Biji Asam dan Kerang Disulap Jadi Media Pembelajaran dan Pemulihan Trauma

oleh -248 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (18/2/2019)

INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia), sebuah program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia di bidang pendidikan, turut membantu Kabupaten Sumbawa dalam pemulihan pasca gempa agar anak-anak kembali nyaman belajar di sekolah. Sebagai salah satu kecamatan terdampak gempa Lombok dan Sumbawa pada akhir Juli hingga awal September 2018, Kecamatan Alas sempat mengalami kesulitan dalam implementasi program rintisan PERMATA (Peningkatan Kualitas Pembelajaran Numerasi di Kelas Awal) karena banyak sekolah mitra INOVASI mengalami kerusakan gedung yang cukup parah. “Rusaknya gedung sekolah karena gempa membuat anak-anak serta guru masih mengalami trauma, bahkan mendengar gemuruh suara mobil saja bisa membuat mereka berteriak,” kata Hartono, S.Pd, Kepala SDN Labuhan Alas.

Dengan mempertimbangkan kondisi di lapangan, maka diputuskan sekolah-sekolah mitra INOVASI di Kecamatan Alas di antaranya SDN 1, SDN 3, SDN 5, SDN 7, SDN 10, SDN Labuhan Alas, SDN 1 Pulau Bungin, SDN 2 Pulau Bungin dan MI Alas mendapatkan pelatihan psikoedukasi melalui program-program tanggap darurat dan pemulihan pasca gempa seperti yang dilaksanakan di Lombok Utara. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran di ruang kelas sementara membuat guru semakin kreatif mengkondisikan kelas agar anak-anak bisa mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. “Guru telah terbiasa dengan pendidikan psikoedukasi yakni belajar sambil bermain. Maka, ketika anak-anak bosan dan jenuh belajar di kelas, guru berinsiatif mengajak mereka bernyanyi, tepuk pintar dan bermacam-macam permainan ice breakears guna membangkitkan semangat belajar. Meski sekarang ini program psikoedukasi telah berakhir namun guru di Alas masih tetap menggunakan ilmu yang telah didapatkan tersebut,” tutur Fatmawati, S.Pd, Fasilitator Daerah Program Rintisan PERMATA. Menggunakan pendekatan solusi lokal untuk masalah lokal, pendidikan konten numerasi PERMATA membuat pendidikan di Alas mulai menggeliat ke arah perubahan-perubahan yang signifikan.

Baca Juga  Soal Tudingan UNSA, Ini Jawaban Direktur STP  

Fatmawati S.Pd menyebutkan, guru di SD 7 Alas terutama kelas 1, 2, dan 3 berlomba-lomba membuat media pembelajaran dari biji asam, biji buah sawo dan sedotan bekas yang diaplikasikan ke kertas karton manila. Bahkan, guru kelas 1 dan 2 yang belum memiliki materi pecahan dalam pembelajaran di kelas, karena telah menerima materi pelatihan pada KKG konten pecahan pada hari Sabtu 2 Februari 2019 bertempat di SDN 3 Alas, mereka tertarik membuat media. Hal itu didemokan kepada anak-anak saat pendampingan konten numerasi pecahan pada anak-anak kelas 3 di sekolah tersebut belum lama ini.

Begitu pula yang terjadi di SDN 2 Pulau Bungin, menurut Fatmawati guru sudah membuat media pembelajaran konten numerasi dari unit 3 namun gempa yang mengguncang Pulau Bungin, membuat media yang dipajang di tembok sekolah menjadi jatuh dan hancur. Senada dengan hal itu, Nurhidayanti S.Pd SD, guru kelas 1 SDN 2 Pulau Bungin, mengungkapkan media kolase dari aneka kerang, sekarang digunakannya sebagai media pembelajaran. Sebelum mendapatkan pelatihan dari INOVASI, Nur akrab disapa menjelaskan, bahwa kerang hanya digunakan anak-anak bermain. Setelah adanya INOVASI, Nur bersama anak muridnya memilih kerang di pinggir pantai untuk digunakan sebagai media pembelajaran. “Kerang bukan hanya saya aplikasikan untuk media konten numerasi namun kerang juga saya buat kolase dipadukan dengan keong dan pasir untuk media pembelajaran konten literasi hingga anak-anak sekarang ini tidak lagi gampang bosan saat kegiatan belajar mengajar di kelas,” tutur Nurhidayanti, S.Pd SD.

Baca Juga  Alhamdulillah, 6 Guru Honorer K2 Lulus

Semangat dalam menggunakan benda konkret yang ada di sekitar sebagai media pembelajaran, juga terjadi di SD 10 Alas. Para guru mengajar materi pecahan dengan menggunakan roti dan apel. Bahkan, guru di SD 3 Alas menggunakan biskuit guna menerangkan materi pecahan dan anak-anak senang karena setelah belajar mereka mendapatkan makanan dan buah yang digunakan sebagai media pembelajaran.

Pelatihan numerasi yang dilakukan INOVASI di Alas membuat guru semakin kreatif. Meski dalam penerapan tingkat pemahaman guru berbeda-beda namun guru sudah melaksanakan hasil dari pelatihan yang didapatkan. Kendala yang dihadapi guru sekarang ini adalah cuaca panas di ruangan kelas sementara, karena tidak ada jaringan listrik maka kelas sementara tidak bisa dipasang kipas angin guna mengurangi risiko kurangnya konsentrasi belajar anak-anak ketika cuaca mulai panas, yaitu pada pukul 09.00 hingga 10.00 pagi. Hal itu menjadi tantangan bagi guru dalam mengelola kelas. Namun, INOVASI akan terus membantu guru guna mencarikan solusi agar kendala-kendala yang dihadapi guru dapat teratasi. INOVASI dapat menjembatani komunikasi antara guru, kepala sekolah hingga Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa untuk mencari solusi bersama agar anak-anak dapat belajar dengan baik serta pulih dari trauma mendalam pasca gempa. (SR)

pilkada mahkota mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *