Peringati Hari Bumi, UNSA Tanam Mangrove

oleh -107 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (23/04/2016)

Perubahan iklim dan pemanasan global (global warming) menjadi isu yang paling hangat di dunia saat ini. Umur bumi yang semakin menua dengan ragamnya aktivitas manusia membuat ancaman terhadap bumi semakin parah. Ragam aktivitas manusia demi meraup uang namun alam menjadi korbannya. Akibatnya terjadi perubahan iklim dan pemanasan global yang mengancam bumi, termasuk di dalamnya terjadi pencemaran lingkungan dan kekeringan. Para aktivis lingkungan hidup dan organisasi dunia yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan kemanusiaan saat ini tiada henti melakukan demonstrasi, sosialisasi dalam hal menjaga bumi ini. Seiring dengan isu tersebut, bertepatan dengan hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2016, di berbagai negara, organisasi lingkungan hidup serta komunitas-komunitas pecinta alampun memperingatinya dengan berbagai aktivitas yang menyadarkan manusia betapa pentingnya menjaga lingkungan. Tidak terkecuali Universitas Samawa (UNSA) sebagai lembaga pendidikan tinggi di Kabupaten Sumbawa. UNSA melalui Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMPS) MSP bekerjasama dengan organisasi internasional lingkungan hidup yaitu WCS (Wild Life Conservation Society) memperingati Hari Bumi dengan melaksanakan kegiatan penghijauan melakukan penanaman 300 tanaman Magrove jenis Rhizoporasp di sepanjang pesisir Dusun Omo Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara, Sumbawa Besar. Tema dari kegiatan ini adalah “SEMI (Semangat Hari Bumi), stop global warming and sediment”. Adapun yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah pelajar (SMA dan SMP), mahasiswa (UKM dan HMPS), organisasi eksternal mahasiswa, sejumlah komunitas lingkungan hidup, NGO dan masyarakat sekitar, di antaranya SMAN 2 Sumbawa, SMAN 3 Sumbawa, SMA Moyo Utara, MTS Penyaring, Anak-anak Alam (A3), UKM Mapala UNSA, HMPS Biologi UNSA, HMPS Tekpen UNSA, PMII, HMI dan Samaras. Peserta berjumlah 160 beserta pendamping OSIS dari masing-masing sekolah. Turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah Sekcam Moyo Utara, Kepala Desa Penyaring, Kepala Dusun Omo, tokoh pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.

Baca Juga  Ini Juknis BOS 2018 (3)

hari bumi 1Dekan Fakultas Pertanian dan Perikanan UNSA, SyahdiMastar, SP.,M.Si mengatakan kegiatan ini sebagai ajang pembelajaran bagi mahasiswa dan pelajar agar lebih mencintai alam. “Siapa lagi yang akan menjaga alam ini kalau bukan kita, terutama generasi muda,” tukasnya. Hal senada dikatakan Neri Kautsari, S.Pi.,M.Si–Ketua Program Studi MSP UNSA, yang menyatakan apresiasi dan kagum terhadap kegiatan mahasiswa tersebut. Neri mengakui jika kegiatan itu dipersiapkan sudah cukup lama yang kemudian dilaksanakan sangat antusias guna menjaga dan melestarikan lingkungan ini. “Pemuda saat ini jarang sekali dengan kegiatan-kegiatan alam seperti ini. Kegiatan yang dilaksanakan para mahasiswa ini akan menjadi motivasi sekaligus inspirasi bagi pihak lain termasuk pemerintah,” ujarnya. Untuk diketahui mangrove yang ditanam dalam mendukung kegiatan penghijauan itu adalah bibit yang mereka tanam sendiri, mengingat mangrove tidak tersedia di Sumbawa. Hal itu menjadi bukti keseriusan dan kecintaan mereka akan alam ini.

Sementara Ketua HMPS MSP, Chandra Rasiardhy mengatakan bahwa kegiatan itu difokuskan pada generasi muda, agar lebih mencintai dan memelihara lingkungannya. “Bumi ini akan selamat jika pemudanya bergerak untuk menyelamatkan lingkungan,” ucap mahasiswa semester 8 ini. Candra mengaku pihaknya memilih Dusun Omo sebagai pusat kegiatan memperingati Hari Bumi mengingat dusun tersebut berada di pesisir pantai dengan kondisi mangrove yang mengalami degradasi akibat dari alih fungsi lahan menjadi tambak. “Laut adalah pembuangan terakhir jadi laut harus dijaga, bagi kami everyday is Earthday,” sambungnya.

Baca Juga  Lomba Foto di Plampang Berlangsung Sukses

hari bumi 2Harika Ramdani selaku ketua panitia menambahkan wilayah tambak merupakan penyumbang terbesar sedimen untuk perairan. Jika tidak dikurangi akan berdampak terhadap rusaknya ekosistem perairan khususnya terumbu karang. Ketika terumbu karang rusak maka tidak akan ada ikan. Kemudian dipilihnya mangrove sebab tumbuhan itu dapat menyerap CO2  sekaligus mengikat atau menyerap sedimen, sehingga dapat menimalisir dampak global warming. “Kegiatan ini juga sejalan dengan program studi kami yang bergerak dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Perairan,” imbuhnya.

Penanaman mangrove  di sepanjang pesisir pantai atau sekitar 500 meter itu menggunakan perahu kecil (sampan) dari tempat satu ke tempat lain. Tindaklanjut dari kegiatan tersebut adalah pemagaran, pemeliharaan dan sekaligus sebagai tempat praktikum untuk kegiatan mahasiswa lainnya. Kegiatan tersebut juga diisi dengan cap stempel warna hijau dan biru oleh seluruh peserta di atas kain putih sebagai simbul hutan dan laut agar jangan dirusak dan selalu dijaga, setelah itu ditutup dengan kegiatan bakti lingkungan oleh seluruh peserta. (JEN/SR)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *