Didampingi INOVASI, Guru di Alas Daur Ulang Sampah Jadi Media Pembelajaran

oleh -276 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (7/2/2019)

Kecamatan Alas sebagai salah satu gugus dampingan rintisan program PERMATA (Pembelajaran Numerasi Dasar di Kelas Awal) di Kabupaten Sumbawa, mulai memperlihatkan perubahan. Di gugus 1 Alas, INOVASI–sebuah program kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia, melaksanakan kegiatan program rintisan PERMATA melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dan K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah). Beberapa sekolah dampingan INOVASI di Kecamatan Alas adalah SDN 1, SDN 3, SDN 5, SDN 7, SDN Labuhan Alas, SDN 1 Pulau Bungin, SDN 2 Pulau Bungin dan MI Alas. “Sekarang para guru tidak bisa melihat sampah plastik. Mereka pasti berebut mengambil untuk digunakan kembali sebagai media pembelajaran,” ujar Abdul Azis, Guru MI Alas, saat Refleksi Pelatihan Numerasi Dasar bertempat di SDN 3 Alas, belum lama ini.

Faktor penyebab siswa kesulitan menjawab soal Matematika selama ini karena guru kurang mampu menanamkan konsep. Selain itu, guru juga tidak dapat membuat media pembelajaran yang bervariasi. Para guru di sekolah dasar hanya bermodalkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan buku mata pelajaran. “Namun setelah adanya pelatihan tentang numerasi dasar, para guru kini tidak malas lagi untuk mendesain media pembelajaran,” ujar Lisa Aprilyan, Guru Kelas 3 SDN 1 Alas.

Menurut Lisa, sebelum hadirnya INOVASI, para guru di SDN 1 Alas sudah mengenal media pembelajaran karena disediakan oleh sekolah. Setelah mendapat pelatihan, dirinya tidak lagi menggunakan media yang sama namun rajin membuat media untuk mengajar secara mandiri. Penggunaan media pembelajaran tentu berbeda di setiap sekolah. “Bagi sekolah yang sudah maju pasti sudah terbiasa dengan media, namun bagi sekolah yang belum begitu maju akan tertinggal sedikit,” ungkap Sapruddin, Fasda sekaligus Kepala Sekolah di SDN Panua Alas. “Capaian PERMATA di Alas ternyata semua guru sudah melaksanakan hasil pelatihan di KKG, menurut hemat saya sudah mencapai 99 persen. Selain itu, sekarang siswa mulai mencintai pelajaran Matematika. Karena sebelum pendampingan, banyak siswa yang mengobrol, tidak masuk kelas, dan pulang saat pelajaran matematika,” papar Sapruddin.

Baca Juga  Lepas 39 Awardee ke Eropa, Gubernur: Kesempatan Buka Cakrawala Perubahan

Ditambahkan Fatmawati, S.Pd sebagai seorang pengawas dirinya melihat langsung ada peningkatan minat belajar siswa dalam pelajaran Matematika. Hal tersebut kerapkali dilihat saat berkunjung ke sekolah dampingan. Bahkan saat Tim INOVASI berkunjung ke salah satu sekolah beberapa waktu lalu guna melihat proses belajar mengajar di kelas kemudian memberikan pertanyaan kepada anak-anak. Apakah sekarang suka belajar matematika atau tidak, dan spontan anak-anak menjawab suka. Saat ditanya apa alasannya, menurut anak-anak bahwa sekarang ini belajar Matematika menyenangkan karena berhitung menggunakan biji asam, kelereng, tutup botol, kerang dan lain-lain.

Menemukan solusi lokal untuk masalah lokal di wilayah masing-masing itu berbeda. Di kota fasilitas yang digunakan adalah media yg dimanfaatkan di sekitar misalnya barang bekas. Namun, di sekolah daerah pesisir pantai seperti SDN Bungin, guru menggunakan pasir dan kerang sebagai media pembelajaran. “Kerang di Bungin banyak, guru memanfaatkannya dalam mengajar materi operasi penjumlahan pengurangan. Kami akan dampingi selanjutnya agar guru tersebut dapat membuat media yang bagus untuk diikutkan lomba,” imbuhnya.

Guru menjadi semakin kreatif. “Sebelum pendampingan dari INOVASI, guru hanya mengacu pada buku dan sekarang ada perubahan. Dari segi metode bervariasi, murid lebih aktif dari guru, dan guru pun berlomba membuat media,” tutur pengawas sekolah dan Fasda Program Rintisan PERMATA, Fatmawati, S.Pd.

Selain itu, perubahan lainnya yakni lingkungan sekolah sekarang semakin bersih. Hal itu karena barang bekas digunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah, semua guru sekarang menjadi rajin memungut sampah, dan mendaur ulang sebagai media pembelajaran, timpal Hartono, S.Pd SD.

Baca Juga  Banyak Jabatan Kasek yang Lowong, Dikbud Tak Ingin Terburu-buru

Sebagai Fasda PERMATA sekaligus Ketua K3S Gugus 1 Alas, Hartono mengakui sebelum ada pendampingan dari INOVASI, hanya beberapa sekolah yang menyediakan alat bantu belajar. “Setelah pendampingan, guru menjadi lebih kreatif karena mereka membuat sendiri media pembelajarannya. Barang bekas seperti sedotan atau gelas air mineral bisa dimanfaatkan,” tuturnya. “Kami sudah masukan program di K3S gugus 1 agar semua guru kelas 1, 2 dan 3 dapat ikut. Ke depan, kami akan mereplikasi program rintisan dari INOVASI secara mandiri. Rata-rata semua gugus di sini, ingin mendapatkan program yang sama dan bersedia melaksanakannya secara mandiri,” tambah Hartono.

Hal senada disampaikan Sapruddin. Guru di gugus 2 ingin mendapatkan pelatihan yang sama dengan apa yang didapatkan gugus 1, sehingga gugus 2 akan mereplikasi program rintisan PERMATA melalui KKG mandiri. Fasda yang sudah dilatih oleh INOVASI sebagai aset daerah terutama dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah akan memfasilitasi pelatihan. Tentu harapannya agar kegiatan pelatihan numerasi dasar tetap berlanjut dan dapat dirasakan oleh guru lebih banyak lagi. Sebagai salah satu mitra INOVASI di NTB, Kabupaten Sumbawa terus meningkatkan pencapaian keberhasilan program rintisan PERMATA. Hal ini dilakukan dengan mereplikasi dan mendorong KKG mandiri di setiap gugus, memperkuat jaringan Fasda maupun Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) sehingga kompetensi para guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran konten numerasi dasar melalui Suvervisi Akademik (SupAK) dapat mendorong proses belajar Matematika yang menyenangkan dan akhirnya prestasi belajar siswa dapat meningkat. (SR)

pilkada mahkota mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *