SUMBAWA BESAR, samawarea.com (11 Februari 2025) – Kabar gembira bagi masyarakat Kabupaten Sumbawa terutama di wilayah Kecamatan Labangka dan sekitarnya. Program Food Estate di wilayah itu akan berlanjut. Program Strategis Nasional (PSN) tersebut sempat dimulai tahun 2020 yang diawali dengan bantuan 200 ekor sapi dalam mendukung pemenuhan program 1000 ekor sapi di Labangka.
Namun dalam perjalanannya program tersebut terhenti dan tidak tuntas. Kini di masa pemerintahan Prabowo—Gibran, Food Estate dilanjutkan, dalam rangka Pembangunan Program Ketahanan Pangan Nasional Labangka berbasis integrasi jagung dan sapi potong di Kabupaten Sumbawa.
Menandai kelanjutan Program Food Estate Labangka ini akan dilakukan penandatangan kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Labangka Lembu Lestari Jaya (PT LLLJ)—perusahaan pertenakan raksasa di Jakarta yang diwakili pemiliknya Arie Triyono, dengan Akademi Komunitas (AKOM) dan Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) langsung oleh pendirinya, Dr. H. Zulkieflimansyah SE., M.Sc, Minggu, 16 Februari 2025.
Selain itu Kementerian Pertanian telah bersurat ke Direktur PT PLN (Persero) mengusulkan bantuan pembangunan infrastruktur jaringan listrik untuk investasi sapi perah dan sapi pedaging pada 29 lokasi kabupaten, termasuk salah satunya Kabupaten Sumbawa.
Dalam usulan yang ditandatangani Sekretaris Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Ir. Ali Jamil M.P., Ph.D ini tercatat di Sumbawa ada dua lokasi pengembangan sapi pedaging. Yaitu Kecamatan Labangka di lahan seluas 1.500 hektar oleh PT Labangka Lembu Lestari Jaya dan Kecamatan Ropang di lahan seluas 5000 hektar oleh PT Esa Sampoerna.
Pendiri UTS dan AKOM, Dr. H. Zulkieflimansyah yang dihubungi samawarea.com, Selasa (11/2/25), memastikan kelanjutan program Food Estate Labangka ini. Food Estate sendiri merupakan program pemerintah pusat yang sebenarnya sudah dimulai tahun 2020 sejak dirinya menjabat sebagai Gubernur NTB.
Dengan kelanjutan program strategis nasional ini, ungkap Bang Zul–sapaannya, Labangka akan menjadi seperti ‘kabupaten sendiri’. Semua kebutuhan ada di Labangka mulai tanaman pangan, peralatan pertanian, hingga ternak. Kemudian, tambah Bang Zul, semua ternak hingga jagung akan diolah di Labangka.
“Semua ternak dipotong disini, kulit dan tulangnya diolah disini, itu semua harapan kita semua, agar industri hadir di Labangka,” tambah Bang Zul.
Ia berharap dengan berlanjutnya Food Estate ini, akan terjadi optimalisasi pemanfaatan lahan dalam mengembangkan agribisnis peternakan yang terintegrasi lintas sectoral untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan wilayah. Kemudian meningkatkan nilai tambah produk unggulan daerah, maupun pengembangan kemampuan penguasaan teknologi kepada masyarakat dalam usaha budidaya hulu dan pengolahan hasil.
Sementara Owner Labangka Lembu Lestari Jaya (LLLJ) Arie Triyono mengemukakan bahwa Pembangunan Labangka Program Ketahanan Pangan Nasional Berbasis Integrasi Jagung dan Sapi Potong ini karena sejumlah alasan.
Yaitu, peningkatan kontribusi NTB untuk pemenuhan kebutuhan daging nasional (4,6% menjadi 30%). NTB sebagai salah satu provinsi sumber bibit nasional, di samping potensi ternak dan pakan yang cukup besar (lamtoro taramba seluas 100 hektar).
Selain itu kultur masyarakat sebagai peternak. Labangka Sumbawa juga memiliki tersedia lahan yang cukup dan masih dimungkinkan untuk dikembangkan, yang didukung kelembagaan petani sangat baik, dan lahan pengembangan jagung cukup luas untuk pengembangan bahan baku pakan ternak, serta pasar jagung tersedia.
“Alasan lainnya, bahwa lima desa di Kecamatan Labangka telah mendapatkan program pengembangan ternak sebanyak 200 ekor dan sarana prasarana pendukung,” sebut mantan Petinggi Angkatan Laut ini.
Dengan keberadaan Food Estate Labangka yang merupakan Program Ketahanan Pangan Nasional berbasis peternakan, petani, peternak rakyat, kawasan spot parsial, dan korporasi ini, diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan, menumbuhkan mutiplier effect terhadap perekonomian wilayah melalui optimalisasi sub sektor lainnya. Selain itu dapat mendukung fungsi “techno-park” agroindustri di NTB, maupun menjadi obyek edu-wisata agroindustri berbasis usaha tani-ternak rakyat. (SR)