Sekolah Adat Sampari Waro, Bantu Masyarakat Waworada Jaga Warisan Leluhur

oleh -387 Dilihat

BIMA, samawarea.com (11 November 2025) – Tak begitu jauh dari pusat Kota Bima dengan jarak 46,1 kilometer ke arah selatan berdiri satu sekoah adat yang masih menggunakan bangunan pinjam pakai yakni sekolah adat Sampari Waro, terletak di Desa Waworada kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Sekolah Adat menjadi upaya masyarakat setempat untuk menjaga budaya dan warisan leluhur. Sekolah ini diresmikan sejak tahun 2024 lalu dan hingga saat ini belum memiliki gedung sendiri,” ungkap Kepala Adat Sampai Waro, Murtalib, saat ditemui media ini, Senin, (10/11) di sela aktivitasnya mengajar.

Sekolah ini mulai dilaksanakan pada Juli 2023 dan diresmikan pada 1 Januari 2024, menjadi tempat belajar bagi sekitar 25 anak-anak yang berusia dari 5-12 tahun.

Kepala Sekolah Adat Sampari Waro, Murtalib, mengatakan siswa di sekolah adat ini belajar tentang menjaga tradisi, budaya leluhur,  permainan tradisional hingga menjaga alam.

“Di sekolah ini juga diajari terkait tarian tradisional Bima bahkan ada tarian khas desa setempat yang dilaksanakan oleh laki-laki yakni hadra,” tambahnya.

Pembelajaran di sekolah adat ini berbeda dengan yang diajarkan di sekolah formal pada umumnya.

“Siswa dari Sekolah Adat Sampari Waro ini adalah anak-anak yang tinggal di Desa Waworada, begitu juga dengan pendidiknya berasal dari warga sekitar,” ungkapnya.

Sekolah adat Sampari Waro memulai aktivitas belajar mulai dari siang sampai hingga sore hari dengan jam pelajaran disesuaikan dengan waktu yang dimiliki para tenaga pengajar yang pagi harinya disibukkan dengan aktifitasnya.

Ia menekankan selain belajar tentang normal dan adab maupun kesenian daerah khususnya Desa Waworada. “Disekolah ini diajari juga terkait tempat bersejarah seperti Oi Ongge, Doro Ina Nasi, Wadu Nocu, Oi Nari bahkan benda bersejarah seperti Sampari Waro,” tambahnya.

Selain itu, sekolah itu juga menjadi upaya menjaga tradisi dari dampak negatif globalisasi dan menjaga dari terkikisnya tradisi leluhur suku Mbojo.

Murtalib mengungkapkan penting menjaga tradisi yang diwariskan leluhur dan sekolah adat dinilai sebagai tempat yang tepat untuk mewariskan nilai-nilai dan ajaran leluhur dengan memberikan penekanan bahwa anak-anak yang mendapat pemahaman tentang warisan leluhur, kebudayaan dan lainnya.

Sementara itu, Ridwan Tance, salah satu tokoh masyarakat mengatakan pendidikan yang diajarkan di sekolah adat merupakan salah satu upaya untuk menjaga adat dan tradisi dari leluhur.

“Kami sebagai masyarakat sangat bahagia dengan adanya sekolah adat Sampari Waro ini. Dengan adanya sekolah adat ini, siswa diajarkan juga cara menanam di sawah, mengikat Rumput Laut dan lainnya,” terangnya.

Bahkan siswa dari sekolah adat ini menjadi lebih rajin membantu orang tua maupun sesama hingga menghargai alam dan masyarakat.  (SR)

nusantara pilkada NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *