Sumbawa Besar, SR (26/04)

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Sumbawa terus berupaya mengembangkan populasi ternak kerbau yang kualitasnya mengalami penurunan. Perhatian ini bukan hanya diberikan oleh Pemda Sumbawa, tapi secara nasional juga melakukan hal yang sama.
Disebutkan Kepala DPKH Kabupaten Sumbawa, Ir Syafruddin Nur, Jumat (25/4) mengatakan, penurunan populasi kerbau ini terjadi secara nasional, dari 3 juta ekor kini tersisa menjadi 1,5 juta ekor.
Pemda Sumbawa sangat serius menangani persoalan kerbau tersebut, sebab masyarakat di daerah ini secara historis pernah berjaya karena beternak kerbau. Masyarakat Sumbawa pada zaman dahulu berangkat haji dengan hasil ternak kerbau. Bahkan, Kabupaten Sumbawa pernah mengekspor ternak kerbau hingga ke Hongkong. “Kita ingin kembali meraih kejayaan itu,” cetusnya.
Ia mengaku secara sosiokultural pengembangan ternak kerbau di daerah ini sangat mendukung, demikian dengan alam dan lingkungannya.
Menurunnya populasi kerbau, lanjut Syaf—akrab pejabat ramah ini disapa, kemungkinan menganggap pemeliharaan ternak sapi lebih praktis. Namun jika dihitung harganya ternak kerbau bisa mencapai Rp 800 juta.
Apalagi kerbau karapan, harganya dapat mencapai puluhan juta rupiah. “Sebenarnya tidak rugi kalau kita pelihara kerbau, tinggal merawat dengan baik maka hasilnya akan lebih baik,” ujarnya.
Sejauh ini upaya pengembangan kerbau di Kabupaten Sumbawa tengah dilakukan. Salah satunya membangun sebuah UPT Khusus Kerbau yakni UPTD Kerbau Bersinergi di Kecamatan Maronge.
Alasan keberadaan UPTD ini, menurut Syafruddin, untuk melakukan pemuliaan ternak kerbau, karena selama ini ada kecenderungan kerbau secara genetis menurun, kemudian terjadi kawin serumpun.
Melalui UPTD ini, akan dicoba melahirkan ternak kerbau unggulan Sumbawa. Program ini sangat didukung oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Sebab selama ini memang belum ada daerah yang secara khusus melakukan pembibitan kerbau unggulan.
“UPTD ini akan menjadi inti program, sementara masyarakat adalah plasma yang juga menjadi bagian dari garapan UPTD ini, sehingga bukan saja kepentingan pemerintah yang dilakukan tetapi juga akan dilakukan pembinaan terhadap masyarakat sekitar dalam berternak kerbau,” paparnya.
Dipilihnya Kecamatan Maronge, ungkap Syafruddin, karena di wilayah tersebut populasi kerbau masih cukup baik dan lokasinya sangat strategis. Dan Maronge dikenal dengan daerah kerbau.
Disinggung keterlibatan pemerintah pusat dalam program ini Syafruddin Nur mengatakan akan dialokasikan anggaran DAK) Bidang Peternakan dan dana lainnya.
Pada tahun ini Kabupaten Sumbawa mendapat bantuan untuk 10 kelompok ternak bagi penguatan pembibitan ternak kerbau, masing-masing kelompok mendapatkan 20 ekor. Semua kelompok bantuan bibit ini berlokasi di Kecamatan Maronge. Selain itu pemerintah pusat juga memberikan bantuan untuk dua kelompok kerbau perahan di Kecamatan Moyo Utara.
Bagaimana dengan rencana pembangunan laboratorium UPTD Kerbau Bersinergi ? Syafruddin mengaku sedang dalam proses persiapan lokasi. Sementara untuk anggarannya mencapai Rp 1,2 miliar bersumber dari APBN.
“Kami sudah berkoordinasi dengan bagian aset untuk pengadaan tanahnya, kalau sudah rampung akan langsung dibangun,” tandasnya.
Keberadaan program tersebut diharapkan menjadi motifasi bagi masyarakat Sumbawa dengan harapan agar ternak kerbau ini tidak dipandang sebelah mata. (*)