SUMBAWA BESAR, SR (13/10)
Siapa yang ingin ke Amerika ? pasti banyak yang mengangkat telunjuk. Negeri Paman Sam itu menjadi idaman untuk dikunjungi. Semua ingin kesana, tapi tidak semua orang bisa ke sana, kendati banyak duit dan punya kenalan. Untuk ke Amerika tidak semudah membalik telapak tangan. Dalam pengurusan dokumen saja seperti Visa, mereka harus melalui proses yang panjang dan birokrasi yang sangat ketat karena harus melewati tahapan wawancara di kantor kedutaan yang super teliti ini. Tidak semua bisa lolos, karena klarifikasi pemohon visa sangat menentukan bisa dan tidaknya mengantongi visa.
ZAINUDDIN, CEO SAMAWAREA.COM
Mengapa orang tertarik ke Amerika ? konon negerinya indah, semua ada di sana dan sudah pasti menjadi obyek yang patut direkam. Mulai dari hiburan, pendidikan, kuliner, shopping, pemandangan hingga kehidupan masyarakatnya. Banyak tempat-tempat yang musti dikunjungi, dan rugi jika tidak dijamah. Ada kebanggaan tersendiri jika mampu menginjakkan kaki di negara maju dan adidaya tersebut. Untuk saat ini penulis hanya mendengar cerita orang dan ulasan di media massa bagaimana indahnya kota-kota di negara yang terkenal dengan Patung Liberty-nya tersebut.
Misalnya Kota New York yang merupakan kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat wilayah metropolitan. New York dijadikan pusat perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting. Kota ini sering disebut New York City atau City of New York untuk membedakannya dari negara bagian New York tempat kota ini berada. Banyak distrik dan markah tanah di kota ini yang dikenal di luar negeri. Patung Liberty menyambut jutaan imigran ketika mereka datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kemudian Times Square, dijuluki sebagai “The Crossroads of the World” (Perlintasan Dunia), adalah hubungan distrik Teater Broadway penuh cahaya, salah satu perlintasan pejalan kaki tersibuk di dunia, dan sebuah pusat industry hiburan besar dunia. Dilengkapi wall street di Lower Manhattan, New York City bersaing dengan London sebagai ibukota keuangan dunia dan merupakan rumah bagi bursa saham New York, bursa saham terbesar di dunia menurut kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar di sana. Pecinan asli di Manhattan menarik banyak wisatawan ke pinggiran jalan dan pertokoannya yang sibuk. Sekolah dan universitas kelas dunia seperti Universitas Columbia dan Universitas New York juga terdapat di New City. Kota Boston juga tak kalah menariknya dari New York.
Boston adalah ibukota dan kota terbesar di Massachusetts di Amerika Serikat, berdiri 1630 sebagai koloni utama perusahaan Teluk Massachusetts. Boston juga adalah ibukota dari wilayah tidak resmi New England yang merupakan salah satu kota tertua dan terkaya di
AS, dengan ekonomi berbasis pendidikan, perawatan kesehatan, keuangan, dan teknologi tinggi. Nama julukannya termasuk “Beantown”, “The Hub”, dan “Atena Amerika”, karena pengaruhnya terhadap budaya, intelektual, dan politik.
Boston adalah Kota yang terkenal dengan Tim Basketnya, Boston Celtics yang pernah menjadi juara NBA.
Cerita dua kota yang mewakili sebagian dari keindahan negara maju ini, semakin melambungkan imajinasi sehingga memunculkan keinginan untuk bisa menikmati semua yang tersaji dalam kabar itu secara langsung. Ternyata takdir lah yang menentukan. Imajinasi ini sepertinya akan terwujud setelah Universitas Tekhnologi Sumbawa (UTS) mendapat kesempatan berkompetisi di negara yang dalam dua periode ini dipimpin Barack Obama—anak Menteng yang dikenal dengan panggilan Barry. Meski masih berumur dua tahun, perguruan tinggi yang berada di kaki Bukit Olat Maras, Batu Alang, Kecamatan Moyo Hulu ini, telah mampu mengukir prestasi dunia. Delapan mahasiswa Fakultas Biotekhnologi UTS berhasil mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi iGEM di Boston Amerika Serikat, 27 Oktober—5 November 2014. Mereka yang masih duduk di semester tiga ini akan bersaing dengan mahasiswa di seluruh dunia yang sebagian besar telah berada di semester puncak, bahkan ada yang sudah mengikuti program pasca sarjana. Para mahasiswa FTB UTS ini akan mempresentasekan temuannya–sebuah alat sensor hasil rekayasa genetika bakteri E.coli yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa dalam madu Sumbawa, dan kedepan akan dikembangkan menjadi perangkat lunak handphone (HP). Selama berkompetisi mereka akan didampingi dua orang dosen cantik, Sausan Nafisah dan Maya Fitriana. Sebenarnya ikut juga mendampingi Dekan FTB, Dr Arief Budi Witarto Ph.D yang terbang langsung dari Tokyo Jepang. Tapi secara mengejutkan Dekan yang namanya telah tercatat sebagai ilmuwan dunia ini dipilih menjadi satu-satunya juri dari Indonesia untuk kompetisi tersebut (iGEM).
Keberangkatan mahasiswa UTS pada 27 Oktober—25 November ini, berkah bagi penulis, karena satu-satunya wartawan yang diajak serta untuk mendampingi mahasiswa tersebut selama berada di Amerika. Tentunya ini perjalanan yang langka dan pasti membanggakan. Untuk memuluskan rencana ini, pengurusan passport sudah dilakukan. Pengajuan visa (kunjungan dan bisnis) pun telah disetujui Kedutaan Amerika di Jakarta. Bahkan sebelumnya, para mahasiswa dan penulis didampingi Rektor sekaligus pendiri UTS, Dr H Zulkieflimansyah SE M.Sc telah diundang sarapan pagi oleh Kedubes Amerika untuk Indonesia, Robert O Blake di kediamannya Jalan Taman Suropati No. 3 Menteng, Jakarta Pusat. Tinggal menunggu waktu, imajinasi ini menjadi kenyataan. Dan kenyataan ini akan menjadi catatan, rekaman dan cerita untuk diputar kembali agar masyarakat khususnya di Kabupaten Sumbawa dapat mengetahui manfaat dari keberangkatan mahasiswa UTS ke Amerika. Di antaranya Sumbawa dengan sendirinya semakin dikenal di mata dunia terutama produk madunya yang berpotensi menjadi komoditi perdagangan lintas Negara dan lintas konsumen. Sebab produk madu ini yang menjadi hasil riset yang akan dipaparkan oleh mahasiswa UTS dalam kompetisi dunia tersebut. Paling penting, prestasi dunia yang bakal ditorehkan mahasiswa UTS ini akan menjadi motivasi bukan hanya bagi mahasiswa dan civitas akademikanya tapi juga mahasiswa lain di Sumbawa dan Indonesia pada umumnya. (*) Baca juga di Gaung NTB