Zul Rohmi, Pertaruhan Prestise dan Truff Politik TGB

oleh -86 Dilihat
Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto SH

MATARAM, SR (09/02/2018)

Sejatinya daya tarik Pilgub NTB terletak pada paket Zul Rohmi yang kehadirannya melawan mainstream politik serta terkesan ada hidden agenda dari sisi kalkulasi politik. Dimana suku minoritas diberi kepercayaan penuh tanpa reserve jadi papan satu. Sementara papan dua, seorang perempuan yang dalam sejarah Pilkada langsung ataupun tidak, baru pertama berlaga melawan kaum maskulin jawara politik. Mi6 justru melihat disinilah kecerdikan politik mendesign paket Zul Rohmi. Ada celah dan kesempatan yang hendak dimainkan atau target di balik kemunculan Paket Zul Rohmi. “Agaknya invisible hand politik Zul Rohmi pasti memiliki kalkulasi yang kuat dan alasan pembenar mendobrak kelaziman politik konvensional. Semangat mendekonstruksi pola pikir lama sejatinya ingin ditampilkan dengan munculnya Zul Rohmi,” kata Direktur M16, Bambang Mei Finarwanto, Kamis (8/2) kemarin.

Zul Rohmi ungkap Didu—sapaan Direktur M16, dihajatkan sebagai antitesa melawan kecenderungan dan pakem politik ortodok. Tidak heran, ibarat kuda pacu langkah dan manuver politik Zul Rohmi dalam menggalang dukungan dan simpati rakyat sedemikian ovensif dan intensif. Dengan tim ramping plus mobilitas dengan daya jelajah cepat dan masiv dari satu titik ke titik lain, makin sulit ditandingi. Mi6 menduga sebagai kreator politik Zul Rohmi, TGB dalam perspektif politik ingin memainkan psikologi paslon lain dengan memasang paket Zul Rohmi yang dianggap sebagian kalangan tidak populer, lemah sekaligus aneh. “Tentu sebagai arsitek politik, TGB punya hidden agenda yang belum saatnya diungkap,” imbuhnya.

Didu melihat sejatinya TGB mempertaruhkan segalanya di balik kreasi politiknya Zul Rohmi. TGB sadar bahwa eksperimen paket Zul Rohmi akan berkonsekwensi effect domino yang luas dan dahsyat jika mengalami turbulensi di luar prediksi. “Sadar posisinya dipandang underdog, Zul Rohmi justru menjawabnya dengan makin rapi bergerak dan seolah olah tanpa beban,” ujar mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB.

Baca Juga  Sumbawa Harus Belajar dari Kasus Ahok Vs DPRD

Kecepatan gerak Zul Rohmi dalam melakukan penetrasi dan membuka jejaring baru pemilih ini sebagai strategi taktis untuk menambah barisan loyalis vottersnya di tengah lambannya gerak Paslon lain. “Celah ini yang kemudian dimanfaatkan Zul Rohmi masuk ke jantung pertahanan paslon di kala lengah,” tambahnya.

Selanjutnya Didu berpendapat, permainan politik yang ditampilkan dalam PilGub NTB ini akan menjadi pertaruhan prestise dan truff politik TGB. Hal ini tentu terkait bagaimana marwah kekuasaan politik di NTB tetap dipertahankan dan dipegang. “TGB tidak ingin hasil PilGub NTB nanti out of control,” ujarnya.

Meskipun demikian lanjut Didu, dengan empat Paslon yang tampil di PilGub NTB, kekuatan politik dan dukungan semua calon berimbang. “Tidak ada matahari tunggal di PilGub NTB,” ujar Didu sembari menyebut bocoran info lembaga survey konon elektabilitas masing-masing paslon tidak terpaut jauh.

Mesin Partai dan Relawan

Di bagian lain Direktur Mi6 meminta agar paket Zul Rohmi sebagai antitesa politik perlu menyakinkan publik yang masih meragukan ikhtiar dan kapasitasnya bisa menandingi kekuatan tiga jawara politik tersebut. “Di kalangan kelas menengah lebih mudah diyakinkan persepsinya, tapi untuk masyarakat jelata perlu dibangun solidaritas dan empati sosial. Dan ini perlu pendekatan ekstra ordinary,” tandas Didu.

Dalam pandangan Mi6, belajar dari kemenangan TGB dalam Pilkada 2008 silam yang menjadi paslon tak diunggulkan dibanding incumbent saat itu. Diprediksi Zul Rohmi diarahkan seperti nostalgia politik TGB tahun 2008 yang berakhir dengan happy ending tersebut. “Saat itu di PilGub NTB tahun 2008, publik cenderung tidak mengunggulkan pasangan TGB Badrul Munir melawan incumbent paslon Serinata Husni Jibril yang berakhir dengan kemenangan telak TGB BAM itu,” ungkap Didu.

Baca Juga  Sidang Pembahasan APBD Diskor 3 Hari

Sebagai sutradara politik, lanjut Didu, gerakan dan manuver Zul Rohmi mirip dengan apa yang dilakukan TGB dahulu yaitu mengandalkan kecepatan gerak dalam melakukan penetrasi step by step pada semua lini dan titik konsentrasi pemilih. Ciri lainnya adalah Zul Rohmi cenderung menguasai kantong-kantong pemilih di pinggiran atau akar rumput. “Ini kemudian yang membentuk jaring jaring pemilih yang terintegrasi satu sama lain pada setiap kontak person di wilayah yang membentang dari Mataram sampai Bima,” lanjutnya.

Lebih jauh Didu mengulas peran partai dan Relawan Zul Rohmi perlu diatensi dan diapresiasi dalam mendongkrak elektabilitas Zul Rohmi. “Mereka adalah garda terdepan Zul Rohmi yang membukakan semua akses masuk Zul Rohmi ke kantong pemilih yang strategis,” kata Didu.

Didu memprediksi paska penetapan Paslon oleh KPU NTB tanggal 12 Februari 2018 mendatang bisa jadi konstelasi PilGub NTB lebih dinamis. Hal ini terkait Paslon PilGub NTB akan melepaskan semua atribut yang melekat pada dirinya baik sebagai bupati, walikota dan anggota parlemen. “Justru di sini menariknya konstestasi PilGub NTB, ketika semua Paslon tersebut bertarung apa adanya,” tukasnya.

Terakhir Didu memprediksi peta politik pilkada serentak di NTB juga menyulitkan Paslon dan parpol untuk melakukan sinergitas kerja tim di basis pemilih terkait tidak liniernya koalisi Paslon di propinsi dan kabupaten/kota. “Ini tentunya secara psikologis politik akan berdampak pada kekompakan kerja teamwork jika tidak saling menjaga kepercayaan,” pungkasnya. (SR)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *