Saksikan !! Simfoni Cinta untuk Sumbawa

oleh -106 Dilihat

Persembahan SCS, Gerakan Kebudayaan untuk Toleransi dan Perdamaian

SUMBAWA BESAR, SR (22/06/2018)

Sumbawa Cinema Society (SCS) menggagas digelarnya Simfoni Cinta untuk Sumbawa. Pertunjukan lintas seni teater, musik, video, dan seni visual yang dilaksanakan di Jalan Merdeka Sumbawa Besar, Sabtu (23/6) sore dan malam tersebut untuk merespon persoalan identitas, keberagaman, toleransi, dan perdamaian yang dialami oleh anak muda Sumbawa hari ini. “Petunjukan ini kami gelar secara gratis dengan dua sesi dari pukul 16.00–17.30 Wita, dan pukul 20.30–22.00 Wita,” ungkap Direktur SCS, Yuli Andari Merdikaningtyas dalam keterangan persnya, Jumat (22/6).

Dijelaskannya, Simfoni Cinta untuk Sumbawa adalah sekuel dari Harmoni di Tana Samawa (Peraih Hibah Cipta Perdamaian 2017) yang diselenggarakan pada tanggal 19–21 Mei 2017 lalu. Kegiatan ini juga merupakan gerakan kebudayaan yang mengajak seluruh lapisan masyarakat Sumbawa untuk berefleksi melihat persoalan-persoalan yang muncul dalam interaksi antaretnis di Sumbawa melalui media seni. Simfoni Cinta untuk Sumbawa terpilih sebagai salah satu penerima Hibah Cipta Perdamaian 2018 yang diselenggarakan oleh Yayasan Kelola dan Kedutaan Besar Denmark.

Hibah Cipta Perdamaian

Lebih jauh dijelaskan Andari—akrab wanita ini disapa, Hibah Cipta Perdamaian merupakan program Kelola yang didukung oleh Kedutaan Besar Denmark Indonesia, sebagai bentuk kerjasama diplomasi budaya antara Kerajaan Denmark dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Hibah Cipta Perdamaian merupakan dukungan bagi kegiatan kesenian dan kreatif seniman-seniman Indonesia Tengah dan Timur yang mendorong upaya terjadinya perdamaian dan rekonsiliasi di wilayah domisili mereka. Untuk tahun 2018, Hibah Cipta Perdamaian menyasar empat wilayah fokus, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara Kelola adalah organisasi nirlaba berjangkauan nasional yang memberi perhatian pada seni dan budaya Indonesia dengan menyediakan peluang belajar, akses pendanaan, informasi, dan pertukaran budaya. Sejak 1999, Kelola telah mendukung lebih dari 3500 seniman dan pekerja seni Indonesia untuk berkarya, mengembangkan kapasitas, dan memperluas jaringan mereka di bidang tari, musik, teater, dan seni visual.

Baca Juga  Petani Sumbawa Diikutkan Bimtek Biar Kreatif dan Mandiri

Tentang Sumbawa Cinema Society (SCS)

Untuk diketahui SCS yang merupakan penggagas Simfoni Cinta untuk Sumbawa, adalah komunitas pecinta film yang didirikan pada tahun 2014 di Sumbawa Besar. SCS memiliki tiga kegiatan utama. Pertama,  Film Literacy, yang diwujudkan dalam kegiatan pemutaran dan diskusi film. Kedua, Film Training, yang diwujudkan dalam kegiatan pelatihan pembuatan film. Dan ketiga, Film Networking, yang diwujudkan dalam kegiatan membangun jaringan kerjasama dengan komunitas pecinta film di Indonesia. Sejak awal 2017, SCS membuka ruang kolaborasi lintas seni di Sumbawa dalam merespon isu-isu lokal dengan menggunakan media untuk kepentingan edukasi publik.

Biografi Seniman dan Pegiatan Event 

Terselenggarannya Simfoni Cinta untuk Sumbawa ini didukung sejumlah seniman dan pegiat event. Adalah Reny Suci lahir di Sumbawa Besar, 17 Agustus 1985. Reny merupakan alumni kompetisi film cerita pendek LA Lights Indiemovie 2009 ini mengawali karirnya sebagai production assistant di beberapa film dan serial drama, hasil produksi SET Film yang diproduseri oleh Garin Nugroho. Selain berkutat di bidang produksi, ia juga aktif di kegiatan workshop film sebagai programmer assistant di workshop LA Lights Indiemovie tahun 2012 – 2013 dan menjadi event coordinator untuk Anti Corruption Film Festival 2014 – 2015 yang diselenggarakan di 14 kota di seluruh Indonesia. Tahun 2015, Reny menyutradarai film pendek “Jon”, yang terinspirasi dari kehidupan peternak di Sumbawa.

Kemudian Doni Kus Indarto lahir 5 Mei 1969. Sejak 2010 mendirikan dan mengasuh kelompok teater Ruang Karakter di Malang. Saat ini sedang mengembangkan konsep teater diri. Kiprahnya sebagai sutradara teater dibuktikan dalam karya-karya: Rumah Yang Dikuburkan karya Sam Shepard (2010), Boikot Kucing, adaptasi Lysistrata karya Aristophanes (2011), dan Soliloquy (2016). Dalam Acara ini menjadi pelatih teater Dompas Bulaeng. Teater Dompas Bulaeng sendiri merupakan kelompok teater yang lahir paska pertunjukan Harmoni di Tana Samawa. Digawangi oleh beberapa anak muda Sumbawa, kelompok teater ini mencoba bereksperimen dengan berbagai pendekatan untuk merespon fenomena kehidupan di Sumbawa. Pentas pertama mereka berjudul ”Rabalas Rindu” (2017) yang mengangkat tentang permainan anak tradisional Sumbawa yang sudah hampir punah.

Baca Juga  Kuatkan Soliditas, PM Desa Berdaya Sepakati Agenda Rutin

Seniman pendukung lainnya adalah Hallen Muchlis lahir di Sumbawa Besar, 30 Juli 1978. Seorang desainer sekaligus pemilik ”Kre Berek” kaos oblong yang desainnya bertema khas Sumbawa. Baru-baru ini ia menggagas kegiatan Sumbawa Visual Arts sebagai ruang berekspresi seniman-seniman muda Sumbawa. Dalam pertunjukan Harmoni di Tana Samawa (2017), ia akan menyuguhkan kembali Sumbawa pada masa lalu melalui karya seni instalasi. Ade Maulana lahir di Sumbawa Besar. Belajar secara formal tentang seni rupa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ia mengabdikan ilmunya sebagai guru seni di SMA Negeri 1 Sumbawa Besar. Selain itu, ia aktif berkarya dan berpameran di Sumbawa Visual Art. Selanjutnya, Ifa Sarifatia lahir di Sumbawa Besar, 21 Oktober 1990. Tertarik dengan dunia face and body painting sejak awal 2016. Ikut berpartisipasi dalam acara “Pameang Umen Tana Samawa”. Acara ini adalah debut awalnya dalam memperkenalkan face and body painting kepada masyarakat Sumbawa.

Selain para seniman, Drugstone–band Punk Rock Indonesia dari Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat ikut meramaikan pertunjukan tersebut. Band ini dibentuk pada tahun 2004 oleh vokalis/gitaris Ferdiansyah a.k.a Ferd dan Bassist Yuan. Drummer Banie Asril Ramdhani a.k.a Monic dan gitaris/vokalis Darliansyah a.k.a Mr. Poor bergabung dengan DRUG STONE tak lama setelahnya. Pada tahun 2009, Suparman a.k.a P-Man bergabung dan menggantikan Yuan sebagai bassis, melengkapi line-up saat ini. Band ini merekam single pertama di awal tahun 2009 dengan judul “No Money No Honey”. Single kedua yang tercatat pada akhir tahun 2013 dan dirilis pada 1 Januari 2014 berjudul “Burn The City” Lagu DRUG STONE sering fokus pada isu-isu seperti politik, masyarakat dan agama. (SR)

 

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *