SUMBAWA BESAR, samawarea.com (6 Agustus 2025) – Setiap musim kemarau, warga Desa Lopok Beru Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa, dihadapkan pada krisis air yang cukup serius. Sumber air utama yang berasal dari sumur dangkal di pinggir sungai kerap mengalami penurunan debit, terutama pada Bulan September hingga Desember. Dampaknya, kelompok ibu-ibu PKK yang menanam sayur-sayuran kesulitan dalam melakukan penyiraman rutin.
Upaya warga dalam mengatasi krisis ini dengan menggali sumur pribadi pun belum sepenuhnya membuahkan hasil. Banyak rumah tak mampu menggali sumur karena faktor biaya maupun kondisi tanah yang kurang mendukung. Kondisi ini mendorong perlunya solusi hemat air dan mudah diterapkan.
Menanggapi situasi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Universitas Samawa (UNSA) yang tergabung dalam kelompok 11 hadir menawarkan solusi tepat guna dan ramah lingkungan. Di bawah bimbingan Dr. Didin Najimuddin, ST., MT., mereka memperkenalkan sistem irigasi tetes dan insektisida nabati berbahan daun nimba sebagai bentuk kontribusi nyata kepada masyarakat.
Sistem irigasi tetes yang diperkenalkan merupakan metode pengairan modern yang sangat efisien, karena memberikan air secara perlahan langsung ke akar tanaman. Teknik ini terbukti mampu mengurangi penguapan dan pemborosan air, serta sangat cocok diterapkan pada tanah liat yang memiliki daya serap tinggi.
Melalui program bertajuk “GreenCare: Tanaman Obat Solusi Sehat”, mahasiswa KKL 11 memodifikasi botol plastik bekas menjadi alat irigasi tetes sederhana. Selain menghemat air, inovasi ini juga menjadi bentuk edukasi bagi warga untuk memanfaatkan limbah plastik menjadi sesuatu yang berguna.
“Kami ingin solusi ini bisa diterapkan secara mandiri oleh masyarakat, tanpa biaya besar. Hanya dengan botol bekas dan sedikit penyesuaian, alat ini sudah bisa digunakan untuk menyiram tanaman secara efisien,” jelas salah satu anggota KKL.
Tak hanya mengatasi krisis air, kelompok KKL juga memperkenalkan cara pembuatan insektisida nabati dari daun nimba (Azadirachta indica). Insektisida ini menjadi solusi alami untuk melindungi tanaman sayur dan tanaman obat keluarga (TOGA) dari serangan hama, tanpa mencemari lingkungan.
Rafly Nursahbani, mahasiswa Fakultas Agro Jurusan Pertanian, memberikan pelatihan langsung kepada warga, mulai dari proses perendaman daun nimba hingga penyaringan dan penyemprotan pada tanaman.
“Dengan bahan alami seperti daun nimba, kita bisa merawat tanaman tanpa bergantung pada pestisida kimia. Ini penting untuk menjaga ekosistem dan kesehatan keluarga,” terang Rafly.
Langkah inovatif ini disambut antusias oleh warga dan menjadi harapan baru dalam menghadapi musim kemarau. Melalui pendekatan teknologi tepat guna, mahasiswa UNSA membuktikan bahwa solusi sederhana bisa memberikan dampak besar bagi masyarakat pedesaan.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami. Selain mengatasi kekurangan air, kami juga belajar cara merawat tanaman dengan cara yang sehat,” ujar salah satu ibu PKK setempat.
Dengan keterlibatan mahasiswa dan dukungan dari akademisi, sambungnya, Desa Lopok Beru perlahan mulai menemukan cara untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan krisis air secara mandiri dan berkelanjutan. (SR)






