Ketua Dewan Kopi Nasional Puji Rasa Kopi Tepal Sumbawa

oleh -529 Dilihat
Dr. Anton Apriyantono, Ketua Dewan Kopi Nasional

Lebih Unik, Unggul dari Kopi Daerah Lain 

SUMBAWA BESAR, SR (09/07/2018)

Kopi Tepal Sumbawa jenis Robusta dan Arabika ternyata memiliki keunikan dan keunggulan jika dibandingkan dengan kopi di daerah lain, bahkan kopi yang terkenal sekalipun, seperti kopi Aceh. Sebab Kopi Tepal khusus jenis Arabika memiliki tingkat keasaman yang rendah. Hal ini diungkapkan Dr. Anton Apriyantono, Ketua Dewan Kopi Nasional yang ditemui di sela-sela Festival Kopi di Sumbawa Techno Park (STP) Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Minggu (8/7) kemarin.

Menurut Dr. Anton—mantan Menteri Pertanian ini saat ditemui SAMAWAREA, sangat jarang kopi arabika memiliki keasaman yang rendah. Ini hanya ada pada Kopi Tepal Sumbawa. Keunikan tersebut menjadi satu keunggulan dari Kopi Tepal yang harus diangkat, dibranding, dan dipopulerkan, sehingga permintaan pasar terhadap kopi khas Sumbawa ini banyak yang berdampak terjadinya peningkatan kesejahteraan petani Sumbawa. Sebab dengan harga membaik dan permintaan banyak, membuat petani semakin bersemangat meningkatkan produktifitasnya.

Sebagai Ketua Dewan Kopi Nasional, Anton mengaku sangat berkepentingan dengan kemajuan kopi di Indonesia termasuk di daerah. Ia ingin Kopi Tepal Sumbawa menjadi produk unggulan yang diminati pasar nasional bahkan internasional. Namun ada beberapa hal yang menjadi persoalan. Di antaranya, persoalan infrastruktur. Untuk mencapai Desa Tepal Kecamatan Batu Lanteh Kabupaten Sumbawa sangat sulit karena jalan yang rusak. Akibatnya harga kopi di daerah itu murah. Parahnya lagi untuk menjual ke Kota Sumbawa, petani kopi harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Untuk biaya angkutan saja, dihitung Rp 1.000 per kilogram. “Ini persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah,” desak Anton.

Baca Juga  SMAN 1 Sumbawa Tiadakan Jalur PPDB MIPA Open

Masalah lainnya adalah produktifitas Kopi Sumbawa yang rendah. Ini juga terjadi hampir di semua daerah. Bahkan di Sumbawa jauh lebih rendah, karena dalam setahun menghasilkan 400 kilogram kopi per hektar. Mengapa demikian ? Dr. Anton mengidentifikasi bahwa banyak kopi yang ada di Sumbawa tidak terpelihara secara baik, melainkan tumbuh apa adanya di hutan-hutan. Ke depan hal ini harus diperbaiki, di samping adanya penanaman yang lebih terkontrol mengingat masih banyak lahan petani yang kosong. Dengan potensi ini penanaman diharapkan lebih diintensifkan agar produktifitas meningkat. Produktifitas ini penting karena berkaitan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani. “Saya sudah paparkan dalam seminar, sebetulnya  produktifitas kopi di Sumbawa cukup tinggi, tapi karena tidak terrpelihara secara baik hasilnya pun menjadi rendah,” imbuhnya.

Disinggung perlunya dibangun pabrik kopi di Sumbawa, Dr. Anton menyatakan bisa iya dan tidak. Dengan kondisi sekarang yakni permintaan Kopi Sumbawa yang cukup tinggi tidak perlu dibangun pabrik. Sayangnya permintaan pasar itu tidak bisa dipenuhi petani kopi di Sumbawa karena kontinuitasnya dan produksi yang belum maksimal. Jika nanti dibangun pabrik, tidak perlu mengelola Kopi Tepal saja melainkan kopi dari berbagai daerah yang nanti produknya dilabeli Kopi Spesial Tepal. “Seperti Kopi Kapal Api dan Top Coffe, kopinya diambil dari berbagai daerah. Tapi di kemasannya tidak menyertakan originalnya. Jadi kalau mau bangun pabrik kopi harus luas cakupannya. Kalau mengandalkan kopi lokal saja itu tidak cukup karena produksinya yang rendah. Pabrik ini membutuhkan kontinuitas ketersediaan bahan baku,” tandasnya.

Baca Juga  Temu Usaha Mice FPM, Upaya Tingkatkan Kapasitas UMKM

Di bagian lain Dr. Anton berencana membentuk Dewan Kopi Daerah sebagai perwakilan pusat untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi sehingga potensi kopi di daerah akan terangkat. Dr. Anton meminta masyarakat dan pemerintah daerah benar-benar memanfaatkan secara optimal keberadaan Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) dan STP dalam rangka meningkatkan SDM. Ketika SDM-nya unggul maka pembangunan daerah sangat cepat. Tak hanya itu petani kopi dapat berkolaborasi dengan UTS dan STP guna meningkatkan pengetahuannya baik dalam penanaman, pengelolaan maupun pemasaran.

Sementara itu Direktur STP, Dr. Arif Budi Wirtarto mengaku bahwa pihaknya saat tengah melakukan pembinaan terhadap petani kopi yang tergabung dalam wadah koperasi. Untuk tahun ini pihaknya memberikan bantuan modal senilai puluhan juta agar kopi-kopi berkualitas yang dihasilkan petani semakin banyak. Jika ini berhasil, di tahun mendatang pemerintah pusat siap mengucurkan bantuannya. Tidak hanya bantuan modal dan pembinaan, STP sedang membuat peralatan (mesin) bertenaga listrik mikrohidro untuk mengelola kopi dari mulai pengering hingga kopi menjadi bubuk.

Untuk diketahui berbagai rangkaian kegiatan Festival Kopi ini. Selain Seminar Kopi yang membahas teknologi, budidaya dan pemasaran ini, juga dilaksanakan Lomba Membuat Kopi dan Demo Pembuatan Kopi mulai dari penggorengan biji, pembuatan bubuk sampai penyajian. Suasana semakin semarak karena acara tersebut diiringi hiburan live music. (JEN/SR)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *