Oleh : Lani Ruhana (Pemerhati Sosial Ekonomi)
Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman melaksanakan kunjungan kerja ke Kabupaten Sumbawa pada Senin lalu (21/04). Saat tiba di Sumbawa Mentan bertemu dengan para petani yang tengah melaksanakan panen raya jagung di area lahan pertanian Desa Penyaring, Moyo Utara. Saat itu Mentan di dampingi oleh jajaran Forkopimda Provinsi NTB, Gubernur NTB, dan Bupati Sumbawa.
Ketika berdialog langsung dengan para petani, ia menerima keluhan soal harga jagung dan harga gabah yang tidak sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah saat ini, yakni harga jagung Rp 5.500 per kilogram dan harga gabah Rp 6.500 per kilogram.
Dalam menanggapi hal ini, Mentan meminta Perum Bulog NTB, Kabupaten Sumbawa untuk menyerap hasil panen petani sesuai dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah. Namun, karena kapasitas gudang penyimpanan milik Bulog terbatas atau sudah penuh saat ini, maka Mentan meminta kepada pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa untuk menyiapkan gudang sebagai tempat untuk menampung hasil panen para petani. “Saya minta Bupati siapkan gudang, nanti negara yang bayar sewanya,” tagas Amran Sulaiman. (Sumber: samawarea.com)
Di samping itu Mentan juga menargetkan program hilirisasi di Kabupaten Sumbawa untuk hasil panen jagung guna meningkatkan nilai jual dan nilai tambah bagi petani. Program hilirisasi ini sejalan dengan program dari pemerintah pusat yang berkaitan dengan swasembada pangan.
Pada agenda Rakor Peningkatan Produksi Padi dan Jagung di NTB yang digelar di Kantor Bupati Sumbawa pada Senin lalu (21/04), Bupati Sumbawa, H. Syarafuddin Jarot menyoroti pentingnya hilirisasi hasil pertanian sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Ia menyebut hilirisasi pada jagung, daging, dan telur dapat mendorong nilai tambah ekonomi lokal. Bupati pun meminta jika ada program hilirisasi dari Pemprov NTB, sebaiknya direalisasikan di Kabupaten Sumbawa. “Kalau ada program hilirisasi, mohon izin Pak Gubernur, taruh saja di Sumbawa”, pinta H. Syarafuddin Jarot. (Sumber: liputansumbawa.my.id)
Program hilirisasi tersebut mengingatkan kembali pada program Pemprov NTB sebelumnya, yaitu program industrialisasi yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan hilirisasi.
Dikutip dari website Dinas Perindustrian NTB, Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Sehubungan dengan hal ini, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Hj. Nuryanti telah memaparkan program industrialisasi yang mana akan melakukan produksi massal pada produk lokal dengan kualitas tinggi dan berkelanjutan yang disampaikan pada Januari lalu. Ia menyebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) industrialisasi yang disusun disesuaikan dengan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur NTB saat ini yakni “NTB Makmur Mendunia”.
“Pada tahap pertama (lima tahun sebelumnya), kita telah membangun ekosistem industri sebagai pondasi. Sekarang saatnya fokus pada produksi massal, yaitu produksi industri lokal dalam jumlah besar, berstandar kualitas, dan berkelanjutan,” jelas Hj. Nuryanti. (Sumber: suarantb.com)
Pada tahap pertama telah disusun berbagai regulasi seperti Perda dan Pergub, serta dibangun ekosistem industri untuk sektor-sektor prioritas. Ia menyampaikan bahwa sektor paling potensial yaitu fashion dan pengolahan kelapa yang menjadi ikon utama karena telah memiliki ekosistem yang matang. Budidaya kelapa telah berkembang pesat di Lombok Utara dan Lombok Timur, dua wilayah dengan produksi kelapa yang besar.
Dinas perindustrian NTB saat ini fokus pada produksi minyak kelapa VCO sebagai salah satu turunan industri kelapa. Target produksinya mencapai 1 ton minyak kelapa.
Sebagaimananya telah dijelaskan bahwa Lombok Timur dan Lombok Utara telah dipersiapkan untuk memproduksi minyak kelapa secara massal dalam jumlah yang sangat besar, maka tentu hal serupa juga bisa diterapkan di Kabupaten Sumbawa.
Berdasarkan data dari laman NTB Satu Data menyebutkan bahwa Kabupaten Sumbawa merupakan kabupaten dengan produksi jagung terbesar di NTB pada tahun 2023 dengan jumlah produksi sebanyak 692.901,40 ton. Dari jumlah produksi yang melimpah ini perlu adanya pengolahan secara massal dengan melibatkan industri pengolahan yang menggunakan mesin berteknologi tinggi. Jika Kabupaten Sumbawa ditargetkan sebagai daerah hilirisasi, maka akan lebih baik jika hasil pertanian diolah melalui proses industrialisasi.
Di Kabupaten Sumbawa memang ada UMKM yang mengolah hasil pertanian seperti produksi beras, kopi, permen susu kerbau, dan lain-lain dalam bentuk kemasan. Tetapi jumlah produksinya masih terbatas karena peralatan yang digunakan masih tergolong sederhana. Dan tempat produksinya pun belum cukup besar. Termasuk juga dalam hal tenaga atau pegawai yang masih sedikit. Jika hanya mengandalkan UMKM setempat, maka besar kemungkinan akan mengalami kendala produksi dalam jumlah besar atau produksi massal.
Dengan menerapkan program industrialisasi, maka diharapkan hasil pertanian, peternakan, dan perkebunan di Kabupaten Sumbawa dapat diproduksi secara massal melalui industri pengolahan yang menggunakan teknologi yang lebih canggih. Dengan begitu petani, peternak, dan pekebun dapat meningkatkan produktivitas mereka. Dari sini juga akan tercipta lapangan kerja bagi anak-anak muda Sumbawa yang selama ini masih sulit mendapatkan pekerjaan. (*)