Catatan: Ir. H. Ridwansyah, MM, M.TP, Asisten II Pemprov NTB
SUMBAWA BESAR, samawarea.com (27/10/2020)
Gubernur kita mungkin type pemimpin yang tidak punya urat capek. Setelah bercengkrama di Hotel Syariah Mandiri (Masjid) hingga pukul 11 malam, usai sholat subuh kami sudah di halo-halo untuk melanjutkan ekspedisi yang semula kelihatannya ringan-ringan saja. Pukul 07.15 beliau memimpin jalan kaki yang katanya hanya 2 jam, alhasil 11,72 kilometer melewati perbukitan kebun kopi, 3 sungai, lembah dan tanjakan terjal itu kami tempuh 7 jam lebih dari Rarak Rongis Sumbawa Barat menuju Matemega Kabupaten Sumbawa.
Uji nyali itu belum selesai, setelah rombongan semua dipastikan utuh tiba di Camp Matemega, Pak Gubernur tiba-tiba sudah siap di jok motor trail memimpin perjalanan selanjutnya. Tanpa pikir panjang semua menyusul di belakang. Bu Budi dan Bu Yanti Cs akrobat di atas mobil off road hard-top ber-ban gundul digandoli belasan kepala OPD tanpa memikirkan keselamatan, sisanya rebutan naik sepeda motor di belakang Pak Gub menuju Marente Kecamatan Alas. Menyusuri 15-an kilometer jalan tanah, berlumpur tak terhitung berapa kali kami terjatuh (yang paling sering jatuh adalah Abah Ibnu dan Karo Aulia).
Paling Gila…belasan bahkan puluhan tahun masyarakat di kawasan itu menderita karena belum merasakan merdeka dalam bertransportasi, jauh dari kenyamanan, setiap hari mereka puluhan kilometer berjalan kaki mengangkut kebutuhan sehari-hari dan bersekolah menuju ibukota kecamatan, bahkan beberapa dusun belum menikmati listrik. Sebuah tantangan yang tidak ringan untuk menghadirkan layanan dasar, tanpa kita harus berdebat misalnya soal status jalan. Masyarakat tidak paham soal begituan, pemerintah harus hadir dan mencarikan solusi.
Pak Syahdan kadis PU yang biasanya penuh cerita lucu, sampai finish masih keruh wajahnya dan mumet putar otak menjawab tantangan Pak Gubernur. Begitu juga kami semua pimpinan OPD. Membangun jalan puluhan kilometer, listrik, sekolah, air bersih, rumah layak huni dan sejumlah harapan untuk usaha di bidang pertanian, perkebunan, peternakan adalah nyata dibutuhkan disitu dan di banyak tempat di Bima, Dompu dan juga mungkin di Pulau Lombok.
Cerita-cerita di atas hanyalah permulaan, ke-GILA-an sesungguhnya adalah keberanian mengambil keputusan dan bernegosiasi dengan kabupaten, termasuk merangkul mitra BUMN/BUMD. Terima kasih Pak Gubernur, perjalanan yang amatsangat melelahkan tapi sungguh membahagiakan. (Sambil berdoa cukup sudah sekali yang kemarin saja ya Pak Gubernur…,sangat adil kalo the next teman-teman yang belum sempat ikut dan merasakan bahagianya uji nyali seperti kami…). (SR)