Ungkap Virus Corona Sejak 2009, Doktor Arif Kini Siapkan STP untuk Diagnosa

oleh -136 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (6/3/2020)

Ternyata Penyakit Corona—penyakit mematikan dan mewabah di penjuru dunia, sudah pernah diungkap oleh Direktur Sumbawa Techno Park (STP) yang juga Ketua Dewan Riset Daerah Kabupaten Sumbawa,  Dr. Arief Budi Witarto, B.Eng., M.Eng, sebelas tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan tulisannya berjudul “Mencegah Ciuman Maut Corona” yang dimuat di media cetak Pikiran Rakyat, Tahun 2009. Karena itu mantan Rektor Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) jebolan Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang ini menjadi salah satu narasumber pada Seminar “Pencegahan dan Antisipasi Menghadapi Virus Corona di NTB” yang digelar di Lantai III Kantor Bupati Sumbawa, Jum’at (6/3/2020). Dalam seminar itu, Doktor Arif menyampaikan materinya dengan judul “Diagnostik Virus Korona Kemungkinannya di Sumbawa”. Seminar ini juga menghadirkan Direktur Rumah Sakit Manambai Abdul Kadir (RSMA) Sumbawa, dr. Arindra Kurniawan, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A.

Dikonfirmasi usai Seminar, Doktor Arif—akrab ilmuwan dunia ini disapa mengatakan, bahwa Virus Corona yang diteliti dan dilansir di media massa (Pikiran Rakyat) sebelas tahun yang lalu, adalah Corona versi 1. Sedangkan yang mewabah saat ini adalah Corona Versi 2 yang lebih mudah tertular jika dibandingkan Corona Versi 1. Karena itu diperlukan pencegahan wabah yang lebih besar mengingat penularannya sangat cepat. Salah satu upayanya adalah mendiagnosa atau mendeteksi agar cepat mengetahui seseorang itu pembawa virus Corona sehingga dapat dikarantina. Sebab yang dikhawatirkan adalah penularannya. Karena ketika dia tidak sadar terkena Corona, ini bisa dengan mudah menularkannya ke orang lain. Akibatnya pasien di rumah sakit menumpuk dan petugas medis tidak mampu menanganinya, sebagaimana kondisi rumah sakit di China—negara asal muasal penyakit Corona tersebut. “Kalau suspect itukan masih kemungkinan, apakah benar atau tidak. Karena untuk memastikannya harus membawa sampel ke Jakarta, satu-satunya tes di Indonesia. Inikan jauh dan merepotkan, serta membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil,” kata Doktor Arif.

Sebenarnya diakui pria kelahiran Lahat Sumatera Selatan 48 tahun silam ini, diagnosa cepat untuk langsung bisa memastikan orang tersebut terkena virus Corona bisa dilakukan di Sumbawa, tepatnya Sumbawa Techno Park (STP) yang dipimpinnya. Pasalnya, secara keahlian dan peralatan, pihaknya sudah sangat siap. Ini semua kata Doktor Arif, tergantung kebijakan dan dukungan pemerintah pusat. Berbeda dengan Jepang dan Korea yang menginstruksikan semua di daerah melakukan diagnosa agar cepat mengetahui penyebaran virus itu. “Biosafety Cabinet Class II dan Mesin Real-time rtPCR, ada di Sumbawa Technopark. Keahlian juga ada. Tinggal biaya bahan, tenaga, penggunaan alat dan lainnya. Biayanya Rp 100 juta untuk melakukan pemeriksaan terhadap 300 orang. Bila pemerintah (pusat/daerah) meminta Lab di daerah juga melakukan pemeriksaan, maka Sumbawa Technopark, sangat siap. Jadi kita tunggu saja adanya perubahan kebijakan. Kita tidak ingin melangkah, sebelum ada perintah dari pusat,” pungkasnya. (JEN/SR)