Kesenian NTB Didorong Jadi Ruang Spiritual dan Ekonomi Masyarakat

oleh -153 Dilihat

MATARAM, samawarea.com (7 November 2025) – Podcast Bintang edisi ke-18 yang digelar oleh Dinas Kominfotik Provinsi NTB kembali menghadirkan perbincangan inspiratif seputar dunia seni dan spiritualitas. Dengan tema “Seni Pertunjukan dan Kesadaran Spiritual”, tayangan ini menghadirkan dua narasumber, yakni budayawan sekaligus pendiri Komunitas Embun Jiwa Lalu Martadinata, serta Nur Kholis, peneliti musik tradisional dan musisi asal NTB.

Dalam diskusi yang berlangsung di studio Podcast Bintang, Jalan Udayana Mataram, Jumat (7/11/2025), keduanya menyoroti pentingnya memperluas ruang ekspresi bagi seniman sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap karya seni di Nusa Tenggara Barat.

Lalu Martadinata menegaskan bahwa seni merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan kebudayaan. Menurutnya, apresiasi terhadap seniman tidak hanya harus diwujudkan dalam bentuk materi, tetapi juga melalui ruang dan kesempatan yang lebih luas untuk berkarya.

“Apresiasi terhadap seniman tidak hanya berupa materi, tapi juga ruang, waktu, dan kesempatan untuk menunjukkan karya mereka,” ujarnya.

Ia juga mendorong pemerintah dan instansi kebudayaan untuk lebih terbuka terhadap semua pelaku seni di NTB.

“Komunikasi jangan hanya dengan satu atau dua seniman saja. Pemerintah perlu hadir, berpihak, dan membuka ruang bagi semua pelaku seni agar kesenian di NTB semakin masif dan berkembang,” tambahnya.

Lebih jauh, Martadinata menekankan pentingnya keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan spiritual masyarakat.

“Pembangunan fisik harus berjalan seiring dengan pembangunan rasa dan spiritualitas. Pemerintah sudah memberi ruang, tapi perlu diperluas lagi,” pesannya.

Ia juga mengingatkan para seniman untuk menjaga kesadaran spiritual dalam berkarya.

“Buka diri, kenali diri, dan jadilah pengasih serta penyayang bagi semesta,” tuturnya dengan nada reflektif.

Sementara itu, Nur Kholis menyoroti masalah klasik yang masih dihadapi para pelaku seni di NTB: rendahnya penghargaan terhadap seniman itu sendiri.

“Di NTB, terkadang yang lebih dihargai bukan senimannya, tapi alat pendukungnya. Sewa terop bisa lebih mahal, sementara senimannya belum tentu mendapat apresiasi setimpal,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa subjek utama dalam kegiatan seni adalah seniman, bukan sarana pendukungnya.

“Objek itu tidak akan bernilai tanpa subjek. Senimanlah yang membuat panggung menjadi hidup,” tegasnya.

Dalam perbincangan tersebut, keduanya juga menyinggung kesenian rakyat Kecimol yang belakangan menjadi perhatian publik. Menurut Nur Kholis, meskipun terjadi pergeseran bentuk dan penggunaan instrumen modern, Kecimol tetap menjadi sumber ekonomi penting bagi banyak pelaku seni di NTB.

“Awalnya Kecimol menggunakan alat khas Sasak seperti alat petik, tapi kini dikreasikan dengan gitar dan piano. Sayangnya, ada pertunjukan yang melanggar norma. Tapi bukan berarti harus dibinasakan justru dibina dan diarahkan,” jelasnya.

Kedua narasumber sepakat bahwa seni memiliki kekuatan besar untuk membangkitkan kesadaran dan menyatukan masyarakat.

“Jangan pernah meremehkan kekuatan seni. Generasi NTB penuh orang kreatif kita hanya perlu menyentuh dan memberi kesempatan,” tutur Nur Kholis menutup sesi diskusi.

Sebagai penutup, acara Podcast Bintang menampilkan musikalisasi puisi bertema Berbagi Cerita, Berbagi Cahaya”, menggambarkan semangat berkarya dan menjaga harmoni antara seni, spiritualitas, dan kehidupan sosial masyarakat NTB. (SR)

nusantara pilkada NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *