Sumbawa Besar, SR (02/03)
Jajaran Polsek Lape telah mengamankan tiga orang terkait dengan penemuan mayat bayi di Bukit Unter Sepang, Desa Lape, Kecamatan Lape, Sabtu (1/3) malam. Ketiganya yang diamankan di Polres Sumbawa ini adalah ST (ibu sang bayi), MN dan MJ—ibu kandung dan ayah tiri ST. Mereka diduga terlibat dalam kasus pembuangan bayi, terlebih lagi MJ yang dicurigai warga adalah pria yang menghamili ST.
Ditemui di Ruang Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Sumbawa, Minggu (2/3), MJ membantah dengan tegas telah menghamili ST—anak tirinya.
Bahkan dia dan istrinya baru mengetahui ST hamil beberapa jam sebelum melahirkan, Kamis (27/2) lalu. Tentu saja keduanya kaget, sebab selama ini ST pandai menyembunyikan kehamilannya. Meski tinggal serumah, dia dan isterinya tidak melihat gejala yang berbeda dengan tingkah laku anak tirinya itu karena berjalan normal seperti biasanya. Apalagi tubuh anaknya yang bongsor membuatnya sangat sulit membedakan dan mengetahui sebuah kehamilan. Saat ditanya, ST berterus terang bahwa yang menghamilinya adalah ER yang tidak lain adalah keponakan MJ yang masih duduk di bangku SMA. Dari penuturan ST, itu terjadi sekitar Juli 2013 lalu. ER memaksa ST untuk berhubungan badan. “Kami kaget mendengarnya, tapi itu sudah terjadi,” aku MJ yang didampingi MN dan ST .
Untuk membereskan masalah ini agar tidak menjadi tandatanya besar bagi masyarakat, MJ sudah berencana malam harinya akan ke rumah orang tua ER. Tapi takdir berkata lain, ST melahirkan sore hari sekitar pukul 16.00 Wita. “Saat melahirkan saya tidak ada di rumah karena sedang membeli rokok di warung langsung duduk-duduk cukup lama,” akunya.
Rupanya tanpa sepengetahuannya, MN lah yang mengurus persalinan ST di dalam kamar. Ketika dia pulang ternyata sudah lahir dan dalam kondisi meninggal dunia. Dia tidak bisa berbuat banyak, lalu kembali meninggalkan rumah karena ada kepentingan dengan seorang warga setempat. MJ juga mengaku tidak mengetahui rencana ST dan istrinya menguburkan bayi tersebut. Ikhwal penguburan ini diketahui saat ST dan istrinya pulang yang
menginformasikan kalau baru saja dari ladang Bukit Unter Sepang sekitar 1 kilometer dari pemukiman untuk menguburkan bayi tersebut. Bayi itu dikuburkan di lubang bekas penggalian warga yang sebelumnya mencari emas. Selain itu lokasi tersebut kerap dikunjungi istri dan ST yang rutin mencari srikaya dan sayur mayur. “Jadi saya tidak terlibat langsung dalam proses persalinan maupun penguburan bayi itu,” akunya sembari diiyakan MN–istrinya.
Namun dia memastikan, kehamilan, kelahiran dan penguburan bayi dilakukan istri dan anaknya karena malu dengan tetangga maupun warga.
MJ tidak menampik sejak dua tahun lalu isu kecurigaan warga terhadap dirinya sudah bergulir. Kemungkinan kecurigaan ini muncul karena ST selalu bersikap manja kepada dirinya. Sebab tak dipungkiri ST menganggap dirinya sebagai ayah kandung, dan dia juga menyayangi ST seperti anak kandung sendiri tanpa membedakan perlakuan dengan beberapa anak kandungnya yang lain.
Saat ada kejadian ini, warga langsung memastikan kalau dia adalah pelaku yang menghamili anak tirinya tersebut. “Tuduhan ini sangat tidak benar. Selain saya tidak pernah melakukan, secara hukum tidak ada saksi yang melihat,” ujarnya. Karena itu dia menyerahkan persoalannya secara hukum kepada penyidik untuk mengungkap kebenarannya, termasuk meminta keterangan ER yang disebutkan putrinya sebagai lelaki yang menghamilinya.
Sementara ST membantah ayah tirinya yang menghamilinya. “Itu tidak benar,” bantahnya. Tapi dia mengiyakan jika ayah tirinya itu menyayanginya seperti anak kandung, dan sebaliknya dia juga menganggap MJ adalah ayah kandung sendiri. “Bapak tidak membeda-bedakan saya dengan anak kandungnya yang juga tinggal bersama kami. Semua sama-sama disayangi,” katanya.
ST secara tegas menyatakan kehamilannya akibat perbuatan ER—sepupu tirinya. Dia dan ER tidak berpacaran dan itu dilakukan karena dipaksa ER. Ternyata perbuatan hanya sekali itu menyebabkan dia hamil dan selama itu juga tidak berani menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Saat dia merasakan akan melahirkan, barulah kehamilan itu diutarakan. ST mengaku melahirkan di dalam kamar hanya dibantu ibunya. Memang diakui awalnya ada gerakan ketika kepala sang bayi menyembul keluar, tapi setelah brojol tidak bergerak lagi apalagi menangis. Rupanya sang bayi yang tidak mendapatkan persalinan sebagaimana mestinya ini, meninggal dunia. Dalam keadaan panik dan takut diketahui warga, muncul keinginannya menguburkan bayi itu secara sembunyi-sembunyi. “Saya yang mengajak mama (ibu) untuk menguburkan anak saya ini di Bukit Unter Sepang,” ujarnya lirih.
Selang tiga hari kemudian, dia mendengar kabar ada penemuan bayi. Meski merasa diri, tapi dia tidak bereaksi hingga akhirnya polisi datang menjemputnya. “Saya bersama mama dijemput polisi untuk dibawa ke Polsek lalu ke sini (Polres Sumbawa),” katanya. Sementara ayahnya dijemput belakangan karena malam itu tidak ada di rumah. “Saya tidak menyangka bisa seperti ini. Dan saya tidak rela orang menuduh bapak yang melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya terhadap saya,” pungkasnya.