Bank Sampah, Mengubah Sampah Jadi Berkah

oleh -263 Dilihat

Rangkaian Study Tour Batu Hijau Wartawan Sumbawa (Bagian-6)

Maluk, SR (07/09/2015)

Sampah selalu menjadi masalah bagi masyarakat dan lingkungannya. Sampah kerap diidentikkan dengan hal-hal yang merugikan salah satunya berdampak negatif bagi kesehatan karena menjadi salah satu sumber penyakit. Tapi tidak bagi Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Sampah di salah satu kota lingkar tambang PTNNT ini justru menjadi berkah, diburu karena secara ekonomi sangat menguntungkan. Pasalnya di sana telah berdiri Bank Sampah. Lembaga perbankan yang diberi nama “Lakmus” ini didirikan pada Tahun 2012 lalu. Dan sampai sekarang telah memiliki nasabah mencapai 605 orang dan 37 kelompok yang tersebar di tiga kecamatan yakni Maluk, Jereweh, dan Sekongkang. Sebagian besar nasabah bank yang dipimpin duet Taufik dan Yakub ini, adalah pamulung dan ibu rumah tangga. Wartawan SAMAWAREA yang mengikuti Study Tour Batu Hijau, PTNNT, mendapat kesempatan berkunjung ke sana untuk melihat dari dekat aktivitas bank yang bermotto “Bersih Sehat Lestari” ini.

***************

Bank Sampah 1Wanita setengah baya dan seorang pemuda datang hampir bersamaan. Mereka baru saja dari belakang kantor Bank Lakmus membawa karung yang terlihat cukup berat. Bagian belakang kantor ini terdapat lahan yang cukup luas digunakan menampung berbagai barang bekas dari kertas, kardus, gelas dan botol plastic, kaleng, besi hingga seng. Baju yang dikenakan sangat sederhana bahkan masih terdapat bekas-bekas sampah di tubuhnya. Namun demikian mereka disambut ramah dua orang wanita berjilbab layaknya pelayan menyambut sang raja. Wanita dan pemuda itu adalah nasabah Bank Lakmus. Memang tidak seperti kebanyakan nasabah di bank umum lainnya yang tampak necis, dan biasanya datang menggunakan kendaraan roda empat. Nasabah Bank Sampah Lakmus, datang dengan pakaian apa adanya. Bahkan kedatangannya bukan membawa uang, tapi sampah. Sampah berupa gelas plastik air mineral, botol plastik dan sejenisnya ini ditimbang lalu dikalkulasi untuk harga dan besarnya pendapatan yang akan diperoleh hari itu. Sebagian dari pendapatan ini langsung ditabung dan sebagian lagi dibawa pulang untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Harganya bervariasi tergantung jenis sampahnya, bersih dan kotornya,” kata Rosmawati didampingi Mariati—keduanya karyawan Bank Sampah Lakmus saat dikunjungi SAMAWAREA.

Misalnya air mineral kemasan gelas dalam kondisi bening bersih dihargakan Rp 2000 per kilogram apabila langsung ditabung, tapi jika dibayar cash harga turun menjadi Rp 1.800/Kg. Kemudian kardus Rp 900 (ditabung) dan Rp 810 (dibayar cash), koran dan majalah Rp 500/Kg (ditabung) dan Rp 450 (cash). Selanjutnya kaleng aluminium Rp 7.500/Kg (ditabung) dan Rp 6.750 (cash). Besi Rp 2000/Kg (ditabung) dan Rp 1.800 (cash), kuningan tebal Rp 12.000/Kg (ditabung) dan Rp 10.800 (bayar cash), serta botol kaca ukuran besar Rp 250/buah (ditabung) dan Rp 225 (cash). “Harga ini bisa berubah sewaktu-waktu. Jika jumlahnya banyak maka harga akan disesuaikan, demikian dengan barangnya dalam kondisi kotor atau bersih juga mempengaruhi harga,” jelas Rosmawati yang bertindak sebagai kasir.

Baca Juga  Seluruh Desa di Sumbawa Sudah Terjamah Internet

Siapapun bisa menjadi nasabah Bank Sampah Lakmus (BSL), karena terbuka untuk umum. Nasabah dapat berupa perorangan dan kelompok bahkan instansi. Syaratnya juga sedikit mirip dengan bank konvensional lainnya yaitu harus melengkapi diri dengan photocopy kartu pengenal (KTP, SIM, Kartu Pelajar dan lainnya). BSL melayani nasabah setiap hari kerja Senin—Jumat sekitar pukul 07.30 hingga 16.30 Wita. Dalam melayani masyarakat, pihak BSL dapat melakukan penjemputan atau pengambilan sampah nasabah jika berat sampah lebih dari 35 kilogram atau volume sampah lebih dari dua karung.

Disebutkan Ros—sapaan singkat wanita berjilbab ini, ada beberapa jenis tabungan yang disediakan BSL. Yaitu, Tabungan Sembako, Tabungan Hari Raya, Tabungan Pendidikan dan Tabungan Sosial. Tabungan dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah dengan saldo tabungan minimal Rp 25 ribu. “Ada nasabah yang saldo tabungannya sudah mencapai angka jutaan, tapi kebanyakan yang di bawah 1 juta karena sering diambil untuk kebutuhan hidupnya,” jelas Ros.

Silakan beli pulsa dan bayar listrik pake sampah
Silakan beli pulsa dan bayar listrik pake sampah

Menariknya lagi, Bank Sampah Lakmus menyediakan pulsa semua operator GSM. Masyarakat dapat membeli pulsa menggunakan sampah. Harga pulsa pun sama seperti yang ada di counter pulsa umum lainnya. Tak hanya pulsa, bayar listrik pun bisa menggunakan sampah. “Beli pulsa dan bayar listrik di BSL bisa pake sampah,” kata Ros.

Baca Juga  Terganjal Konsesi Tambang, Labangka Komplek Sulit Terwujud

Manfaat dan tujuan dirikannya BSL ini di antaranya untuk mengurangi jumlah sampah yang terbuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan mengurangi dampak keberadaan sampah terhadap lingkungan. Selain itu meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menabung atau menjual sampah. Serta menstimulus kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah. “Keberadaan BSL juga mendukung program pemerintah dengan paradigma baru pengolahan sampah rumah tangga dan sejenisnya mulai dari pencegahan, pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, pemanfaatan energi, dan pembuangan akhir,” tambahnya.

Disinggung kemana sampah yang terkumpul di BSL ? Ros mengatakan sudah ada pembelinya. Selisih harga dari nasabah dengan yang dijual kembali ke pengumpul tidak terlalu jauh. “Selisihnya hanya Rp 2.000. Memang tidak terlalu besar karena tujuan didirikannya bank ini untuk mengatasi permasalahan masyarakat atau lebih cenderung ke nilai sosialnya,” tandasnya.

Sampah yang didaur ulang menjadi dompet
Sampah yang didaur ulang menjadi dompet

Sebagian sampah yang terkumpul dari para nasabah tidak semua dijual ke pengumpul. BSL bekerjasama dengan usaha ekonomi kreatif untuk merubah sampah menjadi barang-barang berharga dan bernilai ekonomis tinggi seperti dompet, tas dan lainnya.

Inaq Mah, salah seorang nasabah, mengaku sangat terbantu dengan adanya BSL. Semua sampah yang selama ini dianggap biang penyakit dan tak berguna, kini telah bernilai ekonomis. “Sampah ini membantu asap dapur saya tetap mengepul,” katanya.

Tak hanya itu, BSL telah memotivasi masyarakat untuk giat menabung, sehingga secara tidak langsung mereka paham dengan manajemen pengelolaan keuangan di dalam rumah tangga. “Kami sekarang punya pekerjaan sampingan, meski hasilnya tak terlalu besar tapi kontinyu,” timpal Didin, seorang pemuda yang selama ini bergelut dengan sampah.

Untuk diketahui, PTNNT sangat berperan bagi keberlangsungan BSL. Selain memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap karyawan bank setempat, juga mensupport keberadaan bangunan kantor dalam rangka terus eksisnya pelayanan. Perusahaan tambang emas dan tembaga ini akan selalu bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat untuk mendukung penanganan masalah lingkungan sebagai bagian dari program Social Responsibility-nya. (Jen/SR)

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *