Festival Teba Murin 2018, Uang Rupiah Tak Berlaku

oleh -103 Dilihat

Merawat dan Melestarikan Budaya, Hingga Promosi Wisata

SUMBAWA BESAR, SR (04/09/2019)

Festival Teba Murin tahun 2018 berjalan lancar dan sukses. Kegiatannya dimulai sejak 28 Agustus dan berakhir pada Sabtu malam 1 September lalu. Ada banyak rangakain kegiatan yang disajikan para pemuda kreatif dari Desa Lenangguar.  Banyak yang bilang hanya “orang gila” yang nekat menggelar acara di dalam hutan berlembah yang jaraknya cukup jauh. Bahkan dengan medan yang terjal. Namun bagi para pemuda Desa Lenangguar yang tergabung dalam panitia Festival Teba Murin 2018 itu bukan sesuatu yang mustahil. Semuanya bisa diatasi. “Tangga seribu” dan jembatan gantung telah disiapkan untuk mempermudah para pengunjung menuju Teba Murin. Kegiatan festival yang beberapa acara intinya digelar di Teba Murin berjalan lancar. Listrik di lokasi bahkan menyala. Meskipun harus menarik aliran ratusan meter dari titik terdekat.

Tabuhan gong pada Selasa sore 28 Agustus lalu menandakan acara festival tahunan di Kecamatan Lenangguar ini dimulai. Meski pada acara pembukaan tidak begitu banyak pejabat yang hadir, namun acara pembukaan tetap semarak. Gubernur NTB terpilih, Dr. Zulkieflimansyah bahkan menyempatkan diri untuk datang. Sejak mulai dibuka, semarak festival kedua ini sudah mulai terasa. Berbagai kegiatan mulai berlangsung. Atraksi budaya ditampilkan setiap hari. Siang dan malam. Ada karnaval budaya. Pentas seni yang menampilkan atraksi seni budaya dan tradisi oleh beberapa desa di Kecamatan Lenangguar. “Tentu ini menjadi salah satu upaya kita untuk terus melestarikan dan merawat tradisi dan budaya kita sebagai Tau Samawa. Lebih khusus budaya dan tradisi kami di wilayah Lenangguar,” kata Ketua Lembaga Adat Kecamatan Lenangguar, Wahyuddin Latif.

Baca Juga  Banjir Terjang 30 Desa, Gubernur Turun ke Bima Beri Bantuan

Semarak kegiatan festival tidak sampai disitu. Sebagai upaya merumuskan ide dan gagasan kreatif untuk pengembangan pariwisata dan budaya, juga digelar Focus Group Disscution. Sejumlah narasumber dihadirkan. Kegiatannya dipusatkan di Teba Murin. Dalam diskusi ini, salah satu point yang dibahas adalah focus pemeliharaan alam dan lingkungan. Komitmen bersama yang lahir dan kuat adalah perang terhadap illegal loging.

Di hari terakhir festival, acara berlangsung dari pagi hingga malam hari. Pagi hari pada 1 September digelar Pasar Rakyat yang oleh pihak panitia dinamai Pasar Poka Moon. Para pedagang kecil di wilayah Lenangguar dilibatkan. Mereka diakomodir untuk membuka lapak di Teba Murin. Berbagai jenis makanan dan minuman tradisional dijual. Salah satunya adalah Ai Poka yang diyakini bisa menambah stamina. Ai Poka ini adalah salah satu minuman tradisional dan khas Lenangguar. Di pasar Poka Moon itu juga unik. Meski transaksi jual beli berlangsung seperti di pasar pada umumnya. Namun, di area pasar Poka Moon, mata uang rupiah tidak berlaku. Bagi setiap pengunjung yang ingin membeli sesuatu, wajib hukumnya membeli koin kayu yang telah disediakan panitia. Koin kayu itulah yang menjadi alat tukar di lakasi para Poka Moon.

Acara berlanjut di sore hari. Kali ini ditampilkan sebuah tradisi turun temurun dan sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Lenangguar. Masyarakat Lenangguar menyebutnya Turen Bendrang Jeruk Ai Oram. Sebuah ritual yang dilakukan sebelum proses perwakinan. Ritual turen bendrang ini disebut sebagai proses penyucian diri bagi pasangan yang siap menapaki jenjang rumah tangga. Proses Turin Bendrang dilakukan tanpa ada satupun yang terlewatkan. Calon pengantin laki-laki dan perempuan dihias seperti akan segera naik ke pelaminan. Dalam prosesi, ada banyak atraksi yang ditampilkan sebelum kedua calon pengantin dimandikan. Ada berbagai jenis kembang, ada juga loto kuning dan lainnya. “Ini adalah tradisi yang perlu kita rawat dan lestarikan,” kata Yud.

rokok

Semarak kegiatan terus berlajut hingga malam hari. Para muda mudi yang datang dari berbagai wilayah se-Kabupaten Sumbawa bahkan sudah memadati Teba Murin sejak pagi. Mereka menunggu acara puncak di malam hari. Oleh panitia acara puncak ini dinamai Romantic Night. Sesuai dengan namanya, malam penutupan memang begitu romantis. Para pengunjung di dalam galap dan hanya diterangi sinar bulan, dihibur oleh salah satu band Sumbawa yang terkenal, Losonk. Alunan bebagai lagu Sumbawa menambah hangat dan romantisnya malam di Teba Murin. Benar-benar romantis. Setiap pengunjung bahkan tidak ingin malam itu berlalu dengan cepat. Mereka benar-benar menikmati setiap suasana di Teba Murin di malam hari.

Baca Juga  Warga Desa Duda Resah, Penyiksa Ternak Bergentayangan

Camat Lenangguar, Surianto menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya Festival Teba Murin 2018 ini. Dia sangat berharap event Teba Murin kedua sejak dimulai tahun lalu ini bisa membawa manfaat yang sangat besar. Terutama bagi kemajuan pawisata dan budaya di wilayah Kecamatan Lenangguar. “Semoga kegiatan ini mampu menjadi ajang untuk terus merawat budaya kita sebagai tau Samawa. Semoga juga kegiatan ini bisa menjadi salah satu alat promosi yang baik untuk destinasi wisata kita di Lenangguar. Sampai jumpa di tahun berikutnya,” ucapnya. (SR)

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *