SUMBAWA BESAR, samawarea.com (12/5/2020)
Tenaga kesehatan menjadi garda terdepan dalam menangani Covid-19. Tentunya kiprah dan pengabdian mereka patut diberikan apresiasi. Karena itu pemerintah pusat telah menjanjikan para tenaga kesehatan ini untuk mendapatkan insentif. Namun hingga kini janji pemerintah ini belum terealisasi khususnya untuk tenaga kesehatan (Nakes) Termasuk tenaga kesehatan di Rumah Sakit HL. Manambai Abdul Kadir (RSMA) Sumbawa sebagai rumah sakit rujukan pasien Covid. Padahal di beberapa daerah, para Nakes sudah menerimanya.
Direktur RS HL Manambai Abdul Kadir, dr. Arindra Kurniawan mengakui jika sampai sekarang tenaga kesehatannya belum menerima insentif baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Pemberian insentif ini berdasarkan surat edaran pusat, diberikan terutama kepada tenaga kesehatan yang menangani Covid. Namun dalam perkembangannya, pemberian insentif ini ternyata menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) dalam hal ini Pemprov NTB.
Berita Terkait: DPRD NTB Desak Pemprov Beri Insentif Nakes Penanganan Covid
Disinggung besaran insentif, dr Arindra mengatakan fleksibel. Mengingat tenaga kesehatan di RSMA selaku rumah sakit rujukan dinilai sangat rentan tertularnya covid, tentunya dapat diberikan apresiasi insentif yang cukup layak.
Lebih jauh disebutkan Arindra, ada 175 tenaga kesehatan yang menangani Covid di RSMA. Diakuinya jumlah ini cukup banyak. Ini karena dalam penanganan pasien Covid, pihaknya melakukan sirkulasi setiap 14 hari. “Perawat tidak bisa full terus di ruang isolasi selama penanganan covid, itu tidak mungkin. Kami melakukan sirlkulasi di situ, setiap 14 hari berganti dengan perawat lain, agar mereka bisa istirahat untuk mengembalikan tenaganya agar tetap fit. Kalau misalnya ada perawat kami positif, semoga saja tidak, itu bisa menimbulkan secara psikis dan mempengaruhi kinerja, makanya kami perlu sirkulasi,” ujarnya.
Selain insentif, ungkap Arindra, pihaknya membutuhkan rumah singgah untuk tenaga kesehatannya, setelah menangani pasien covid dan sebelum berkumpul dengan keluarganya. Memang diakui ada dua hotel yang bersedia, yaitu Hotel Suci dan Hotel Sutan. Untuk Hotel Suci telah ditempati oleh orang-orang yang reaktif hasil rapid test. Sedangkan Hotel Sutan hanya menyiapkan 6 kamar, sehingga tidak cukup. Karena itu untuk sementara RSMA, menjadikan ruang Hermodialisa untuk rumah singgah bagi tenaga kesehatannya. (JEN/SR)