
Ketiga, promosi pariwisata bersama sebagai satu ekosistem destinasi “Bali–Lombok–Labuan Bajo”.
Dalam sektor ekonomi rakyat, NTB dan NTT juga memperkuat kerja sama rantai pasok peternakan sapi. NTB menjadi jalur distribusi utama sapi dari NTT ke pasar nasional, termasuk Jabodetabek, dengan volume 52.000 ekor per tahun.
“Kerja sama ini sangat potensial, apalagi setelah 11 tahun baru tahun lalu kami diizinkan kembali melintasi Bali untuk pengiriman hewan ternak,” jelas Gubernur Iqbal.
Pertemuan di Bali menjadi kick-off kerja sama ekonomi tiga provinsi, yang akan dilanjutkan dengan penandatanganan MoU di Lombok dan pembahasan teknis di NTT akhir tahun ini.
Nama kerja sama ini kemudian disepakati menjadi “Kerjasama Regional Bali NTB NTT (KR BNN)” sebagai simbol integrasi ekonomi kawasan timur.
“Kerja sama ini bukan sekadar pilihan, tapi takdir geopolitik dan ekonomi tiga provinsi. Kita memang ditakdirkan untuk bekerja sama membangun kawasan timur Indonesia,” pungkas Iqbal.
Gubernur Bali I Wayan Koster menyambut baik inisiatif tersebut dan menilai kerja sama ini sebagai upaya melanjutkan semangat kebersamaan sejak masa Provinsi Sunda Kecil.
“Ini bukan nostalgia, tapi kelanjutan sejarah dan kebutuhan masa depan. Bali, NTB, dan NTT punya akar dan masa depan yang sama,” ujarnya.
Sementara Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena berharap sinergi ini memperkuat ekonomi kawasan dan meluas ke sektor lain.
“NTB, NTT, dan Bali harus semakin kuat baik dari aspek ekonomi maupun kawasan, dimulai dari kebutuhan masing-masing,” katanya menutup pertemuan. (SR)






