SUMBAWA BESAR, samawarea.com (2 Oktober 2024) – Dosen Fisipol Universitas Samawa (UNSA), Dr, Ardiyansyah, M.Si, mengungkapkan bahwa, peta pertarungan Pilkada Sumbawa dari beberapa hasil survei yang dirilis akhir ini, belum tentu mencerminkan hasil akhir pilkada Sumbawa.
Hal ini merujuk beberapa hasil survei yang dilakukan oleh LANSKAP, MY Institute, PRC, Magna Selekta, Lab Politik UNSA dan LSI yang menempatkan pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori unggul atas tiga pasangan lain. “Namanya juga survei, memotret preferensi pemilih dalam satu periode tertentu,” ujar Ardiyansyah.
Namun, yang perlu menjadi catatan, sebut Doktor Ar–sapaan akrabnya, bahwa hasil survei adalah fenomena sementara, yang tidak boleh mendahului takdir Tuhan. Apakah Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori (JARI) otomatis menang di tanggal 27 November ?
Menurutnya, belum tentu, karena pasangan lain seperti Haji Mahmud Abdullah-Burhanuddin Jaffar Salam (Mo-BJS), Dewi Noviany-Talifuddin (DETA) dan pasangan Rafiq-Sahril (RASA), mereka kerja keras siang malam, mampu mengkonsolidasikan mesin partai dan jejaring relawan untuk bekerja lebih keras di akar rumput. Kemudian paslon dapat meningkatkan popularitas, sebaran dan daya jangkau elektabilitas mereka.
“Kalau itu yang terjadi, maka peta pertarungan akan berubah,” ungkap Ardiyansyah, yang juga peneliti utama LANSKAP ini.
Dikatakan Doktor Ar, Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi saat kampanye dua bulan ini, Misteri Tuhan yang sulit ditebak, apalagi Partai Golkar, partai penyokong utama paslon Haji Mahmud Abdullah-Burhanuddin Jaffar Salam, partai syarat pengalaman, layaknya mesin diesel selalu telat panas tetapi kencang di seperempat terakhir pertarungan.
Pasangan Mo-BJS didukung militansi serta semangat juang dari Partai Gelora yang tidak kenal lelah dalam meperjuangkan dan mensosialisasikan paslon sampai ke dusun-dusun. Ketika pergerakan ini terus masif dengan intensitas gerakan terus menguat, akan memberikan efek kuat peningkatan elektabilitas.
“Apalagi calon incumbent ini, memiliki kekuatan jejaring penguasaan teritorial cukup kuat dan terorganisir, kalau jejaring itu mampu digerakkan secara maksimal, maka keberuntungan akan memihak kepada pasangan Haji Mahmud Abdullah-Burhanuddin Jaffar Salam,” imbuhnya.
Demikian juga dengan PKS, mesin politik cukup kuat, sangat teruji, tingkat loyolitas pemilih tehadap partai relatif solid, terbukti menjadi pemenang Pileg 2024, sehingga menempatkan kader PKS di kursi ketua DPRD Kabupaten Sumbawa.
“Kalau mesin PKS solid bergerak untuk mengapitalisasi, melinearkan antara kekuatan mesin politik dengan figurnya dan ditopang mesin politik PPP dan Partai Demokrat, maka akan memberikan pengaruh besar bagi elektabilitas pasangan Dewi Noviany-Talifuddin,” ujarnya.
Sedangkan PDIP, partai utama penyokong pasangan Rafiq-Sahril bersama PAN, memiliki basis masa tradisional, biasa bekerja dalam senyap. Jika PDIP solid bergerak dengan PAN, dan mampu memperluas sebaran serta daya jangkau elektabilitas mereka, tidak hanya kompetitif di wilayah timur dan barat, tetapi mampu bersaing di wilayah kota. Sebab lingkaran kota sangat strategis jika mengacu kepada jumlah pemilih.
Saat ini, lingkaran kota memiliki DPT paling besar. Tidak mengherankan, lingkaran kota akan menjadi battle ground (daerah tempur) pilkada Sumbawa. “Kalau ini bisa dioptimalkan, maka akan memberikan keuntungan besar bagi pasangan Rafiq-Sahril.
Sementara bagi pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori, tidak boleh terlena, tapi harus hati-hati, walaupun per hari ini oleh beberapa lembaga survei menempatkan mereka dengan elektabilitas di atas ketiga pasangan lainnya.
“Bisa menang dan tidak saat 27 November nanti tergantung dari kerja politik tim pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori dalam memanfaatkan momentum politik, jika tidak hati-hati dan menciptakan blunder, kemudian ada isu kerentanan yang langsung ditujukan kepada figur Syarafuddin Jarot dan Mohammad Ansori, kalau isu ini tidak diantisipasi, punya efek kuat kepada kedua kandidat, maka bisa saja menjadi faktor penggerus elektabilitas dan ujungnya terjadi turbulensi suara kepada pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori,” beber Ardiyansyah.
Lebih jauh disampaikan Doktor Ar, peta konfigurasi pilkada saat kampanye resmi dua bulan ini, sangat tergantung dari ketiga pasangan lainnya, baik Haji Mahmud Abdullah-Burhanuddin Jaffar Salam, paslon Dewi Noviany-Talifuddin, dan pasangan calon Rafiq-Sahril.
“Kalau ketiga paslon ini mampu meningkatkan sosialisasi, popularitas dan strategi kampanye dengan efekttif dalam mendongkak tingkat elektabilitas mereka, sangat mungkin bisa berubah, tinggal bagaimana soliditas tim bekerja dan memanfaatkan sisa waktu dua bulan kedepan,” katanya.
Pengalaman dalam setiap pilkada, biasanya lebih dari 50 persen pemilih akan mengkalkulasikan kembali pilihan mereka ketika memasuki masa kampanye resmi hingga menjelang hari pencoblosan tanggal 27 November. Apalagi pada satu minggu terakhir menjelang pencoblosan, masa-masa kritis dan sangat krusial, terutama penggunaan politik uang.
Pada survei LANSKAP, rata-rata 30 persen pemilih kemungkinan bisa merubah pilihan politik mereka. Perubahan dipengaruhi oleh uang atau barang, dan 18 persen lebih pasti akan merubah pilihan politik mereka.
Angka 18 persen, sambungnya, lebih dari cukup bagi paslon untuk mencetak kemengan pilkada Sumbawa tahun 2024. Ini menjadi catatan bagi semua paslon dan para tim sukses. Artinya meskipun mereka memiliki preferensi elektoral per hari ini saat survei dilakukan, tetapi sangat mungkin terjadi perubahan dan kemungkinan besar terjadi migrasi pemilih.
Semua potensi harus dimaksimalkan, dengan adanya 50 persen pemilih masih mungkin berubah di masa kampanye resmi sampai kepada hari pencoblosan untuk menetapkan pilihan akhirnya.
“Artinya apapun masih bisa terjadi dalam politik, kita tunggu saja kerja pemenangan dari masing-masing bakal calon, entah bakal calon mana yang akan mendapatkan momentum pada tanggal 27 November mendatang, perubahan elektabilitas seringkali terjadi ansalkan ada kerja keras dari masing-masing calon dan tim suksesnya,” pungkas Ardiyansyah. (SR)