Rakor Kesehatan “Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu”
Sumbawa Besar, SR (23/09)
Jumlah angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Sumbawa mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2011 tercatat 22 kasus (AKI 224/100.000 kelahiran), 7 kasus Tahun 2012 (71/100.000 kelahiran), meningkat menjadi 15 kasus Tahun 2013 (153 AKI/100.000 kelahiran), kembali turun Tahun 2014 menjadi 7 kasus (125/100.000). Kenyataan ini menjadi perhatian bersama dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu. Salah satu upaya untuk menyamakan langkah dan persepsi adalah menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Bidang Kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan di Wisma Daerah dan digagas Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa ini, bertemakan “Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu”, menghadirkan tiga narasumber yakni Kepala Bappeda Sumbawa, Ir Iskandar, Kepala Dikes Sumbawa, dan Kasi Kesehatan Ibu Dikes, dr Hj Nieta Ariyani. Rakor yang digelar Senin (22/9), diikuti seluruh kepala SKPD terkait, camat, organisasi wanita (PKK, GOW dan Dharma Wanita), IDI, IBI, Kepala UPT Puskesmas, dan bidan.
Dalam laporannya, Kepala Dikes Sumbawa yang diwakili Sekdis, Junaedi A.Pt M.Si mengatakan kematian ibu merupakan hasil interaksi berbagai aspek baik aspek klinis, system pelayanan kesehatan, maupun fakto-faktor non kesehatan yang mempengaruhi pelayanan klinis dan terselenggaranya system pelayanan kesehatan secara optimal. Karena itu diperlukan dukungan semua pihak. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007, sebutnya, AKI mencapai 228/100.000 kelahiran, sedangkan target RPJMN 2010—2014 yaitu 118/100.000 kelahiran dan target MDGs 102/100.000 Klh pada Tahun 2015. Namun penurunkan yang diharapkan belum sesuai dengan yang diharapkan. Sementara di Kabupaten Sumbawa masih mengalami fluktuatif. Untuk itu upaya-upaya strategis dalam percepatan penurunan AKI sudah dilaksanakan dan akan terus kami lakukan. Hasilnya, cakupan K1 99,90 persen, cakupan K4 94,14 persen, cakupan linakes 90,03 persen, cakupan lin non nakes 1,40 persen, cakupan nifas 91,42 persen, cakupan KB aktif 75,50 persen, cakupan Bumil Komplikasi 85,03 persen (data Januari—Desember 2013). Selain itu jumlah tenaga kesehatan pelayanan kesehatan ibu mencapai 46 dokter umum, 1 dokter specialis kandungan, dan 349 bidan (berstatus PNS dan PTT). Kemudian peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat melalui kelas ibu hamil, program P4K, rumah tunggu kelahiran, dan kelompok peduli ibu.
Di samping hasil yang dicapai, lanjut Junaedi, ada tiga tantangan utama yang ditemui di lapangan. Yakni, akses ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah membaik tetapi cakupan dan kualitas pelayanan belum optimal. Terbatasnya ketersediaan sumber daya strategis untuk kesehatan ibu dan neonatal. Serta rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu. “Semoga melalui rakor ini menghasilkan suatu kesepakatan bersama sebagai solusi terbaik dalam rangka percepatan penurunan angka AKI di Kabupaten Sumbawa,” pintanya.
Sementara Bupati Sumbawa diwakili Asisten I Setda Sumbawa, Dr H Muhammad Ikhsan M.Pd mengatakan, kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu kesejahteraan yang harus diwujudkan. Di antara bagian terpenting dari kesehatan adalah kesehatan ibu yang telah tertuang dalam UU RI No. 36 tentang Kesehatan (Bab VII pasal 126) yaitu upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. “Upaya kesehatan ibu dimaksud meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative,” bebernya.
Dalam mendukung terlaksananya 3 strategis dalam percepatan penurunkan AKI, sambungnya, adalah peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, maupun peningkatan peran pemerintah daerah terhadap peraturan yang dapat mendukung secara efektif pelaksanaan program. Selain itu pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Di bagian lain Bupati menyebutkan factor penyebab kematian ibu ada dua yaitu langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu factor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti pendarahan, pre eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.
Sedangkan penyebab tak langsung adalah “Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) dan “Tiga Terlambat” yakni terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor lainnya, ibu hamil yang menderita penyakit menular misalnya, malaria, HIV/AIDS, tuberculosis, sifilis, penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, malaria, asma, dan kurang energy kronik (KEK). “Kami harap ada aksi nyata semua pihak terkait untuk mengatasi persoalan ini, sehingga mampu mempercepat penurunan angka kematian ibu,” demikian Doktor Ikhsan. (*) Baca juga di Gaung NTB