Kebangkitan Nasional, Candra Malik Berkolaborasi dengan Seniman NTB

oleh -136 Dilihat
Candra Malik bersama Ary Juliant dan Minladunka dalam lokakarya menjelang Konser Tirakat Nusantara di Sumbawa Besar. Konser akan diadakan pada Sabtu malam, 20 Mei 2017, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.

SUMBAWA BESAR, SR (19/05/2017)

Seniman sufi, Candra Malik akan berkolaborasi dengan para seniman dari Lombok dan Sumbawa Besar dalam Konser Tirakat Nusantara di pelataran Gedung Olah Raga Mampis Rungan, Sumbawa Besar, Sabtu (20/5) besok malam. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Candra Malik berharap kegiatan ini bisa menjadi momentum untuk menatap Indonesia Timur sebagai sumber khazanah kesenian dan kebudayaan di Nusantara. “Sumbawa Besar adalah titik pertemuan kebudayaan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Madura, dan Jawa sejak berabad-abad silam. Etnis Arab dan Cina juga berinteraksi dengan etnis-etnis lain dengan sama terbuka. Ini menunjukkan Sumbawa adalah miniatur Indonesia,” jelas Candra Malik, Jum’at 19 Mei. Sebelum konser, ungkapnya, telah diadakan anjangsana ke Sanggar Riam Bagentar di Desa Sabasang, Moyo Hulu, Sumbawa Besar.

Selain itu, Candra Malik juga mengadakan sarasehan dengan para tokoh setempat di Istana Dalam Loka dan lokakarya dengan para seniman di Taman Mangga. “Kali ini, saya mengajak Ary Juliant, musisi asal Bandung yang telah lebih dari 20 tahun tinggal di Lombok,” terang budayawan yang gemar bersilaturahmi budaya dan berkolaborasi dengan para seniman dari berbagai latar belakang ini.

Baca Juga  Wisman Peserta Sail Indonesia 2017 Mulai Berdatangan

Menurut Candra Malik, Tau Samawa atau penduduk asli Sumbawa dulu tinggal di Semenanjung Sanggar, di Gunung Tambora yang berada 8.250 mdpl. Jika wilayah pesisir lebih banyak dihuni para pendatang dari Bugis, Banjarmasin, dan Jawa, itu karena penduduk asli lebih suka tinggal di pedalaman pegunungan Ropang, Lunyuk, dan Batu Lanteh. “Dari silaturahmi budaya, saya menjadi tahu bahwa penduduk Sumbawa yang terdiri dari petani, peternak, nelayan, pedagang, dan penambang, dipersatukan semangat gotong-royong yang tinggi, yang disebut Bayar Siru atau Balas Budi,” jelasnya.

Ary Juliant menambahkan, kegiatan yang digagas Candra Malik ini bukan sekadar pertunjukan kesenian, melainkan sebuah ikhtiar kebudayaan untuk mengenal jatidiri bangsa sendiri. “Saya langsung terpikat ketika diajak Gus Can (panggilan akrab Candra Malik) terlibat Tirakat Nusantara. Gagasan besarnya untuk mengajak kita menjaga akar tradisi dan pokok budaya Nusantara ini perlu didukung,” tegasnya.

Baca Juga  Keindahan Pulau Paserang dan Kenawa Berkelas Dunia

Membawa berbagai alat musik, antara lain gitar, banjo, seruling, dan jimbe, Ary amat senang bisa berkolaborasi dengan para seniman Lawas, Ulan, dan Sakeco yang khas Sumbawa. “Regenerasi menjadi satu di antara banyak masalah kita di dalam mempertahankan kebangsaan Nusantara. Di Sumbawa, saya melihat masih ada ruh berkesenian dan berkebudayaan. Saya bahagia,” terangnya.

Pada Sabtu malam, 20 Mei, Candra Malik dan Ary Juliant juga akan berkolaborasi dengan Zikir Samawa, Sakeco, dan seniman-seniman muda di Tana Samawa.

Hery Musbiawan, budayawan Sumbawa, menyambut baik Tirakat Nusantara ini. Ia mengatakan, para penggiat kesenian, pelestari kebudayaan, dan peminat literasi sejarah di Nusa Tenggara Barat merasa mendapat angin segar ketika kegiatan ini diadakan di Sumbawa Besar. “Pelan tapi pasti, Sumbawa semakin berkembang. Jika kita tidak berikhtiar untuk menjaga ke-Indonesiaan kita, maka pengaruh dari luar bisa membawa dampak tidak baik. Nilai-nilai luhur Bhinneka Tunggal Ika wajib kita jaga bersama,” ujarnya. (JEN/SR)

 

 

rokok pilkada mahkota NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *