Pemutaran Perdana Film “Menari Seirama Ombak” di Pulau Bungin: Kolaborasi Budaya, Alam, dan Sinema

oleh -579 Dilihat

SUMBAWA BESAR, samawarea.com (8 Juni 2025)Sumbawa Cinema Society dengan bangga mempersembahkan pemutaran perdana film pendek Menari Seirama Ombak”, sebuah karya sinematik Anton Susilo yang menggugah dan sarat nilai budaya.

Acara ini menjadi bagian dari program Mero Manto dan berlangsung pada Minggu malam (8/6), pukul 19.30–22.30 WITA di Lapangan Samping GOR Bulu Tangkis, Desa Pulau Bungin. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.

Film berdurasi pendek ini merupakan hasil produksi Sumbawa Cinema Society dengan dukungan pendanaan dari Indonesiana TV Media Budaya, Kementerian Kebudayaan RI. Yang menjadikannya istimewa, Pulau Bungin tidak hanya menjadi lokasi utama pengambilan gambar, tetapi juga jantung dari cerita film ini. Proses produksinya melibatkan secara aktif masyarakat setempat dan para tokoh adat, menghadirkan kolaborasi otentik antara seni, budaya, dan komunitas lokal.

“Menari Seirama Ombak” mengangkat kisah seorang perempuan muda pewaris tarian tradisi Joge Bungin, yang berjuang menjaga warisan leluhurnya di tengah gempuran modernitas. Film ini turut menampilkan dua tarian sakral Suku Bajo, yakni Joge Bungin dan Tibaraki, yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual adat serta simbol harmoni antara manusia dan laut.

Tarian Joge Bungin sendiri adalah representasi kekuatan dan peran perempuan dalam menjaga keseimbangan budaya. Ditarikan oleh 5 hingga 7 perempuan dewasa dengan iringan alat musik tiup khas Bajau, tarian ini juga menjadi persembahan utama dalam upacara adat penting seperti Penobatan Sultan Sumbawa.

Tak hanya pemutaran film, acara ini juga menghadirkan diskusi budaya bersama Dr. Dedi Hari Wibowo, M.Si, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa sebagai narasumber, dan Dr. Rusdianto AR, M.Pd sebagai moderator. Selain itu, penonton juga akan disuguhkan pertunjukan seni budaya yang melibatkan masyarakat Pulau Bungin.

Film ini mengeksplorasi keindahan alam bawah laut Pulau Bungin yang kaya akan ekosistem mangrove dan biota laut. Pengambilan gambar di wilayah pesisir dan laut menguatkan pesan pentingnya menjaga lingkungan sebagai identitas masyarakat pesisir.

Dengan memadukan tiga pilar utama—pelestarian seni budaya, penghormatan terhadap tarian sakral, dan perlindungan ekosistem laut—Pulau Bungin dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan ekologi. Harapannya, pendekatan ini dapat mendongkrak perekonomian lokal sekaligus memastikan keberlanjutan warisan budaya dan lingkungan untuk generasi mendatang. (SR)

 

AMNT pilkada NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *