BPJS Kesehatan Hadirkan Harapan Hidup Pasien Cuci Darah

oleh -318 Dilihat
Pasien cuci darah di RSUD As-Syifa dikunjungi Bupati dan Wakil Bupati KSB

SUMBAWA BESAR, SR (31/7/2019)

Zainuddin seketika shock saat divonis dokter mengidap penyakit kronis. Warga Desa Lebin Kecamatan Ropang yang tinggal di Desa Bage Tango Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa ini, didiagnosa menderita batu ginjal dan diharuskan menjalani operasi. Operasi pertama dijalaninya di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Mataram. Sebagai seorang petani, sebenarnya Pak Ude—akrab kakek berumur 67 tahun ini disapa, enggan untuk dioperasi mengingat biayanya yang sangat besar. Namun keinginannya untuk sembuh yang didukung oleh anak-anaknya tersebut, Pak Ude pun bersedia dioperasi. Operasi ini berjalan sukses. Tapi ini hanya berlangsung beberapa bulan karena penyakitnya kambuh lagi. Dokter kembali merekomendasikan agar Pak Ude dioperasi. Setelah menjual harta benda yang masih tersisa, Pak Ude menjalani operasi keduanya. Meski operasi tersebut berjalan sukses, tidak  membuat Pak Ude tersenyum. Sebab pasca operasi, dokter menyatakan duda beranak 5 dan memiliki 7 orang cucu yang sudah belasan tahun ditinggal mati istrinya ini, mengalami gagal ginjal. Satu-satunya jalan untuk tetap bertahan hidup, harus cuci darah. Cuci darah yang harus dijalaninya akan berlangsung seumur hidup. Harta sudah habis, Pak Ude angkat tangan dan mulai putus asa. Tapi itu dulu, kondisi beberapa tahun lalu. Sebab keadaan sulit yang sempat membelitnya kini telah berlalu. Ini berkat keikutsertaan Pak Ude menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS telah memberikan Pak Ude harapan dan semangat baru untuk mempertahankan hidup dari serangan penyakit yang menggrogoti kesehatannya.

Pak Ude terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan Perorangan atau Mandiri. Karena keterbatasan ekonomi terbatas, Pak Ude memilih BPJS Kesehatan Kelas 3 yang besar iurannya Rp 25.500 setiap bulan, berada di bawah Kelas 2 Rp 51.000 dan Kelas 1 Rp 80.000. Kendati demikian Pak Ude meyakini meski beda kelas dan berada di tingkatan yang rendah, kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien BPJS tetap sama. Dengan telah resminya menjadi peserta BPJS Kesehatan, Pak Ude bisa tersenyum. Beban pikirannya menjadi ringan. Betapa tidak, segala biaya medis Pak Ude, baik pengobatan maupun cuci darah ditanggung sepenuhnya oleh BPJS. Sekali cuci darah bisa menghabiskan biaya ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Jika tidak menjadi peserta BPJS, Pak Ude tak bisa membayangkan bagaimana caranya membayar biaya cuci darah demi mempertahankan hidup. “Alhamdulillah sampai sekarang saya masih tetap menjalani cuci darah. Ini sudah saya jalani sejak 3 tahun lalu, termasuk 1 tahun 2 bulan di RSUD Asy-Syifa Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Bayangkan jika sekali cuci darah biayanya 800 ribu sampai 1 juta. Dalam seminggu dua kali cuci darah, berarti 1.600.000 sampai 2 juta seminggu. Apalagi sebulan, setahun dan seterusnya. Sudah berapa duit yang dikeluarkan BPJS,” kenang Pak Ude.

Baca Juga  RAHASIA KULIT GLOWING ALAMI MENGGUNAKAN MASKER WAJAH TRADISIONAL LO’I MONCA KHAS DOMPU YANG MEMILIKI ANTIOKSIDAN TINGGI

Dalam menjalani cuci darah di RSUD Asy-Syifa, Pak Ude terpaksa mengontrak rumah. Ia tidak kuat jika harus bolak-balik Taliwang–Sumbawa. Ini juga untuk menghemat waktu, jarak, tenaga dan biaya. Ia berharap ke depan RSUD Sumbawa maupun Rumah Sakit Manambai Abdulkadir di Kabupaten Sumbawa dapat melayani pasien cuci darah sebagaimana RSUD Asy-Syifa, sehingga dia tidak lagi bolak-balik Sumbawa—Taliwang KSB. “Terima kasih BPJS, saya hanya bayar sedikit tapi biaya pelayanan dan penanganan medis yang saya terima berlipat-lipat,” pungkasnya.

Nasib serupa juga dialami Yudi Pramudianta. Pria yang divonis gagal ginjal kronis ini sudah menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu sejak Oktober 2017 lalu. Selama tiga bulan cuci darah di RSU Mataram, selebihnya di RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat. Tak sepeserpun biaya cuci darah keluar dari koceknya. Semua itu ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. Yudi adalah seorang PNS di UPT KPH Orong Telu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB. Yudi tinggal di Kota Sumbawa. Untuk cuci darah, Yudi harus bolak-balik Sumbawa—KSB. “Kami berangkat usai sholat subuh ke KSB, balik sore hari. Itu saja yang kami lakukan selama ini hanya untuk cuci darah,” kata Yudha—adik kandung Yudi.

Seperti halnya Zainuddin, Yudi berharap rumah sakit di Sumbawa bisa melayani pasien cuci darah sehingga mereka tidak lagi berobat ke daerah lain. “Kalau masih di luar daerah, kasihan kami sebagai pasien. Perjalanan jauh membuat kondisi kami terganggu, badan kami lemas. Kalau sudah ada di Sumbawa minimal kita bisa menghemat waktu, biaya dan tenaga,” tukas Yudi

Zainuddin dan Yudi Pramudianta adalah dua dari sekian banyak pasien cuci darah yang ditanggulangi BPJS Kesehatan. Berdasarkan data dari Kantor BPJS Cabang Bima, sepanjang Januari 2019 sampai dengan Mei 2019 tercatat 1.416 kasus hermodialisis (HD) yang ditanggung BPJS Kesehatan dan ditangani di RSUD Asy-Asyifa. Dari jumlah kasus selama 5 bulan itu, BPJS Kesehatan telah mengeluarkan biaya sekitar Rp 1.119.346.300. Jumlah yang cukup besar dalam rentang waktu yang cukup singkat.

Menurut Kepala BPJS Cabang Bima yang dihubungi melalui Kabid Pelayanan Rujukan BPJS Kesehatan, Arfin, biaya itu dikeluarkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial. Besarnya biaya ini disesuaikan dengan tarif regional. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) masuk dalam Tarif Regional 2 bersama beberapa daerah lain yaitu Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Riau dan Provinsi Sumatera Barat. Untuk regional 2 tersebut, biaya tarif hermodialisis untuk rumah sakit Tipe A Rp 991.200 (rumah sakit pemerintah) dan Rp 1.040.800 (swasta), Tipe B Rp 887.100 (pemerintah) dan Rp 931.400 (swasta), Tipe C Rp 793.300 (pemerintah) dan Rp 833.000 (swasta), dan Tipe D Rp 708.900 (pemerintah) dan Rp 744.400 (swasta). Untuk RSUD Asy-Syifa Kabupaten Sumbawa Barat, masuk Tipe C dengan Tarif Regional 2. Sudah beberapa tahun ini pasien Hermodialisis yang menjadi peserta BPJS Kesehatan ditangani RSUD tersebut. Hal ini sehubungn dengan penandatanganan kerjasama yang dilakukan Direktur RSUD As-Syifa KSB dan Kepala Cabang BPJS Bima.

Baca Juga  Kota Mataram Jadi Episentrum Penyebaran Covid-19

Direktur RSUD Asy-Syifa, dr. Carlof Sitompul, Rabu (31/7/2019) mengaku bersyukur adanya kerjasama dengan BPJS, sehingga masyarakat tidak terlalu terbebani dengan biaya cuci darah yang cukup mahal. Sebab jika tanpa BPJS, masyarakat dapat mengeluarkan biaya Rp 800 ribu—Rp 1 juta sekali cuci darah. Sedangkan pasien yang mengalami masalah pada ginjal yang tidak mampu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh sehingga menjadi racun, tambah dr. Carlof, harus melakukan cuci darah minimal 2—3 kali seminggu. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sumbawa Barat tentang Tarif Retribusi, Pasien Umum dikenakan Rp 850.000 dan Pasien BPJS Rp 793.000 untuk sekali cuci darah. Cuci darah ini harus terus berjalan sampai pasien dikatakan sudah normal. Bayangkan berapa biaya yang akan dikeluarkan apabila tidak menggunakan BPJS. Kerjasama yang dilakukan RSUD dengan BPJS menurutnya, untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. “Kami terus didorong oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan menjadikan RSUD As-Syifa sebagai salah satu rumah sakit terbaik di NTB. Langkah kongkrit yang sudah kami lakukan yaitu dengan adanya alat cuci darah, satu-satunya di Pulau Sumbawa,” ungkap dr. Carlof.

Karena menjadi satu-satunya di Pulau Sumbawa, RSUD Asy-Syifa menjadi rumah sakit rujukan untuk pasien cuci darah bukan hanya dari dalam Kabupaten Sumbawa Barat, melainkan juga Kabupaten Bima, Kota Bima, Dompu, dan Kabupaten Sumbawa, Berdasarkan data yang ada, pasien hermodialisis (cuci darah) khususnya dari Kabupaten Sumbawa tercatat 102 orang pada Tahun 2017, dan 210 orang Tahun 2018. Karena terus membludaknya pasien cuci darah ini, RSUD Asy-Syifa terus berupaya untuk menambah alat hermodialisa. (JEN/SR)  

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *