MATARAM, SR (28/03/2017)
Pawai Ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1939, Senin (27/3) berlangsung meriah. Kegiatan yang dilaksanakan di ruas jalan Pejanggik dan diikuti umat Hindu Kota Mataram dan partisipan dari Lombok Barat maupun Lombok Tengah ini mengarak 157 ogoh-ogoh atau boneka raksasa dengan tampilan wajah menyeramkan yang mengambarkan keberadaan kala atau kejahatan yang mengganggu kehidupan manusia.
Ketua PHDI NTB Drs Gede Mandra mengaku bersyukur kegiatan yang dihadiri Kapolda NTB dan tamu mancanegara ini berlangsung sukses. Sebelumnya para tokoh dan umat Hindu Kota Mataram sudah mempersiapkan menyambut Nyepi mulai dari upacara melasti, mengelis dan mekis, kini parade ogoh-ogoh. Parade ini terbilang meningkat dibandingkan kegiatan serupa tahun lalu, baik dari kuantitas maupun kualitas. Ritual untuk umat Hindu ini mengandung makna secara filosofis catur brata penyepian, amati geni dan lainnya. Hal ini semua bermuara pada penyucian diri. Hal ini sangat diperlukan mengingat alam mulai tidak ramah. “Ini kesempatan manusia menyucikan diri,” ucapnya.
Melalui Parade Ogoh-ogoh ini Gede Mandra berharap momentum toleransi dan kebersamaan di Kota Mataram ini terpelihara, ditingkatkan dan ditularkan untuk seluruh masyarakat NTB. Kebangsaan dan kebhinekaan menjadi modal pembangunan. “Inilah Kota Mataram yang harus kita pertahankan dan terus dibangun menjadi kota yang maju, religius dan berbudaya,” pungkasnya. (NA/SR)