Dibantu Wartawan, Nenek Warni Selamat dari Kebakaran

oleh -169 Dilihat

SUMBAWA BESAR, SR (28/10/2015)

Patwarni (60) seorang nenek yang cukup renta, terlihat sangat panik. Tubuhnya terlihat gemetar, wajahnya pucat dan napasnya tersengal-sengal. Ini terjadi karena rumah gubuk satu-satu miliknya yang berlokasi di Dusun Brang Loka, Desa Buin Baru, Kecamatan Buer, terbakar. Perisitiwa itu terjadi Selasa (27/10) kemarin sekitar pukul 13.00 Wita. Asap tebal dan di jago merah tampak membakar atap yang terbuat dari daun kelapa. Nenek yang hidup seorang diri dan belum pernah menikah ini, tak bisa berbuat banyak. Apalagi situasi di lingkungan setempat sangat sepi. Hanya ada dua orang wanita yang terlihat mendekat namun tidak dapat memberikan bantuan secara cepat.

Kebetulan enam orang wartawan, Muis Damhudji (Metro TV), Jen (SAMAWAREA), Arnes (Suara NTB), Agung (Tribun Sumbawa), Jim Sujiman (Gaung NTB) dan Ken (Pulau Sumbawabnews) melintas di lokasi tersebut setelah melakukan peliputan Debat Kandidat di Labuan Alas, Kecamatan Alas. Dengan sigap sejumlah praktisi pers—dua di antaranya (Jen dan Jim) memiliki pengalaman sebagai Anggota Taruna Siaga Bencana (TAGANA) ini turun dari mobil mengambil beberapa ember dan menimba air menyiram api yang sudah membakar sebagian dapur nenek malang tersebut. Sebagian wartawan lainnya mengevakuasi nenek tersebut seraya mengambil kayu untuk memukul api agar tidak merambat melahap atap yang mudah terbakar tersebut. Akhirnya dibantu beberapa warga yang datang belakangan, api berhasil dipadamkan.

Kepada SAMAWAREA, Patwarni mengaku tinggal seorang diri di gubuk reot seluas 3 x 5 meter. Saat itu dia sedang memasak sayur untuk persiapan makan siangnya. Nenek inipun meninggalkan dapurnya untuk mencari ayamnya yang berkeliaran menjauh dari gubuk. Belum sampai semenit, nenek ini terkejut karena dari kejauhan melihat asap tebal dari atap rumahnya membumbung tinggi. Dengan sekuat tenaga, nenek Warni—sapaan akrabnya, berlari untuk menyelamatkan harta bendanya. Karena napasnya tersengal-sengal, akhirnya nenek Warni memilih pasrah. Kondisi kehidupan nenek Warni sangat memprihatinkan. Selain tinggal di rumah tidak layak huni ini, pekerjaannya yang serabutan hanya cukup sekali makan dalam sehari. Karenanya perhatian pemerintah untuk memberikan bantuan kepada nenek ini sangat dibutuhkan. Terutama rehab rumah agar Nenek Warni dapat hidup secara sehat di akhir usianya. (JEN/SR)