Festival Malala Harus Terus Dilestarikan

oleh -94 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (14/10/2015)

Festival Malala hanya ada satu-satunya di Kabupaten Sumbawa. Dalam festival ini  para sandro (dukun) membuktikan kemampuannya untuk menghasilkan minyak yang berkhasiat tinggi dan diyakini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Uniknya lagi, minyak ini hanya dibuat pada Malam 1 Muharram. Karenanya festival yang banyak menyedot perhatian ini harus terus dilestarikan. Selain bernilai ekonomi juga dapat dijadikan salah satu agenda atau kalender pariwisata.

Bupati Sumbawa, Drs H Jamaluddin Malik yang ditemui di Arena Malala, menilai kegiatan tersebut sangat positif, unik dan tidak ada di daerah lain. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahunnya dan berharap akan terus berlanjut. Untuk diketahui ungkap JM—akrab Bupati disapa, minyak-minyak yang dinilai berkhasiat ini dibuat di malam 1 Muharram. Ada keyakinan mereka, 1 Muharram itu sebagai bulan keramat dan penuh berkah lain sehingga diyakini khasiat minyaknya jauh lebih tinggi. “Sebenarnya kapan saja minyak itu bisa dibuat selama ramuannya tersedia,” kata JM.

Baca Juga  Sumur Wakaf ke-15 Global Wakaf-ACT DIY Diresmikan

Untuk kualitasnya minyak, lanjut JM, minyak ini diracik dan dipanaskan menggunakan kayu bakar. Karena membawa kayu bakar ribet akhirnya pada Festival Malala ini para sandro mengunakan kompor. Diakui JM, keberadaan minyak ini tidak sekedar untuk dikonsumsi sendiri melainkan bernilai ekonomis. Dengan khasiat dan keunikannya memancing daya tarik pengusaha untuk membeli dengan jumlah yang banyak. Karena tidak siap, peracik tidak mampu memenuhi permintaan. Ke depan pemerintah akan menfasilitasinya sehingga Sumbawa tidak hanya dikenal dengan madu dan batu akik, tapi juga minyak yang berkhasiat tinggi.

Sementara Kajari Sumbawa, Sugeng Hariadi SH MH mengatakan Festival Malala harus dipelihara sebagai salah satu media atau ajang silaturrahim sesama masyarakat. Kalau bisa, pembuatan minyak ini tidak sebatas 24 sandro dari 24 kecamatan tapi diperluas menjadi 165 orang dari 165 desa. “Saya rasa jika peraciknya banyak pasti hasilnya juga banyak, dan ini akan memancing Yayasan MURI untuk pemecahan rekor,” tandasnya.

Baca Juga  Banyak yang Bukan Pelanggan di Bungin Manfaatkan Air PDAM Secara Ilegal

Hal senada dikatakan Kapolres Sumbawa, AKBP Muhammad SIK yang menilai Festival Malala ini sangat menarik. Keberadaan minyak ini bisa menjadi sugesti untuk menyembuhkan segala macam penyakit. “Harapan saya tradisi atau adat budaya ini harus tetap lestari bukan hanya untuk kalangan tua tapi juga kalangan muda dapat meracik minyak itu sehingga melalui minyak ini Sumbaaw bisa dikenal tidak hanya nasional tapi juga dunia,” ujarnya. (JEN/SR)

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *