Reuni IPJK Sumbawa, Ungkap Sejarah Poto Tano, Jempol dan Samota  

oleh -356 Dilihat

SUMBAWA—Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten (IPJK) Sumbawa menggelar reuni perdana, Senin (24 Januari 2022). Reuni yang digelar di Pondok Perate, Kecamatan Sumbawa ini, bertema “Berbagi untuk Kemajuan Bersama dan Meningkatkan Tali Persaudaraan Para Alumni”.

Hadir para pensiunan PU Sumbawa, di antaranya Ir. H. Badrul Munir MM (mantan Kabid Bina Marga PU Sumbawa dan mantan Wagub NTB), H. Asaat Abdullah ST (mantan Kadis PUPR Sumbawa yang kini anggota DPRD Provinsi NTB) selaku tuan rumah, A. Haris Nur (mantan Sekdis PUPR), dan mantan pejabat lainnya sebagai pelaku sejarah pembangunan di Kabupaten Sumbawa.

Selain itu mantan Bupati Sumbawa, Drs. H. Jamaluddin Malik, dan mantan anggota DPRD Sumbawa, H. Inderson LA. Kegiatan yang penuh suasana keakraban dan kekeluargaan ini banyak mengenang kisah masa lalu, dan kiprah mereka dalam membangun Sumbawa, sehingga karyanya dirasakan masyarakat sampai saat ini.

Misalnya, H. Asaat Abdullah. Pakar jalan dan konstruksi ini mengabdikan diri di PU Sumbawa sejak 1977. Kiprahnya dinilai sangat luar biasa dan tidak banyak diketahui oleh generasi masa sekarang. Ketika menyampaikan kisahnya pada acara Reuni IPJK, Haji Saat demikian ia disapa, mengaku pernah tinggal di hutan cukup lama, menembus lembah, bukit dan ngarai hanya dengan berjalan kaki untuk membuka jalan dan meretas keterisoliran.

Banyak hasil kerjanya bersama tim di antaranya membuka jalan menuju Lunyuk, membangun Jembatan Langam, Jembatan Lantung menuju Ai Mual, Jembatan Sinarjaya dan Jembatan Sebewe menuju Songkar. Ini dikerjakan melalui rekayasa teknis dengan hasil yang berkualitas sehingga manfaatnya dirasakan masyarakat sampai saat ini.

Baca Juga  PLN Groundbreaking PLTMG Sumbawa

Tak hanya jalan dan jembatan di daerah terisolir, Haji Saat bersama Haji Bam dan lainnya merencanakan pembangunan Jembatan Poto Tano meski terjadi pro kontra dari masyarakat, mengingat selama ini memanfaatkan Pelabuhan Alas untuk penyeberangan ke Pulau Lombok.

Demikian dengan keberadaan Pantai Jempol juga bagian dari karyanya sebagai hasil kunjungan kerja bersama Drs. Jamaluddin Malik ke Pantai Losari Makassar. Bahkan sesuai rencana, penaataan pantai Sumbawa harusnya dari Jempol sampai Pantai Goa Tanjung Pengamas. Haji Saat juga menjadi bagian dari rencana dan inisiasi besar Haji Bam untuk menata Kawasan Samota yang kini telah menjadi salah satu biosfer dunia.

“Kenapa semua ini saya ceritakan, karena kita sekarang ini perlu merenung dan melihat bagaimana dulu kita pernah berbuat dan berkarya yang hasilnya kita nikmati saat ini. Masa lalu memang untuk dikenang. Memang banyak tantangan dan lika-likunya. Ini semua kita lakoni dengan disiplin dan loyalitas terhadap pekerjaan yang diajarkan dan ditanamkan oleh ‘Sang Guru’ Haji Bam (sapaan H. Badrul Munir). Banyak ide atau gagasan yang kita gaungkan di masa itu. Dan bisa jadi, aturan yang dibuat saat ini berasal dari ide dan gagasan kita di masa lalu,” ujarnya.

Di akhir pidatonya, Haji Saat memberikam masukan kepada jajaran PUPR. Ia meminta agar berpegang pada motto PU yaitu 3B, Bekerja Keras, Bergerak Cepat dan Bertindak Cepat. “Jika ini bisa dijalankan, semua pekerjaan akan terlaksana dengan baik,” imbuhnya.

Sementara Haji Badrul Munir mengingatkan bahwa orang yang unggul dan bisa bertahan di era saat ini adalah mereka yang inovatif dan kreatif. Demikian dalam menjalankan roda organisasi di pemerintahan. Sebuah organisasi tidak membutuhkan orang pintar secara individu tapi yang diperlukan adalah kreatifitas kelembagaan. Kreatifitas kelembagaan ini bisa terjadi karena adanya kerjasama kolektif dalam sebuah organisasi.

Baca Juga  Cegah Stunting Sejak Dini, TP PKK NTB Turun ke Desa dan Dusun

“Sekarang saya tidak pernah mendapatkan hal seperti itu saat ini. Yang terlihat sekarang adalah menonjolkan kecerdasan individu. Kemudian loyalitas bukan terhadap tugas tapi kepada orang. Ketika orang itu tidak ada, maka loyalitas akan hilang. Namun ketika loyalitas terhadap tugas, dimana pun dan siapapun pimpinannya, dia akan melaksanakan pekerjaan itu dengan ikhlas dan menghasilkan yang terbaik. Yang paling penting, tidak menunda ide dan waktu dalam pekerjaan, melainkan segerakanlah untuk mewujudkannya. “Disiplin, loyalitas terhadap tugas, dan tidak menunda ide dan gagasannya, inilah yang ada pada sosok Om At (Haji Saat Abdullah) sejak berkiprah di PU,” tandasnya.

Hal senada dikatakan Drs. H. Jamaluddin Malik. Menurutnya, kerja bersama adalah kunci kesuksesan dalam setiap kegiatan. Sebab tidak ada orang hebat sendiri dan apalagi menganggap dirinya paling penting, pasti membutuhkan tangan orang lain. Karena itu tidak boleh menganggap orang lain tak penting, sebab pada dasarnya semua penting.

Terkadang orang yang dianggap tidak penting justru akan menjadi perusak dalam sesuatu yang kepentingan. “Itulah yang saya terapkan selama saya menjadi Bupati Sumbawa. Sehingga semangat kerja saya saat itu adalah kerja sama, kerja keras, kerja ikhlas dan kerja tuntas,” pungkasnya. (SR)

 

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *