Oleh: Lailatul Badriyah (Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang)
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi.
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah Menjadikan DM sebagai penyebab
kematian Urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 Angka kejadian diabetes di dunia adalah Sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi Kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi Dunia. Diabetes melitus diperkirakan akan terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035. Indonesia menduduki peringkat keempat kasus diabetes melitus tipe 2 dengan prevalensi 8,6% dari total populasi, diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.
Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan Hasil Riskesdas tahun 2018 prevelensi penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 sebesar (1,2 %), Dengan jumlah pasien Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 36.486 pasien yang terbagi dalam 10 kabupaten kota yang terdapat di Provinsi NTB, dimana salah satunya adalah Kabupaten Sumbawa Barat dengan jumlah pasien Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 774 pasien (Riskesdas, 2018).
Kabupaten Sumbawa barat terbagi menjadi 9 puskesmas yang tersebar di seluruhh wilayah Kabupaten Sumbawa Barat yang dimana berdasarkan hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2019
bahwa pada daftar 10 penyakit terbanyak Penyakit Tidak Menular pada urutan kedua terdapat penyakit Diabetes Melitus tipe 2 setelah Hipertensi pada urutan pertama yaitu dengan jumlah kasus 891 pasien. Diabetes melitus pada Puskesmas Poto Tano berada pada urutan kedua jumlah pasien Diabetes Melitus terbanyak dari 9 puskesmas yang tersebar di kabupaten Sumbawa Barat yaitu sebanyak 67 kasus (Laporan Tahunan DIKES KSB, 2019).
Terdapat 6 faktor yang dapat menyebab Diabeters Melitus, yakni Obesitas (kegemukan) merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan
(energy expenditure) dalam waktu lama. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen Diabetes.
Dislipedimia adalah keadaan yang ditandai dengan Kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Umur berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun. Alkohol dan Rokok yang dimana mengonsumsi barang tersebut secara berlebih dapat mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Gejala klinis yang diderita penyakit Diabetes Melitus dibagi menjadi 2. Gejala akut diabetes melitus yaitu: Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas.
Obat-obat yang dapat digunakan dalam penanganan Diabetes Melitus antara lain. Antidiabetik oral merupakan terapi farmakologi utama untuk mengatasi Diabetes Melitus Tipe II, Insulin merupakan protein kecil yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat mapun metabolisme protein dan lemak, Metformin bekerja dengan mengurangi pembentukan glukosa di organ hati, Sulfonilurea berfungsi untuk menurunkan kadar guka darah, Meglitinide berfungsi untuk merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak insulin, Thiazolidinediones berfungsi mengurangi pembentukan glukosa di hati dan meningkatkan aktivitas insulin, Inhibitor DPP-4 berfungsi merangsang pelepasan insulin ketika gula darah meningkat, Inhibitor SGLT2 berfungsi menyaring darah di ginjal dengan menghantarkan kembalinya glukosa ke aliran darah, Agonis reseptor GLP-1 berfungsi merangsang pelepasan insulin oleh pankreas setelah makan, Inhibitor Alfa-Glukosidas berfungsi menghambat pemecahan karbohidrat dari makanan menjadi glukosa untuk mengendalikan kadar gula darah.
Pencegahan Premordia adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Pencegahan primer adalah Upaya yang ditujukan pada orang yang termasuk kelompok Risiko tinggi, yaitu mereka yang belum Menderita DM, tetapi berpotensi Untuk menderita DM diantaranya Kelompok usia tua (45 tahun), Kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan BB bayi Lahir > 4000 gr, disiipidemia.
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit meliputi Penyuluhan, Perencanaan makanan, Latihan jasmani, Obat berkhasiat hipoglikemi.
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang dapat di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin. Penderita diabetes melitus biasanya mengeluh gejala khas seperti polyphagia (banyak makan), polydipsia (banyak minum), polyuria (banyak buang air kecil), nafsu makan bertambah namun berat badan menurun secara derastis, mudah lelah, dan kesemutan. Penanganan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan pemiliharaan obat oral hiperglikemik dan isulin serta modifikasi gaya hidup sehat, dan olahraga teratur, serta mengonsumsi obat, menjalan terapi dalam pencegahan Diabetes Melitus. (*)