SUMBAWA BESAR, samawarea.com (10 Oktober 2025) – PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan meluncurkan program unggulan bertajuk Perhutanan Sosial dan Transformasi Penghidupan Masyarakat (PERTAMAS).
Program ini diluncurkan di wilayah penyangga tambang, tepatnya di Desa Emang Lestari, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, sebagai bagian dari agenda Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Kegiatan Media Visit PERTAMAS yang digelar di KTH Brang Lamar KPH Brang Beh, Rabu (8/10/2025), menjadi ajang penting untuk memperkenalkan langsung capaian dan progres program kepada media, pemerintah, akademisi, serta masyarakat.
Program PERTAMAS hadir menjawab tantangan pengelolaan hutan di zona penyangga tambang AMMAN yang masuk dalam kawasan perhutanan sosial. Kawasan ini menghadapi ancaman degradasi hutan dan potensi konflik, yang berdampak langsung terhadap keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar.
“Kami ingin menciptakan nilai bersama baik untuk perusahaan maupun komunitas. PERTAMAS menjadi bukti nyata komitmen AMMAN terhadap pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan,” ungkap Aji Suryanto, Senior Manager Social Impact AMMAN.
Aji menjelaskan, PERTAMAS dibangun di atas tiga pilar utama. Adalah Pilar Ekologi, mendorong kelestarian hutan secara partisipatif dengan melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH). Upaya ini mencakup pengukuran cadangan karbon, pengembangan demplot agroforestri, serta sistem mitigasi kebakaran hutan.
Pilar Ekonomi, mendorong pengembangan usaha Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti madu, minyak kayu putih, dan kopi. AMMAN memfasilitasi pelatihan, sertifikasi produk, hingga penyusunan Rencana Usaha Perhutanan Sosial (RUPS) agar produk-produk tersebut dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Pilar Sosial, penguatan kelembagaan inklusif melalui pelatihan manajemen KTH, penyusunan Peraturan Desa (Perdes), penyelesaian konflik, dan pendampingan hukum. Forum multipihak juga rutin digelar untuk menjaga sinergi dan transparansi lintas aktor.
Hingga saat ini, PERTAMAS telah melibatkan empat KTH aktif, Sagena Indah, Batu Akik, Sampar Baru, dan Brang Lamar, yang menjadi garda depan dalam pengelolaan kegiatan konservasi dan ekonomi hutan.
Program ini juga didukung oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan mitra pelaksana KONSEPSI, yang berperan dalam pembinaan teknis serta penguatan legalitas dokumen perhutanan sosial.
Sejumlah capaian awal PERTAMAS antara lain, pelaksanaan studi Penilaian Pedesaan Partisipatif (PRA), pelatihan pendamping lapangan dan workshop sinergi lintas pihak, penandatanganan MoU kolaborasi multipihak, persiapan penanaman di lahan demplot seluas 5 hektar per wilayah, dan audiensi dengan kementerian dan stakeholder nasional.
Dengan pendekatan menyeluruh dan partisipatif, PERTAMAS digadang menjadi pilot project yang dapat direplikasi di wilayah lain dengan tantangan serupa. Program ini menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dan penjaga ekosistem, sekaligus memperkuat posisi AMMAN sebagai perusahaan tambang yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dan keadilan sosial.
“PERTAMAS adalah bukti bahwa pengelolaan hutan tidak hanya soal pelestarian alam, tetapi juga menyangkut kesejahteraan ekonomi dan keadilan sosial bagi masyarakat lokal,” pungkas Aji.
Program PERTAMAS dijalankan bersama Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Brang Beh dan mitra pelaksana KONSEPSI NTB. Kepala KPH Brang Beh, Dedi Purwanto, menegaskan bahwa agroforestri yang dilakukan melalui PERTAMAS tidak hanya berdampak pada pelestarian hutan, tetapi juga langsung menyasar pemulihan sumber air bersih masyarakat.
“Salah satu demplot kami berada di wilayah tangkapan air Dusun Sampar Lok. Ini sangat strategis karena membantu menjaga ketersediaan air bersih warga,” ungkap Dedi.
Ia menyebut, program ini juga menjadi bagian dari kewajiban pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), dan berharap keberlanjutan PERTAMAS dapat menekan laju kerusakan hutan yang sebelumnya cukup tinggi.
Sementara itu, Eko krismantono dari KONSEPSI NTB menjelaskan bahwa pihaknya fokus pada dua aspek penting yakni kelola kelembagaan dan kelola usaha. “Kelembagaan yang kuat dan unit usaha yang produktif adalah kunci agar masyarakat dapat mengelola kawasan hutan secara berkelanjutan,” jelas Eko.
Dukungan Penuh dari Pemerintah Desa dan Masyarakat
Kepala Desa Emang Lestari, Deni Murdani SP, mengungkapkan rasa syukurnya atas dipilihnya desanya sebagai lokasi awal pelaksanaan program PERTAMAS. Menurutnya, program ini tidak hanya membawa dampak ekologis, tetapi juga membuka peluang transformasi ekonomi desa.
“Kami harap kawasan ini akan menjadi desa hijau dan produktif. Program ini adalah pintu masuk untuk masa depan pertanian dan ekonomi desa yang lebih baik,” kata Deni.
Deni juga menyebut bahwa PERTAMAS mendukung keberlangsungan proyek air bersih yang sedang berjalan. Dengan penanaman pohon di zona tangkapan air, keberlanjutan sumber air bisa lebih terjamin.
Di tingkat dusun, Kepala Dusun Brang Lamar, Fahruddin, mengapresiasi dukungan dari semua pihak. Ia menegaskan bahwa masyarakat siap merawat tanaman yang ditanam dan berharap ada pendampingan lanjutan, terutama dalam aspek pemasaran produk pertanian dan pemberdayaan ekonomi alternatif seperti peternakan dan budidaya ikan.
Untuk diketahui, hingga saat ini, PERTAMAS telah melibatkan empat Kelompok Tani Hutan aktif, yakni KTH Sagena Indah, Batu Akik, Sampar Baru, dan Brang Lamar. Program ini digadang menjadi model percontohan (pilot project) nasional yang dapat direplikasi di wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Dengan pendekatan partisipatif dan kolaboratif, PERTAMAS diharapkan menjadi jawaban atas tantangan sosial-ekologis di kawasan penyangga tambang, sekaligus memperkuat posisi AMMAN sebagai perusahaan yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dan keadilan sosial. (SR)