MATARAM, SR (31/01/2017)
Dugaan ajaran yang tidak sesuai syari’at Islam atau Inkarusunnah (sesat) di Rumah Mengenal Al-Qur’an (RMA) semakin kuat. Toyyibah Bages—guru di SMA Negeri 1 Kota Mataram mengungkap dugaan penyimpangan lembaga yang berlokasi di Jalan Bung Karno Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.
Dikatakan Toyyibah, bahwa pengelola RMA cukup masif dalam mengajak para pelajar untuk ikut belajar di RMA. Iming-iming pemberian uang Rp 50 ribu untuk setiap anak. Para pelajar yang dianggap berprestasi juga diimingi beasiswa. Pertamakali memasuki ruko—tempat RMA beroperasi, terasa ada yang janggal. Ketika mengucapkan salam dibalas dengan ucapan berbeda dan sangat asing di telinga yakni ‘Salaman Alaikum’ bukan lagi menjawab dengan kata ‘Assalamu Alaikum’ sebagaimana mestinya.
Kejanggalan lain, di area pengajaran, tidak ada satupun tulisan Arab, melainkan terjemahan Al-Qur’an berbahasa Indonesia. “Bela Allah SWT atau bela ahli kitab Al-Qur’an. Dia katakan, orang yang sangat jahat adalah orang ahli kitab Alquran/ulama. Dalam FB (facebook)-nya disebutkan hadist Bukhari Muslim adalah ‘HOAX’. Ini sangat meresahkan,” ucapnya di Mataram, Senin (30/1).
Menurut Aisyah—pemilik ruko, sambung Bages, kalau membela hadist berarti menyekutukan Allah SWT. Hal ini, dinilai Toyyibah, merupakan sikap ingkar akan sunah rasul. “SMAN 1 Mataram dan MAN 2 Mataram belum sempat mengirimkan pelajarnya untuk belajar di RMA. Namun, ada beberapa pelajar dari SMA lain sudah belajar di RMA ini. Sebenarnya, hari ini ada jadwal pelajar SMA 7 Mataram belajar di RMA tapi sudah keburu ditertibkan pemerintah,” kata Toyyibah.
Untuk diketahui, saat ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB bersama Kepolisian Daerah NTB tengah meminta penjelasan dari Aisyah atas informasi yang beredar. (NA/SR)