Nama Tatum Maya terasa asing di telinga masyarakat Sumbawa dan NTB. Bahkan ketika ada yang mengenalnya, mungkin sangat sedikit, hanya sebatas orang dekat dan kerabatnya. Namun, Tatum Maya cukup terkenal di Swedia terutama Kota Skara, tempat tinggalnya saat ini.
Tatum Maya adalah seorang perupa kelahiran Kota Sumbawa Besar, NTB yang berdomisili di Skara, Swedia. Kota Skara, tempat Tatum tinggal adalah salah satu kota tertua bersejarah di Swedia, yang seribu tahun lalu dijadikan sebagai pusat perdagangan dan tempat Agama Kristen diakui di Swedia pada awal abad 11.
Tatum dibesarkan di lingkungan multikultural memberikan dampak pada perspektif-nya dalam menyikapi keberagaman, baik dalam keseharian maupun keartisktikan. Bagi Tatum, seni adalah sebuah pertualangan, dimana ia menolak untuk berhenti di satu titik.
Pertualangan ini seperti proses mencari jati diri yang memaksanya harus keluar dari zona nyaman dan mencoba medium baru dalam proses berseni. Karena kreativitas seni bukan sesuatu yang tetap, seperti halnya hidup yang terus berjalan, setiap harinya kehidupan memberikan sesuatu yang baru untuk belajar.
Pada tahun 2010, Tatum melanjutkan perjalanan kreatif dan pindah ke Swedia untuk mendalami dunia desain visual. Ia lalu menjadikan Swedia sebagai salah satu kampung halamannya selain Indonesia.
Berada di negara yang penuh kebebasan berkreasi dan perbekalan warisan budaya Indonesia yang dimilikinya, memberikan satu keunikan tersendiri dalam berkarya. Melalui lukisan sebagai mediumnya, Tatum merefleksikan perjalanan ulang alik antara dua kampung halamannya.
Dalam kehidupan kesehariannya Tatum selalu merasa dekat dengan budaya tanah kelahirannya, Sumbawa. Dimana ia menghabiskan masa kecilnya hingga umur 7 tahun. Kedekatannya dengan budaya Sumbawa memberikan inspirasi besar untuk Tatum berkarya.
Bagi Tatum, warisan budaya adalah bekal hidup, dimana ia belajar tentang norma, kepercayaan, kerohanian dan saling menghargai. Memberikan pengetahuan tentang warisan budaya adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ibu kepada anak-anaknya. Setelah mengadakan rangkaian pameran tunggal di beberapa kota di Swedia, Tatum melihat rasa keingintahuan orang-orang Nordic terhadap budaya Indonesia.
Di awal tahun 2020, Tatum menyampaikan gagasan untuk menghadirkan kendaraan baru yang dapat saling mengisi dan juga memperkaya hubungan antar kedua negara melalui seni dan budaya. Dan gagasan tersebut dikembangkan bersama para rekannya di Sacred Bridge Foundation dan menjadi program Intra-Chromatic.
Pada tahun 2021, Tatum menggelar pameran yang bertemakan Persilangan Budaya antara Nusa Tenggara Barat, Indonesia dengan Skara, Swedia. Pameran ini disambut baik oleh masyarakat Skara. Perwakilan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Stockholm, Kepala Kebudayaan Skara dan para pengamat seni dari berbagai museum seni di Swedia hadir memeriahkan upacara pembukaan yang dilangsungkan bertepatan pada hari nasional Swedia tanggal 6 Juni 2021.
Pameran Persilangan Budaya antara Nusa Tenggara Barat dan Skara ini diliput beberapa kali oleh koran berita lokal dengan judul utama ”Skara Membuka Pintu Persahabatan Sebesar-besar untuk Indonesia”.
Melanjutkan kesuksesan Pameran Persilangan Budaya yang diadakan di Skara, Swedia, Tatum berencana membawa karya-karyanya untuk dipamerkan di Indonesia, menjadikan pamerannya yang pertama di Indonesia.
Rencana pameran ini menjadi satu bagian dari program Intra-Chromatic yang akan dilaksanakan oleh Sacred Bridge Foundation dan bekerja sama dengan Konstmuseet Skövde (Museum Seni di Kota Skövde, Swedia) di Museum Nasional Jakarta pada tanggal 10 – 11 Februari, 2023. (SR)