SUMBAWA BESAR, SR (15/08/2016)
Kemeriahan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71 sangat terasa di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II Sumbawa, Senin (15/8) pagi tadi. Ratusan tahanan dan narapidana membaur bersama jajaran Lapas setempat untuk menyemarakkan peringatan bersejarah tersebut. Terdengar kompak lagu “17 Agustus” yang dinyanyikan para Napi sambil melambaikan bendera merah putih berukuran mini. Penampilan para napi cukup menarik. Sebagian besar dari mereka mengenakan pakaian adat Sumbawa. Menariknya lagi, beberapa Napi bergabung dalam pasukan berkuda, menunggang kuda sembari mengibarkan bendera berukuran besar dan bambu runcing sebagai gambaran perjuangan dalam merebut kemerdekaan RI. Para Napi sangat antusias dan menikmati kegiatan tersebut. Mereka cukup bersemangat seolah-olah menjadi bagian dalam pasukan yang mengusir penjajahan di atas Bumi Pertiwi ini.
Kegiatan yang dikemas dalam Lomba Terompah Panjang yang digelar serentak secara nasional di seluruh Lapas dan Rutan se Indonesia ini, disiarkan langsung melalui video live streaming dan ditonton oleh jutaan penduduk Indonesia. Bahkan kegiatan yang digelar Lapas Sumbawa ini menjadi bagian dari pemecah rekor MURI. Hadir menyaksikan kegiatan tersebut di antaranya Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM NTB Sevial Akmily SH MH, Kalapas Sumbawa HM Latif Safiudin Bc.IP SH MH, Kepala Divisi Pemasyarakatan, Drs Subiyantoro Bc.IP., MM dan Rektor Universitas Samawa (UNSA), Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar M.Pd beserta Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Kerjasama dan Alumni, Dr. Budi Prasetiyo S.Sos M.AP.
Pantauan SAMAWAREA, lomba terompah panjang berlangsung seru dan kocak. Untuk satu regu diawaki oleh sedikitnya 5 orang narapidana. Ada yang sangat bersemangat tapi tak sampai tujuan karena di tengah perjalanan terjatuh dan saling tindih. Sedangkan yang terlihat hati-hati meski terlihat lambat namun menjadi yang terbaik dalam lomba tersebut. Ini tergantung kekompakan, selangkah dan seirama. Satu saja yang tidak kompak maka lainnya akan kocar-kacir. Kebahagiaan tampak di wajah para napi. Meski secara raga mereka terkurung tapi secara jiwa mereka merasa bebas. (JEN/SR)