SUMBAWA BESAR, samawarea.com (12 September 2025) – Perjuangan H. Asaat Abdullah, ST atau yang akrab disapa Haji Saat, untuk masyarakat Pulau Sumbawa, tak pernah surut, bahkan hingga menjelang akhir hayatnya. Politisi karismatik yang menjabat sebagai Anggota DPRD NTB dan Ketua DPC Partai NasDem Sumbawa ini, dikenal sebagai sosok yang vokal dan konsisten memperjuangkan aspirasi konstituennya, terutama di sektor infrastruktur dan pemerataan pembangunan.
Haji Saat, yang juga mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumbawa, dikenal sangat paham permasalahan infrastruktur jalan di daerah. Perjuangannya terhadap isu ini tak hanya bersifat normatif, tapi konkret hingga ke titik teknis dan penganggaran. Sikap itu kembali ia tunjukkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama mitra kerja Komisi IV DPRD NTB, hanya dua jam sebelum ia menghembuskan napas terakhir.
Dalam RDP tersebut, Haji Saat menyoroti pengalokasian anggaran sebesar Rp 1 miliar untuk pengembangan potensi dan pelayanan kelayakan pulau-pulau kecil di NTB. Ia mempertanyakan kejelasan distribusi anggaran tersebut, terutama kaitannya dengan program prioritas Gubernur NTB dalam sektor pariwisata.
Menurutnya, Sumbawa memiliki daya tarik wisata kelas dunia seperti Hiu Paus, yang terbukti mampu menarik kunjungan wisatawan asing. “Setiap saya pulang ke Sumbawa, pesawat selalu dipenuhi turis asing, sekitar 60 persen penumpang,” ungkapnya dalam rapat tersebut.
Namun ia menyayangkan bahwa keberadaan turis asing itu belum memberikan dampak signifikan bagi masyarakat lokal, khususnya di sekitar destinasi wisata. Selama ini selain menggunakan pesawat, para wisatawan datang menggunakan kapal dari Labuan Bajo, Bali, atau Lombok langsung ke titik destinasi tanpa menyentuh pusat-pusat ekonomi lokal.
Sebagai solusi, ia mengusulkan pembangunan dermaga atau mini port agar kapal-kapal wisata dapat bersandar terlebih dahulu sebelum menuju lokasi wisata. Dengan begitu, masyarakat setempat dapat merasakan dampak ekonomi dari aktivitas pariwisata melalui sektor UMKM dan jasa.
Tak hanya soal pariwisata, Haji Saat juga mengkritisi ketimpangan pembangunan infrastruktur jalan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Ia menegaskan bahwa panjang jalan provinsi di Pulau Sumbawa mencapai 900 kilometer, jauh lebih panjang dari Pulau Lombok yang hanya sekitar 511 kilometer. Namun, alokasi anggaran justru lebih banyak terserap di Pulau Lombok.
Beberapa ruas jalan yang ia sebutkan sangat mendesak untuk diperbaiki adalah ruas Moyo–Batu Bangka–Ulu Air, Jalan Sultan Kaharuddin, jalan ke Labangka, dan ruas Simpang Boak menuju Lenangguar. “Kalau ini disentuh, masyarakat akan sangat berterima kasih kepada Gubernur,” ucapnya.
Pernyataan penuh semangat itu terekam dalam dokumentasi berdurasi 4 menit 20 detik oleh keponakannya, Syamsul Fikri, S.Ag, M.Si, yang juga merupakan rekan satu komisi di DPRD NTB. Rekaman itu menjadi saksi betapa dedikasi Haji Saat terhadap masyarakat tidak pernah padam—bahkan hingga detik-detik terakhir hidupnya.
Selamat jalan, Haji Saat. Perjuanganmu akan selalu dikenang. (SR)