Arifin Panigoro Dukung Kawasan Inovasi Sumbawa

oleh -71 Dilihat
Arifin Panigoro

SUMBAWA BESAR, SR (05/09/2016)

Konglomerat nasional yang juga pemilik PTNNT, Arifin Panigoro mengaku ragu datang ke Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). Saat memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa baru UTS, Senin (5/9) sore, Arifin—sapaan singkatnya, sempat mengernyitkan dahi ketika dalam perjalanan dari Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin menuju kampus yang didirikan Doktor Zul ini, selain jauh, dan berada di pelosok, jalannya pun cukup sempit. Ternyata perkiraan dan penilaiannya salah besar, setelah melihat kondisi kampus dan seribuan mahasiswa yang menuntut ilmu di dalamnya. “Memang sebagian besar universitas di dunia berawal dari kecil, kini menjadi besar dan ternama karena kualitasnya,” kata Arifin.

Ia mengaku sangat senang melihat Bukit Olat Maras yang menjadi ikon kampus tersebut. Arifin meminta Bukit Olat Maras yang menjulang tinggi dan perkasa tidak diganggu dan dibiarkan alami, yang nantinya sangat menarik ketika dijadikan backround panggung saat wisuda perdana UTS. “Ini hanya satu-satunya di Indonesia, tidak ada di perguruan tinggi lain,” puji alumni ITB ini.

Baca Juga  Komisi II Tinjau Galangan Kapal Poto Tano dan Tambat Sampan Nelayan
Pemberian cinderamata dari Rektor UTS, Andy Tirta kepada Arifin Panigoro
Pemberian cinderamata dari Rektor UTS, Andy Tirta kepada Arifin Panigoro

Arifin juga mengaku sangat senang dan setuju dengan paparan Doktor Arif Budi Witarto, yang akan menjadikan lokasi UTS sebagai kawasan inovasi Sumbawa. Salah satunya keberadaan Science Techno Park (STP) yang akan diarahkan untuk bidang pertanian, biotech dan industry makanan. Salah satu obyeknya adalah peningkatan nilai tambah rumput laut. Potensi ini cukup menjanjikan. Selama ini masyarakat hanya memproduksi lalu dibeli pengumpul, dieksport ke Korea dan Jepang, kemudian diimpor kembali ke Indonesia dalam bentuk barang jadi yang tentunya bernilai ekonomi tinggi dengan harga berlipat-lipat. Inilah yang harus dipecahkan bagaimana rumput laut tersebut dapat dikelola dan dikirim dalam bentuk barang jadi.

Demikian dengan hasil pertanian. Jika dibandingkan dengan Australia, produktivitas petani Indonesia termasuk paling rendah. Kemampuan seorang petani dalam mengelola lahannya paling bagus hanya satu hektar per orang, sedangkan Australia produktifitasnya 70 hektar per orang. Ini yang harus dipecahkan UTS bagaimana hal itu bisa dilakukan petani di negeri kangguru tersebut.

Baca Juga  Teman Semasa Kuliah Kenang Presiden Jokowi sebagai Sosok Pemersatu

Kemudian untuk berasnya. Menurut Arifin, kualitas menjadi yang utama. Potensi beras di NTB sangat luar biasa, dengan surplus mencapai 1 juta ton. Tapi beras berkualitas dengan harga premium justru disuplay dari Surabaya padahal beras itu sesungguhnya berasal dari Sumbawa atau NTB. Ini menjadi tantangan UTS, bagaimana melakukan prosesing dengan menggunakan pabrik yang cukup modern sehingga mampu menghasilkan beras-beras premium. Ia menyakini dengan belajar giat, serius dalam menggeluti dan mempraktekkan ilmu yang diperoleh, jebolan mahasiswa UTS ke depan akan menjadi pengusaha unggul. (JEN/SR)

pilkada mahkota mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *