Pekan Bedah Buku Upaya Geliatkan Kultur Literasi

oleh -82 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (15/01/2018)

Gerakan literasi mulai digeliatkan. Sebagai buktinya digelar Pekan Bedah Buku Sejarah dan Budaya Lokal selama sepekan mulai Senin (15/1) tadi. Kegiatan dalam rangka menyemarakkan HUT Kabupaten Sumbawa ke-59 ini dipusatkan di Istana Dalam Loka yang diisi dengan Diskusi Budaya Lokal menghadirkan para pakar dan pelaku sejarah.

Ketua Panitia Penyelenggara, M Zuhri Robbani mengataka, literasi merupakan kegiatan yang sangat penting dan memiliki pengaruh dalam segala aspek kehidupan. Terutama memasuki usia dunia dewasa ini, literasi menjadi salah satu jembatan dan ruang khusus dalam memberikan pengaruh terhadap beragam hal. Tanpa adanya literasi, kualitas kehidupanpun akan merosot karena literasi adalah kegiatan edukasi yang cukup efektif bagi masyarakat. Sehingga, sangat perlu diperhatikan pelestariannya dalam berbagai lapisan masyarakat. Mengingat pentingnya literasi, di masa perkembangan teknologi saat ini kegiatan yang bersifat edukatif perlu mendapat perhatian, khususnya di Kabupaten Sumbawa. Berangkat dari kesadaran ini, Panitia Pekan Bedah Buku Sejarah dan Budaya Lokal Sumbawa yang terdiri dari beberapa lembaga pemerintah, institusi masyarakat, dan komunitas seperti Bidang Kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumbawa, Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Kabupaten Sumbawa, Fakultas Ilmu Kornunikasi Universitas Teknologi Sumbawa, Sumbawa Literasi Institute, Sumbawa Cinema Society, dan MY Institute menyelenggarakan Pekan Bedah Buku Sejarah dan Budaya Lokal Sumbawa selama sepekan, 15–20 Januari 2018. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini antara lain, menciptakan ruang dialog antar generasi tentang sejarah lokal Sumbawa melalui diskusi buku. Memotivasi masyarakat untuk mendokumentasikan dan menuliskan sejarah lokal. Membangun kesadaran masyarakat untuk lebih peduli pada sejarah lokal Sumbawa. Selain itu mendorong terciptanya kesadaran masyarakat Sumbawa untuk menghargai proses sejarah dan melek sejarah lokal. Sasaran peserta dari kegiatan ini adalah masyarakat umum di Kabupaten Sumbawa, khususnya generasi muda yang memiliki peran dalam pembangunan bangsa.

Baca Juga  SMAN 1 Sumbawa Juara Lomba Lintas Medan 2018

Pembicara dalam bedah buku ini yaitu Prof. Dr. Ir. Dahlanuddin (Pakar Peternakan UNRAM), Prof. Drh. Adji Santoso Dradjad, M.Phil, PhD. (Pakar Rusa), Dr. Ir. Erwin Fahmi MURP (Peneliti), Ir. H. Iskandar D, M.Ec Dev (Ketua Lembaga Adat Tana Samawa), Julmansyah S.Hut MAP, Yuli Andari Merdikaningtyas (Penulis Buku), Irawansyah S.F, M.IP, dan Sambirang Ahmadi M.Si (Akademisi), Adi Pranajaya (Sineas), dan Tison Sahabuddin Bungin (Penulis Buku). Terdapat enam judul buku tentang sejarah, budaya lokal, dan media yang akan menjadi bahan diskusi. Yakni Jejak Warisan yang Tersisa karya Julmansyah dan Yossi Dwi Erliana. Soembawa 1900-1950 :Arsip Foto sebagai Sumber Penulisan Sejarah Lokal oleh Yuli Andari Merdikaningtyas. Sumbawa Dalam Kepingan Sejarah karya para pemenang Lomba Penulisan Sejarah Lokal Sumbawa tahun 2017: Rai Saputra, Aries Zulkarnain, Imam Muhidin Safari, Eika Wahdnia, Koedrat Hidayat, Dewa Ayu Dwi Maharani, Jihan Fadhilah, dan Noviana Ayu Risqiana Sari. Menghimpun yang Terserak: Esai-Esai Sejarah Lokal Sumbawa yang merupakan finalis Lomba Penulisan Sejarah Lokal Sumbawa tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Bidang Kearsipan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumbawa. Dua buku lainnya adalah Mediatrik! Regulasi Media dari Nasional ke Sumbawa karya dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa Angkatan 2016. Dari Rahim Ombak, novel karya Tison Sahabuddin Bungin. Acara bedah buku ini akan dikemas dengan interaktif.

Sementara Julmansyah, S.Hut., M.Ap salah satu inisiator kegiatan, mengaku kegiatan ini baru pertamakali digelar di Kabupaten Sumbawa. Ini sebagai gerakan untuk menggeliatkan literasi yang sejalan dengan upaya pemerintah sedang menggaungkan gerakan literasi. “Gerakan literasi tidak bisa selesai dengan seremonial, harus melakukan pengkondisian seperti ini dan harus dibuat oleh komunitas-komunitas baik komunitas baca, pusat baca komunitas, dan perpustakaan di desa harus dibentuk,” jelasnya.

Baca Juga  ‘Bau Ai’ Karya Mahasiswa UTS, Juara II Pemuda Pelopor NTB

Pekan ini juga ikhtiar dalam membangun kultur literasi yang sudah lama menghilang di Sumbawa. Karena kulur masyarakat Sumbawa ini adalah kultur verbal, oral, dan bicara bagesa tapi tidak ada kultur menulis. “Kita tidak punya banyak buku. Padahal buku itu adalah cermin dari peradaban kita. Kita ingin membangun ini. Dan enam buku yang akan dibedah ini adalah buku yang dibuat oleh putra-putri Sumbawa,” imbuhnya.

Namun Julmansyah menyesalkan bahwa Pemda tidak mengapresiasi dengan menjadikan kegiatan ini sebagai menu utama dalam HUT Kabupaten ke-59. Padahal ini kegiatan ini usaha membangun peradaban masyarakat Sumbawa. “Kebetulan hari ini saya menulis buku tentang jejak tradisi yang mengupas tradisi nganyang yang sudah memudar karena rusaknya hutan dan punahnya rusa akibat perburuan liar. Saya juga menulis LAR yang juga kian memudar bahkan menjadi pemicu perkelahian antar warga. Karena LAR tidak ada yang mengurus. Buku ini mengkritisi pemerintah melalui terkait agar tidak hanya mengurus atau membuat Perbud tentang kartu ternak, tapi juga LAR nya yang kian tidak terurus,” tukasnya.

Jul memberikan alasan mengapa kegiatan ini disetting di Sumbawa tepatnya Istana Dalam Loka ini. Pihaknya ingin mengembalikan marwahnya di tempat tersebut. Selain itu ingin membuka mata masyarakat bahwa banyak hal yang mesti ditulis tentang Sumbawa ini. “Kita bicara soal tradisi tetapi tidak ada teksnya. Karena proses transformasi kita lewat budaya turur, seperti sakeco. Sakeco ini kan medianya. Tetapi terus saja seperti itu tidak pernah ditulis pasti tidak akan menjadi legenda. Menulis ini cara kita untuk mengungkap sesuatu, kemudian orang bisa membacanya di masa yang akan datang,” pungkasnya. (JEN/SR)

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *