FISIP Universitas Brawijaya Gelar Sumbawa Democracy Forum 2025, Dorong Literasi Kewargaan Siswa

oleh -655 Dilihat

SUMBAWA BESAR, samawarea.com (10 Juli 2025) – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali menunjukkan komitmennya dalam pengabdian kepada masyarakat melalui penyelenggaraan Sumbawa Democracy Forum (Forum Demokrasi Sumbawa). Kegiatan yang mengusung tema “Penguatan Literasi Kewargaan Siswa melalui Sumbawa Democracy Forum” ini digelar Selasa, 8 Juli 2025 di Aula SMP Negeri 1 Lopok, Desa Lopok, Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa.

Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kepedulian akademisi terhadap meningkatnya persoalan moral dan krisis nilai di kalangan pelajar. Dihadiri seluruh pengurus OSIS SMP Negeri 1 Lopok, forum berlangsung dengan antusiasme tinggi. Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara FISIP UB dan SMP Negeri 1 Lopok, yang diketuai Johan Wahyudi, S.IP., M.A., didampingi Dr. Abdul Aziz SR., M.Si.

“Tujuan kegiatan ini adalah memperkuat literasi kewargaan siswa agar mereka dapat tumbuh sebagai warga negara yang baik (good citizen). Ini menjadi penting karena masifnya penetrasi teknologi informasi tidak diimbangi dengan literasi yang memadai di kalangan siswa,” ujar Johan dalam sambutannya.

Dalam pemaparannya, Johan juga menyampaikan data dari Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) terkait kekerasan di satuan pendidikan selama Januari hingga September 2024. Tercatat 36 kasus dengan total 144 korban, didominasi kekerasan fisik (55,5%), seksual (36%), psikis (5,5%), dan kebijakan yang mengandung kekerasan (3%).

Yang memprihatinkan, mayoritas kasus terjadi di tingkat SMP/MTs (36%), diikuti SD/MI (33,33%), SMA (28%), dan SMK (14%). Sebanyak 66,66% kasus berada di bawah naungan Kemendikbudristek, dan sisanya di bawah Kemenag.

Melihat realitas tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat FISIP UB mendorong penguatan literasi kewargaan sebagai langkah mitigatif dan preventif. Sumbawa Democracy Forum menjadi medium edukatif untuk membekali siswa—khususnya pengurus OSIS—dengan pengetahuan dan kesadaran tentang nilai-nilai kewargaan.

Johan menegaskan bahwa siswa sebagai warga negara muda memiliki peran strategis dalam kehidupan berbangsa. Mereka dituntut tak hanya paham hak dan kewajiban, tetapi juga aktif, kritis, dan bertanggung jawab terhadap isu-isu kebangsaan.

“Menjadi warga negara yang baik bukan sekadar patuh hukum, tapi juga aktif berpartisipasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kewargaan dalam keseharian,” tegasnya.

Dalam forum tersebut, siswa diajak berdiskusi secara dialogis tentang pentingnya disiplin, menghargai guru dan teman, menjaga kebersihan lingkungan, serta bijak dalam bermedia sosial. Menurut Johan, nilai-nilai tersebut merupakan pondasi utama dalam mencetak generasi agent of change menuju Indonesia Emas 2045.

Sebagai penutup, Johan yang juga menjabat sebagai Sekretaris Departemen Politik, Pemerintahan, dan Hubungan Internasional (PPHI) FISIP UB menekankan pentingnya pendekatan pendidikan yang mendorong nalar kritis, pembelajaran berbasis proyek, penguatan literasi digital, dan kolaborasi lintas komunitas.

“Penguatan literasi kewargaan siswa adalah langkah konkret menyiapkan sumber daya manusia berkualitas menyongsong masa depan bangsa,” pungkasnya. (SR)

 

nusantara pilkada NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *