Cine Club UTS Produksi 5 Film, Penonton Membludak

oleh -216 Dilihat

Film Komedi, Drama dan Horor

SUMBAWA BESAR, SR (5/5/2019)

Masih banyak yang beranggapan bahwa film hanyalah sebatas penyajian audio visual semata. Namun dewasa ini melalui sebuah kegiatan membedah makna yang terkandung dalam film, biasanya disebut dengan istilah kurasi film, atau kritik film dalam sektor apresiasi menambah nilai film lebih dari sekedar hiburan. Terlebih lagi saat ini film dipercaya sebagai alat yang strategis untuk menunjang minat bakat para generasi muda di era milenial.

Karena itu Jum’at, 3 Mei 2019 lalu, Cine Club yang merupakan UKM Film di Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) mengadakan nonton bareng (nobar) film hasil karya sendiri. Setelah kurang lebih 2 minggu melakukan kegiatan produksi film, Cine Club berhasil melahirkan 5 karya film pendek yang bertema komedi, drama, dan horor. Judul film tersebut antara lain adalah Gope (Komedi), Kemana Waktuku? (Komedi), Kenapa Harus Cina? (Drama), Hadiah Berhantu (Klenik), Klenik (Horor), dan Main Yuk (Horor). Semua karya tersebut diapresiasi melalui kegiatan nobar di Kafetarua yang berlokasi di Brangbara.

Kegiatan tersebut didukung dan difasilitasi oleh Sumbawa Cinema Society (SCS) sebagai komunitas pegiat film dan Kafetarua sebagai café berbasis literasi yang berusaha menjadi tempat diskusi dan berekspresi semua kalangan di Sumbawa. Melalui kegiatan ini, Cine Club berusaha untuk mengedukasi tentang film melalui sesi berbagi pengalaman apa saja tantangan tim dalam memproduksi film dan kesan membuat film di Sumbawa. Kegiatan ini akhirnya berhasil mendatangkan 200 lebih penonton bahkan over kapasitas mengingat lokasi yang tidak mencukupi.

Baca Juga  XL Mulai Siapkan Layanan 4.5G

Dari sejumlah penonton yang hadir memberi kesan bahwa di Sumbawa memiliki minat yang tinggi terhadap film dan ini menjadi potensi yang perlu diberi perhatian serius. “Teman-teman dari Cine Club UTS ini mampu beradaptasi dengan keadaan seperti keterbatasan alat, mensiasati minimnya biaya produksi, mencari talent dari lintas fakultas yang bersedia sukarela menjadi aktor, dan masih banyak lagi. Hal-hal seperti ini yang menjadikan keberadaan suatu komunitas perlu diperhitungkan, dengan bermodalkan semangat akar rumput yang tinggi, Cine Club UTS mampu memproduksi 5 film dengan rentang waktu yang begitu singkat,” ungkap Ridho Fisabilillah, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UTS Angkatan 2015.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang beranggapan bahwa film sesungguhnya adalah film yang ditampilkan pada kanal-kanal komersil layar lebar seperti bioskop. Dan apabila berbicara film dalam konteks tataran komersil, Sumbawa menjadi salah satu korban dari ketidakadilan struktural perfilman nasional. Tingginya harga tiket cukup merepresentasikan bahwa tidak semua kalangan mampu mengakses bioskop. Alih-alih tidak semua daerah memiliki infrastruktur yang menyediakan bioskop-bioskop mempengaruhi minat masyarakat terhadap dunia perfilman.

Keberadaan komunitas di daerah dan kampus akhirnya menjadi tonggak harapan untuk memajukan perfilman setidaknya untuk daerahnya sendiri. Kegiatan perfilman ini perlu diberi apresiasi mengingat sekarang ini film mampu mengedukasi banyak hal dengan efektif, seperti film sebagai pemicu terjadinya interaksi kultural, film sebagai praktik sosial, film sebagai ekspresi kultural, dan sebagainya. Terlebih lagi keberadaan pegiat film di luar dari industry film yang mapan, seperti komunitas misalnya dianggap menjadi “Penyedia kehidupan kedua” karena mampu menyediakan film yang gagal didistribusikan di Bioskop atau menjadi penyelamat film yang turun dan tidak lama beredar di Bioskop dengan melakukan kesepakatan harga jual tiket dengan pemilik film. Adapun film yang sengaja dibuat untuk tidak ditayangkan di bioksop maka menyalurkan lewat komunitas film adalah alternatif paling tepat. Sebab dari itu film yang diproduksi oleh para pegiat film dari kalangan manapun berhak mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari hasil kerja keras yang mereka lakukan. “Cine Club UTS akan terus berupaya berkarya dan mendekatkan film ke tengah-tengah masyarakat Sumbawa melalui screening film, produksi film, membuka kelas film, dan lainnya. Bila ada hal-hal yang ingin dibicarakan, teman-teman dari Cine Club UTS sangat terbuka dan bisa dihubungi melalui media sosial instagram @Cineclub__uts. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal membangun perfilman di Sumbawa yang bersinergi dengan komunitas yang ada. Sehingga para pegiat film di Sumbawa mendapat tempat yang baik di kalangan masyarakat,” pungkasnya. (SR)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Response (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *