OPINI: Kartini Modern

oleh -122 Dilihat

Penulis : Anita, Dusun Ai Puntuk Desa Serading, Kecamatan Moyo Hilir

SUMBAWA BESAR, SR (4/5/2019)

“Ingin benar hati berkenalan dengan gadis Modern, dengan sepenuh hati saya, anak gadis yang berani, yang sanggup tegap berdiri sendiri, gadis yang tangkas, dengan suka ria hati, tetap gembira dan asyik, yang berdaya upaya bukan hanya untuk kemaslatan dirinya sendiri, melainkan untuk masyarakat luas, yang ihtiarnyapun akan membawa kebahahagiaan kepada sesama umat manusia”

Jepara, 25 Mei 1899 (Salah satu surat Kartini kepada Sahabatnya–Nona  Zeehandelaar)

Hari Kartini telah berlalu tetapi tidak lengkap rasanya apabila semangat yang beliau wariskan tidak terapreasi dalam narasi. Kartini atau lengkapnya Raden Adjeng Kartini terlahir dari keluarga Keraton  Jepara. Figur yang mempunyai pemikiran yang sangat modern, seorang pembelajaran, berani, santun, kritis, agamis sekaligus pemikir membuat Kartini dikenal dengan sosok sangat penting dalam sejarah kebangkitan semangat kaum perempuan pribumi. Karenanya bukanlah suatu hal yang berlebihan apabila   tanggal kelahiran Kartini, 21 April yang dikenal sebagai Hari Kartini sangat diapreasiasi oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya kaum perempuan.

Sebagai salah satu hari pahlawan Nasional, masyarakat se-Indonesiapun tahu bahwa Hari Kartini yang begitu menyatu dengan kata “Emansipasi” hingga kini telah berhasil mengubah stereotypes masyarakat atas kesempatan dan hak–hak yang sejatinya dimiliki kaum perempuan. Hak untuk menentukan masa depan, hak akan kesempatan dan membuat harapan serta hak–hak lainnya yang menjadi dasar dalam kehidupan yang sejatinya.

Figur Kartini juga yang begitu dikenal melalui  tulisannya yang telah dibukukan dengan judul “Door Duiternist Tot Licht–’Habis gelap terbitlah terang’ telah berhasil merobohkan rasa pesimis kaum perempuan pribumi. Buku tersebut juga berisi kumpulan surat-surat yang Kartini kirim ke teman-temannya di Eropa yang mengungkapkan dan menceritakan kejanggalan–kejanggalan yang terjadi dan dialaminya. Sejatinya setiap baris tulisan dalam buku tersebut menjadi penerjemah kisah dan perjuangan sang Kartini sebagai wanita Keraton yang sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Namun, di sisi yang lain juga Kartini hadir menjadi wanita yang berbeda, prinsipnya dan jalan pikirannya yang begitu membelakangi apa yang menjadi adat istiadat waktu itu. Sesungguhnya apa yang beliau pahami dan yakini tersebut tidak lepas dari usaha beliau untuk membangkitkan diri dengan terus mengembangkan dan memperkaya ilmu melalui berbagai referensi seperti majalah, koran, buku berbahasa Eropa dan Ilmu Agama. Dengan demikian Kartini semakin memahami arti hidup yang sejatinya bahwa peraturan dan adat istiadat yang ada tidak semuanya tepat adanya serta keyakinan yang dia miliki bahwa perubahan itu pasti akan terjadi seiring berjalannya waktu.

rokok

Penobatan Kartini sebagai Pahlawan Nasional sebagai apreasiasi tertinggi merupakan apreasiasi kepada setiap kita perempuan juga. Namun, pertanyaanya, kenapa harus Kartini? Bukankah beliau bukanlah  wanita yang berada di barisan peperangan? Bukankah beliau hanyalah perempuan pingitan yang hanya berdiam di Keraton? Faktanya, memang beliau bukanlah perempuan perkasa yang ikut andil dalam perang, memang beliau bukanlah wanita yang banyak mengabdikan dirinya dan bersosialisasi namun   Kartini telah berhasil memerangi pandangan hidup dengan pedang literasi yang beliau miliki. Pedang tersebut telah merobohkan benteng ketidakberdayaan kaum perempuan yang pada saat itu menjadi sangat membatasi ruang gerak, pikiran dan kesempatan.

Baca Juga  288 PTT dan 12 CPNS di KSB Terima SK

Seperti  yang tertulis dalam penggalan surat di atas juga bahwa beliau pada saat itu sangat mendambakan figur perempuan modern. Perempuan yang berfikir, bertindak dan berkontribusi dengan cara yang modern. Perempuan yang tidak lagi mengindahkan adat istiadat yang mengkotak–kotakkan masyarakat, peraturan yang begitu bertolak belakang dengan nilai–nilai ahlak yang sesungguhnya. Maka  apabila ada pertanyaan, siapakah Kartini modern yang dimaksud? atau apakah kita termasuk Kartini Modern? Jawaban mutlak ada pada pribadi kita masing-masing. Apakah kehadiran kita berkonstribusi atau tidak, apakah kita wanita yang mau bertindak atau tidak, apakah kita termasuk perempuan yang menjunjung tinggi nilai tata krama, keluarga dan agama atau tidak?”. Hakikatnya sederet pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kartini Modern adalah setiap perempuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan baik yang sekarang berada di bangku sekolah atau kampus yang dengan sungguh–sungguh    mengejar cita–citanya dan harapan hidupnya. Setiap perempuan yang selalu berusaha menyuarakan kebenaran dan ketangkasan berpikir dan bertindak melalui sikap berani dan bertanggung jawab, setiap perempuan yang mempunyai budi pekerti dan cara bersikap yang benar dengan selalu berusaha menjaga nama diri, keluarga, agama dan bangsa, setiap perempuan dan ibu–ibu yang setiap harinya bekerja banting tulang  siang malam baik di pasar, ladang, sawah dan kantor dengan niat memenuhi kehidupan  dan pendidikan anak–anaknya. Setiap perempuan yang di setiap mimpi dan cita–citanya menginginkan perubahan dan kemajuan dan selalu berusaha menginsipirasi banyak orang dan setiap perempuan yang kokoh berdiri dan menjadi tempuan. Sejatinya Kartini adalah wanita yang penuh dengan visi, misi dan kontribusi dalam hidup.

Baca Juga  Banyak Situs yang Tidak Terawat Maksimal

Jika pada saat itu Kartini terkerangkeng untuk bersosialisasi, berkontribusi hingga literasi namun Kartini  zaman modern hanya berkemungkinan terkurung oleh rasa pesimis yang kadang terbungkus rapi dalam bentuk kepentingan pribadi. Meskipun kita saat ini belum sempat untuk memenuhi apa yang dihajatkan Kartini, minimal dengan mengenal dan mengenang figur Kartini, kita mampu meluruskan niat dan menjaga  generasi–generasi kita berikutnya untuk tetap konsisten menjalankan amanah tersebut.

Berangkat dari hal di atas, berkenaan dengan moment Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, sebagai salah satu impian Kartini terbesar yaitu mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik, maka kita sebagai Perempuan di zaman modern, yang begitu didambakan oleh Kartini harus mampu mewarisi semangat beliau untuk selalu berusaha terbebas dari belenggu dan ranjau terbelakangan  melalui peningkatan budaya literasi dan menjunjung tinggi nilai pendidikan. Sehingga kedepannya akan lahir ribuan Kartini–Kartini modern yang siap menjadi sandaran dalam membawa perubahan, kemaslatan  dan kejayaan. Hakikatnya kita  perempuan, kitalah Kartini. Dunia pun mengakui keberadaan dan hak kita melalui jalan yang dirintiskan oleh Kartini. Sekarang waktunya kita melanjutkan rintisan tersebut dengan membawa visi kedepan untuk terus berkontribusi dan memperkaya diri ilmu yang mumpuni.

Selamat Hari Kartini wahai Kartini–Kartini Modern dan selamat terbebas dari sandera keterbelakangan melalui sematan pendidikan yang sejathnya kita dapatkan.  (*)  

 

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *