SUMBAWA BESAR, samawarea.com (18 Oktober 2023) – Saat ini Program Merdeka UTS Batch 7 telah berjalan dengan menyasar berbagai desa di Kabupaten Sumbawa. Salah satu wilayah yang dijadikan lokasi pengabdian dan pemberdayaan masyarakat adalah Desa Lopok Beru, Kecamatan Lopok. Mahasiswa UTS yang saat ini menjalankan program memiliki beberapa rencana kerja, di antaranya bidang pendidikan dengan penguatan kebudayaan.
Alfassabiq Khairi, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mengatakan, dalam program di Desa Lopok Beru, mahasiswa diminta untuk mengeksplorasi, menjaga, dan memperkuat kebudayaan khas Sumbawa. Hal ini dilakukan mengingat kebudayaan lokal mulai tersisihkan oleh globalisasi.
“Kami dan semua mahasiswa terlibat langsung dalam memenuhi program tersebut dengan terjun langsung ke salah satu sekolah dasar yang berada di desa yaitu SDN Lopok Beru. Para guru dan siswa sangat antusias menyambut kegiatan ini, dan beberapa kebudayaan khas Sumbawa yang diajarkan ke sekolah seperti Batutir, Badede, Lawas, dan Sakeco. Program ini sendiri sudah dimulai sejak September lalu,” ungkapnya.
Dosen yang disapa Alfa menambahkan, budaya tutur batutir ini merupakan sebuah tradisi bercerita ringan, dimana salah satu cerita yang sampai saat ini masih dituturkan adalah Tongtonge, sebuah cerita jenaka. “Cerita Tongtonge memiliki struktur naratif yang khas karena di dalamnya terdapat senandung dalam bentuk puisi.
Senandung yang terdapat di dalam cerita Tongtonge mirip dengan struktur lagu anak-anak “Makan Apa” yang antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya sambung menyambung. Selain itu, sebagai sebuah cerita jenaka Tongtonge juga sarat dengan humor yang dalam bahasa Sumbawa disebut dengan bagesa.
Lalu ada Badede (menina bobokan anak-anak) hal ini biasa dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya atau seorang kakak terhadap adiknya. Badede ini (menembangkan lawas) dilaksanakan dengan tujuan menidurkan sang anak. Kalau anak sudah tertidur maka dengan sendirinya lawas badede ini usai.
Kemudian ada Lawas yang merupakan puisi khas Sumbawa, disampaikan secara turun temurun. Banyak yang berisi nasihat hidup dan pola pikir masyarakat Sumbawa.
Terakhir, Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari lawas atau syair khas tau Samawa (masyarakat Sumbawa). Sakeco banyak digemari masyarakat Sumbawa. Sakeco dimainkan oleh dua orang pria yang merupakan pasangannya dan masing-masing memegang satu buah rebana. Rebana yang digunakan bisa Rebana Ode atau Rebana Rango/Rabana Kebo (Rebana Besar). Penggunaan dua jenis rebana ini didasarkan pada temung yang akan digunakan.
“Harapan kami melalui program ini dapat menjadi giat budaya, yang bisa memicu ketertarikan dan rasa senang belajar budaya dari anak-anak yang ada di sekolah. Walau Promer yang dijalankan oleh para mahasiswa UTS ini hanya beberapa bulan saja, setidaknya bisa menjadi langkah awal penguatan kebudayaan. Semoga mereka menjadi gemar mencoba dan mencintai kebudayaannya sendiri, sehingga keberlanjutan kebudayaan di masa mendatang dapat terjaga dan tetap dilestarikan,” pungkas Alfa. (SR)


 
											 
 




