Munit Adat Meriahkan Pembukaan Festival Samba

oleh -297 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (16/11/2019)

Festival Samawa Malanti Budaya (Samba) di Kecamatan Plampang rutin digelar setiap tahun. Kegiatan yang mengangkat seni dan budaya masyarakat setempat tersebut kembali digelar tahun ini, tepatnya, Sabtu (15/11/2019). Namun pada Festival Samba ke-10 kali ini sedikit berbeda karena dirangkaikan dengan digelarnya Munit Adat. Tentunya kegiatan yang dibuka Bupati Sumbawa dan dihadiri anggota DPRD, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Kepala OPD, Camat Plampang, kades, toma dan toga ini, berlangsung meriah.

Dalam sambutannya, Bupati Sumbawa melalui Staf Ahlinya, Ir. H. Zulkifli menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam menyukseskan kegiatan ini terutama generasi muda, para seniman dan budayawan Kecamatan Plampang. Kegiatan ini dinilai sangat menarik, menyenangkan, dan menggembirakan sekaligus bermanfaat. “Saya sangat mengapresiasi dan menyambut baik Festival Samba ini sebagai salah satu ikhtiar bersama dalam menggairahkan generasi muda kita untuk berkesenian dan berbudaya dalam mengasah daya cipta, rasa dan karsa, sekaligus menggeliatkan sektor pariwisata berbasis budaya di daerah yang kita cintai ini,” ucapnya.

Terlebih dalam rangka Festival Samba ini lanjut Bupati, masyarakat Kecamatan Plampang juga menggelar Munit Adat sebagai ekspresi kesyukuran dan kebahagiaan yang telah mentradisi di tengah-tengah masyarakat dalam memperingati hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. “Kecamatan Plampang adalah kecamatan pertama di daerah ini yang menyelenggarakan Festival Budaya, dan kini Festival Samba ini sudah dilaksanakan yang ke-10 kalinya,” ungkapnya.

Baca Juga  Peduli Masyarakat Positif Covid, BRI Berikan Bantuan Alkes ke RS Wilayah Bali Nusra

Karena itu Ia mengajak untuk terus berikhtiar bersama dalam melestarikan budaya dan tradisi daerah di tengah derasnya arus globalisasi. Disadari bahwa begitu pentingnya Kebudayaan dalam memperkokoh identitas kita sebagai Tau Samawa, karena realitas dan berbagai fenomena dewasa ini, menunjukkan krisis identitas telah menyebabkan sebagian besar generasi muda mengekor pada budaya asing. “Ini menjadi penyebab kita kehilangan martabat dan kharisma sebagai masyarakat yang beradab sehingga kita seakan-akan telah kehilangan keunikan dan nilai-nilai kearifan lokal,” tukasnya. “Padahal sesungguhnya, kultur budaya Tau Samawa sangat beradab dan begitu kental dengan nilai-nilai ke-Islaman yaitu adat barenti ko syara’, syara’ barenti ko kitabullah, dan selain itu kita nemiliki falsafah hidup: taket ko nane, kangila boat lenge. Nilai-nilai luhur yang tersirat di dalam falsafah itu seharusnya dapat menjadi pedoman dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat Sumbawa,” imbuhnya.

Baca Juga  Dukung Pesona Gili Balu, Disbudpar KSB Siapkan Resto Apung

Selaras dengan motto pembangunan daerah yaitu mewujudkan Sumbawa hebat dan bermartabat, lanjut Bupati, bahwa manusia yang hebat dan bermartabat adalah manusia yang memiliki kompetensi yang baik dan berkarakter. Ini bisa diperoleh ketika memiliki identitas atau jati diri. Sebagaimana dicontohkan dalam Festival Samawa Malanti Budaya (Samba) ini yang nantinya akan menggelar berbagai atraksi seni budaya lokal. Dalam atraksi ini banyak tersirat pendidikan moral Tau Samawa. Festival Samba ini juga erat kaitannya dengan visi pembangunan mental spiritual yaitu semangat kebersamaan dan kegotong-royongan dalam masyarakat Tana Samawa.

Pantauan wartawan media ini, pada pembukaan Festival Samba ini diawali dengan Parade Budaya. Paling depan Barisan Penggeliat Seni Plampang, Sanggar Seni Batu Tongkok yang mengarak keliling gambar keris Pusaka Samba. Kemudian diikuti dengan iring-iringan lainnya termasuk baku maulid konstruksi Istana Tua Dalam Loka yang ditampilkan dari tangan kreatif siswa SDN 3 Plampang. (BUR/SR)

rokok
rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *