SUMBAWA BESAR, samawarea.com (28 Juli 2025) — Program publik tahunan Movie at the Museum atau Panto Film Pang Museum kembali hadir dengan nuansa berbeda. Kali ini, kegiatan pemutaran film yang biasanya digelar di Ruang Ekspresi Budaya Museum Bala Datu Ranga (MBDR), beralih lokasi ke Warung Angkringan Ruang Budaya Tomanto, Studio Komunitas Sumbawa Cinema Society (SCS), Minggu (27/7) malam.
Dalam edisi kali ini, Museum Bala Datu Ranga menggandeng Museum Bahari Jakarta dan SCS Sumbawa untuk memutar film-film pemenang Bahari on Screen (BoS), sekaligus melakukan sosialisasi kompetisi film pendek nasional bertema Climate Action.
“Kali ini, Museum Bala Datu Ranga berkolaborasi dengan Museum Kebaharian Jakarta dan SCS Sumbawa memutar film-film pelajar pemenang Bahari on Screen sekaligus melakukan sosialisasi tentang kompetisi film pendek berstandar nasional tentang laut, lingkungan, perubahan iklim,” ujar Yuli Andari Merdikaningtyas, M.A., Kepala Museum Bala Datu Ranga.
Acara dihadiri para siswa SMA/SMK/MA se-Kabupaten Sumbawa. Masing-masing sekolah mengirimkan maksimal 10 siswa dan satu guru pendamping. Mereka menyaksikan pemutaran film pendek “Menari Seirama Ombak” karya SCS Sumbawa, dilanjutkan dengan tiga film pemenang BoS: Cangkang, Surat Sayang untuk Mutiara, dan Kamal, Tara, dan Laut yang Berlalu. Di sela pemutaran, panitia menyisipkan sesi diskusi interaktif dan kuis berhadiah.
Program Bahari on Screen sendiri merupakan inisiatif Museum Bahari bersama Indonesian Hidden Heritage Creative Hub (IHHCH), yang mengajak pelajar Indonesia untuk menuangkan suara dan aksi mereka terhadap isu perubahan iklim melalui film pendek berdurasi maksimal 5 menit.
“Mendukung agenda SDG 13 Climate Action, Museum Bahari dan IHHCH menantang para pelajar di Sumbawa untuk bersuara dan beraksi lewat karya film,” jelas Aryo Bimo Notohadikoesoemo, Koordinator Program BoS.
Untuk mengikuti Kompetisi Bahari on Screen, harus memenuhi syarat dan ketentuan. Yakni, terbuka untuk seluruh pelajar SMA/SMK/MA sederajat di Indonesia. Film orisinal, belum pernah dilombakan, dan diproduksi maksimal satu tahun sebelumnya. Diperlukan surat pernyataan orisinalitas karya yang ditandatangani guru pendamping. Tim boleh terdiri dari siswa lintas sekolah. Durasi film antara 3–5 menit, termasuk kredit.
Kemudian, pendaftaran karya dibuka mulai 12 Februari hingga 15 Oktober 2025, dengan total hadiah kompetisi mencapai Rp 37 juta.
Adapun kriteria penilaian terdiri dari, keutuhan ide dan bentuk film, teknik pengambilan gambar (sudut kamera, gaya film), estetika visual dan audio, penyuntingan film (editing dan gaya), dan validitas narasumber dan informasi sejarah.
Sebagai mitra lokal program BoS, Museum Bala Datu Ranga dan SCS Sumbawa siap memberikan pendampingan dan informasi lebih lanjut bagi pelajar yang tertarik mengikuti kompetisi ini.
“Kami akan selalu siap memberikan informasi mengenai syarat, kriteria, dan ketentuan Bahari on Screen, termasuk jika kalian butuh teman ngobrol atau konsultasi ide cerita,” ujar Yuli Andari.
Dengan semangat regenerasi pelaku perfilman muda dan pelestarian budaya bahari, sambung Yuli, inisiatif ini menjadi panggung kreatif yang menjanjikan bagi generasi muda Sumbawa untuk menyuarakan aksi nyata bagi bumi melalui lensa kamera. (SR)






