SUMBAWA BESAR, samawarea.com (31 Mei 2024) – Pasca pernyataan Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah M.Pd (Rohmi) tidak lagi melanjutkan Zul-Rohmi jilid II dan maju sebagai Calon Gubernur berpasangan dengan Dr. Ir. H.W. Musyafirin MM (Firin), banyak yang berspekulasi terkait kemungkinan-kemungkinan. Alasannya bahwa politik masih dinamis, dan pendaftaran di KPU masih cukup lama. Selain itu keinginan publik cukup tinggi agar Zul-Rohmi untuk melanjutkan pembangunan NTB untuk periode kedua.
Salah satu kemungkinan itu adalah kembali menyatunya Zul dan Rohmi untuk melanjutkan jilid II. Hal yang mendasarinya, adanya perbedaan arah politik pada Pilgub NTB antara TGB dan Rohmi. TGB secara tegas menyatakan tidak akan mendukung Rohmi—Firin, dan tetap mendukung Zul-Rohmi jilid II. Untuk menyatukan perbedaan ini, satu-satunya jalan Zul-Rohmi tetap berlanjut.
Ditanya berkaitan dengan adanya kemungkinan itu, Doktor Zul saat pertemuan silaturahim dengan sejumlah wartawan di Kabupaten Sumbawa di Café Arung Jonga, Rabu (29/5) malam lalu, mengatakan segala sesuatu bisa saja terjadi sebelum pendaftaran dilakukan. Namun Doktor Zul mengakui kemungkinan Zul-Rohmi jilid II cukup berat untuk diwujudkan.
“Kalau kita di PKS sudah mendengar alasan Bu Rohmi untuk maju. Kami sudah banyak pengalaman menjadi pendamping Bu Rohmi. Jadi nampaknya kemungkinan untuk bertahan sulit,” kata Doktor Zul.
Ia dan PKS mengapresiasi langkah Rohmi maju menjadi calon Gubernur. Karena itu PKS move-on saja dengan langkah-langkah politik yang diambil Rohmi. “Dari dulu sejak akhir tahun lalu kita sudah mulai bikin simulasi. Seperti dengan Pak Sukiman, Pak Suhaili, Pak Mohan dan Pak Fathul untuk simulasi kalau Zul Rohmi tidak lagi berpasangan. Jadi ketika Bu Rohmi memutuskan untuk maju ya tidak terlampau kaget kaget amat,” ujar Doktor Zul.
Dari simulasi ini, sambung Doktor Zul, komunikasi intensif selama ini dengan Suhaili. Dari komunikasi ini juga Suhaili sudah sepakat untuk siap menjadi calon wakil gubernur mendampinginya.
“Sebenarnya pertimbangannya elektabilitas saja. Jadi hasil surveynya elektabilitas saja yang menjadi mantra yang bisa menyatukan. Siapa yang elektabilitasnya lebih baik dan memungkinkan untuk menang dialah yang berada di nomor satu. Kami juga tahu diri. Kalau elektabilitas saya di bawah yang lain juga tidak memaksakan diri untuk maju. Tapi karena kita lihat elektabilitas kita masih dihargai oleh masyarakat dan cukup tinggi, jadi kita maksimalkan,” pungkasnya. (SR)






