Lahan Disengketakan, Pengelola Café Pewe Samota Khawatir

oleh -598 Dilihat

SUMBAWA BESAR, samawarea.com (15 November 2021)

Ketenangan berusaha pengelola Café Pewe, Bukit Samota—tempat tongkrongan yang mulai digandrungi berbagai kalangan untuk bersantai, berselfi dan menikmati hidangan, terganggu. Pasalnya, lahan tempat berdirinya café tersebut diklaim oleh pemilik asal. Padahal lahan tersebut telah lama dimiliki atau dikuasai oleh Abdulrasyid SH, melalui proses jual beli.

Pengelola Café Pewe, Hamzah SH kepada samawarea.com belum lama ini mengakui kondisi tersebut. Dengan adanya persoalan lahan tempatnya berusaha membuat mereka merasa tidak tenang karena dikhawatirkan mengancam kelangsungan usahanya yang kini mulai berkembang.

Keberadaan Café Pewe ini ungkap Hamzah berawal dari munculnya keinginan sekelompok pemuda yang menamakan “Generasi Gemilang” menciptakan peluang usaha dengan mengumpulkan pelaku-pelaku seni dan pemuda di Sumbawa untuk membuat salah satu tempat nongkrong atau cafe yang bertema alam terbuka “Pewe”.

Keinginan itu difasilitasinya yang kemudian bersama Zulhadi Kurniawan menginisiasi dibangunnya café tersebut. Karena menilai lokasi (Bukit Samota) tepat berada di ujung Jembatan Samota, cukup repsentatif dengan view yang sangat indah, mereka kemudian menyewanya. “Kami patungan untuk menyewa lahan sekaligus modal usaha,” kata mantan Kepala Inkom Sumbawa.

Dengan adanya Café Pewe lanjut Hamzah, memberikan dampak positif bagi kalangan anak muda, yang melakukan berbagai aktivitas positif dengan menggelar banyak kegiatan. Mereka yang sebelumnya dianggap tidak memberikan kontribusi, kini ikut membangkitkan perekonomian Sumbawa.

Seiring dengan semakin dikenalnya café ini, pengunjung terus berdatangan dan setiap sore hingga malam hari selalu ramai. Bahkan keberadaan Café Pewe, menumbuhkan usaha ekonomi baru karena di sekitarnya muncul café-café lain.

Rupanya ketenangan dan kebahagiaan ini, berganti dengan kerisauan. Hal ini menyusul adanya persoalan lahan yang disewanya. Jamaluddin S.Sos mengaku bahwa beberapa are tanahnya masuk di lahan Café Pewe.

Namun pemiliknya Abdurrasyid SH—Direktur CV Kelapis Jaya and Property, membantahnya, karena beberapa tahun lalu lahan itu telah dijual Jamaluddin kepadanya. Hal itu berdasarkan bukti yang ditunjukkan Abdurrasyid kepada mereka selaku penyewa lahan.

Terhadap permasalahan ini seringkali petugas dari BPN turun ke lokasi untuk melakukan pengukuran ulang. “Kalau lihat dari bukti pembelian tanah, itu sah milik Pak Rasyid,” ujarnya.

Namun ini menjadi masalah besar jika lahan yang digunakan oleh Café Pewe bermasalah atau dalam proses sengketa. Sebab nilai investasi untuk usaha café ini yang telah dikeluarkannya cukup besar, sekitar Rp 200—300 juta belum termasuk sewa lahan selama 10 tahun.

Kerugian yang paling besar lagi, adalah hilangnya ruang terbuka untuk kreativitas anak-anak muda Sumbawa yang sebagian besar mengandalkan penghasilan dari keberadaan Pewe Samota ini.

Ia berharap pihak terkait dapat mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga kelangsungan usaha bisa berjalan sesuai rencana. “Jika memang tidak ada kesepakatan antara kedua belah pihak maka kami akan meminta pertanggung-jawaban kerugian secara material kepada pihak yang bersengketa,” tegas Zulhadi Kurniawan selaku Ketua Generasi Gemilang. (SR)

nusantara pilkada NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *